Ketahuan

2002 Kata
Freya bangun dari tidurnya dan segera bangkit untuk membuat sarapan untuk dirinya dan Darel. Seperti biasa, ia mengutip pakaian yang ia pakai tadi malam. Freya menghela napas panjang melihat Darel yang masih terlelap dalam tidurnya. Wajah Darel saat tertidur memang sangat tampan. Tidak hanya tertidur sebenarnya, tetapi saat ia tertidur Darel lebih polos ketimbang saat ia bangun.  Setelah menatap wajah Darel, Freya berjalan menuju kamar mandi. Ia ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah selesai, Freya menuju dapur untuk membuat sarapan. Ia sangat malas untuk membuat sarapan pagi ini. Freya pun hanya  membuat roti panggang untuk dirinya dan Darel.  Setelah selesai ia meletakkan makanan tersebut di atas meja makan. Freya buru-buru menuju kamar tidurnya ketika mendengar suara handphone nya yang berdering. Ia takut jika Darel akan mengangkat panggilan tersebut. Akan gawat jika Darel mengangkat panggilan tersebut. Apalagi jika yang menelpon itu ialah Agam.  Sesampainya di kamar, Freya langsung mengambil handphone nya. Dan mengangkat pangilan telepon tersebut.  "Halo.." Sapa Freya.   "Frey  pagi ini kita sarapan di luar yok. Biar gue langsung jemput lo." Sahut seorang pria yang tak lain dan tak bukan ialah Agam. "Aduh Gam.. Gue udah buat sarapan di rumah Kita jumpa di kampus aja ya nanti." Balas Freya. Tidak mungkin ia menerima ajakan dari Agam. Bisa ketahuan dirinya jika Darel berada di rumahnya sekarang. "Lo buat sarapan? Yaudah gue ke rumah lo aja deh buat sarapan." Sambung Agam lagi. Freya yang mendengar itu langsung melebarkan kedua bola matanya. "Jangan. Gue cuman buat roti soalnya. Lo harus makan makanan yang bergizi biar lo bisa ngater-jemput gue. Jadi lo sarapan di luar aja ya. Atau.. besok gue buatin lo sarapan empat sehat lima sempurna gimana?" Freya berusaha untuk membujuk Agam agar tidak sarapan di tempatnya. "Hari ini aa buatin gue sarapan empat sehat lima sempurna nya." Balas Agam. "Gue lagi gak ada bahan di rumah. Rencananya sore nanti gue baru mau belanja. Anterin gue belanja ya?"  Freya dapat mendengar helaan napas Agam dari telepon. "Yaudah. Ingat ya, besok pagi gue sarapan di rumah lo. Awas aja gak lo buatin. Gue gedor tuh rumah lo." Ucap Agam kepada Freya. Freya tersenyum sekaligue bernapas lega ketika mendengar perkataan Agam. Akhirnya Agam mau menuruti perkataannya. "Iya Agam, sayang. Yaudah kalau gitu gue sarapan dulu. Sampai jumpa di kampus nanti ya." Ucap Freya. "Iya. Bye Frey." Balas Agam. Setelah itu, Freya langsung memutuskan panggilan tersenbut. Akhirnya ia dapat bernapas dengan lega.  "Agam sayang?" Freya tersentak mendengar suara itu. Ia menoleh dan mendapati Darel yang sudah bangun dan sedang duduk menatap dirinya. "Romantis banget kalian ya. Pagi-pagi udah sayang-sayangan." Sambung Darel lagi. Ia menatap Freya cemberut. "Gue udah siapin sarapan. Lo siap-siap baru sarapan. Setelah itu lo langsung pulang atau keluar dari rumah gue." Balas Freya.  "Frey.. lo tinggal di apart gue mau gak?" Ucap Darel tiba-tiba. "Buat apa gue tinggal di sana?" Tanya Freya langsung. Dia tidak mengerti apa maksud dan tujuan Darel untuk menyuruhnya Freya tinggal di apart milik Darel. "Biar sih Agam itu enggak deket-deket sama lo lagi." Balas Darel. Freya tertawa mendengar alasan itu. "Lo  gak akan pernah bisa buat gue sama dia pisah. Kita tuh udah kayak best friend forever sejati, sehati, sejiwa dan selama-lamanya. Jadi intinya, Agam akan tetap dekat-dekat sama gue terus." Jelas Freya kepada Darel. "Gue gak perduli. Mau lo sehati, sejiwa, sejagat raya sekalipun. Yang penting sekarang lo sama gue hubungannya lebih dari hubungan lo sama dia. Jadi gue lebih menang ketimbang dia." Ucap Darel dengan senyumannya. "Pede bener lo. Udah cepetan gue mau ke kampus." Ucap Freya. Setelah itu, Freya berjalan keluar menuju meja makan. Berdebat dengan Darel tidak akan ada habisnya. Malahan ia yang akan kalah dari pria ini. Freya menatap Darel yang sedang menikmat roti buatan dirinya. Makanan Freya sudah habis sedari tadi. Freya tersenyum kecil melihat Darel yang memakan roti buatannya dengan lahap.  "Gue setampan itu sampai lo liatin gue begitu banget?" Tanya Darel kepada Freya yang sedari tadi menatap dirinya. Freya dengan cepat langsung menganggukkan kepalanya. "Gue gak bisa menyangkal kalo lo itu emang tampan. Makannya banyak cewek-cewek bodoh di luaran sana terpikat dengan modal tampang lo ini."  Balas Freya. Darel tersenyum sinis mendengar perkataan Freya. "Termasuk lo kan?" Tanya Darel langsung. Freya yang mendengar itu langsung mengalihkan tatapannya kearah lain. Yang Darel bilang emang benar. Salah satu cewek bodoh itu ialah dirinya.  Darel berdiri dari duduknya setelah menghabiskan sarapan buatan Freya. "Gue udah transfer gaji lo buat satu bulan kedepan. Jadi nanti sepulang kuliah, gue mau lo ada di apartemen gue. Kulkas di apart gue udah kosong. Lo juga perlu beres-beres apart gue. Udah muali kotor soalnya. Mungkin lo bisa pulang jam tujuh malam. Atau mungkin besok paginnya. Gue gak bisa ngasih ketetapan waktu untuk lo pulan kerja. Soalnya kadang gue butuh lo lebih lama untuk temenin gue tidur." Jelas Darel kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak mengerti pemikiran Darel. Enak sekali dirinya mengatakan hal seperti itu kepadanya. "Bukannya untuk hal semacam ini, kedua pihak harus membuat kesepakatan? Seorang pembantu juga punya hak untuk berdiskusi tentang masalah pekerjaan." Ucap Freya merasa keberatan dengan keputusan Darel. "Bukannya seorang pekerja harus menuruti perkataan bosnya?" Tanya Darel. "Iya lo bener. Tapi  gak semua ha--" Ucapan Freya langsung dipotong oleh Darel.  "Gue udah gaji lo dan gue rasa apa  yang gue paparkan tadi tidak terlalu berat buat  lo. Ohh iya. Kalau kerja sama ini lo putuskan atau bida di bilang lo ngundurin diri, lo harus ganti rugi dua kali lipat dari gaji yang gue berikan. Oke? Jadi gue harap lo bisa lebih mempertimbangkan apa yang akan lo katakan ke gue. Lo gak bisa lagi tiba-tiba minta berhenti bekerja atau semacamnya itu. Gue rasa semua perkataan gue cukup jelas kan?" Tutur Darel. Ia tersenyum kepada Freya yang sedang menatapnya dennga mulut terbuka.  Freya baru saja hendak mengatakan sesuatu tetapi Darel tidak membiarkan Freya mengemukakan pendapatnya. "Gue rasa gue harus pulang. Lo mau kuliah kan? Oh iya satu lagi. Kalau lo enggak nurut sama perintah gue, lo akan dapat hukuman dari gue. Dan hukuman nya gue rasa lo akan suka. Yaudah kalau gitu gue pulang. Terimakasih atas sarapan yang sangat lezat ini. Gue sangat menikmatinya." Ucap Darel. Setelah itu ia berjalan meninggalkan Freya dan keluar dari rumah Freya. Freya benar-benar tidak habis pikir dengan Darel.  Freya langsung berdiri dari duduknya dan menuju kamar. Ia mengambil handphonenya dan mengecek berapa uang yang Darel transfer kepada dirinya. Dan Freya benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bahkan tangannya  saat ini gemetar memegang handphone nya. Jumlah uang yang diberikan Darel benar-benar fantastik. Ia sekarang benar-benar tidak bisa mengundurkan diri dari pekerjaanya. Bagaimana bisa ia menganti dua kali lipat dari uang yang Darel kirimkan kepada dirinya. Bahkan jika ia harus bekerja pagi dan malam selama dua tahun sekalipun. --- Agam menatap Freya dengan curiga. Ia sudah tidak bisa lagi tidak curiga dengan sikap Freya belakangan ini. Freya sudah berjanji kepada dirinya untuk menemani Freya belanja sore ini. Tapi baru saja Freya berkata jika ia tidak bisa. Freya akan berbelanja keperluannya sendiri  saja. Baru kali ini Freya bersikap seperti ini. Tiba-tiba mengingkari janjinya, tiba-tiba hilang tanpa jejak dan sebagainya. "Lo kenapa natap gue gitu?" Tanya Freya dengan senyuman canggunnya.  "Lo sedikit berubah akhir akhir ini." Balas Agam. Freya yang mendengar itu seketika gugup. Ia tidak tau harus berkata apa kepada Agam. "Gue? Gue berubah apa emang? Perasaan gue gak berubah. Gue gini aja dari dulu." Ucap Freya. Tapi pandangan Freya ketika mengatakan itu tidak menata ke mata Agam. Ia mengalihkan tatapannya kearah lain. Agam tersenyum melihat tinggah Freya itu. "Ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue kan?" Tanya Agam. Freya menelan ludahnya dengan susah payah sekarang. Ia benar-benar gugup sekarang. "G..gue gak sembunyiin sesuatu kok dari lo." Sangkal Freya. Agam menganggukkan kepalanya. Ia tau Freya tidak akan mengatakan itu secara mudah seperti ini. Freya harus dipancing agar dia mau mengatakan semuanya secara jelas.  "Oke.. Oh iya, gue mau kasih lo kabar gembira. Gue udah dapetin pekerjaan yang baru buat lo. Di restoran. Gue lebih tenang kalau lo kerja di restauran dari pada di club kemarin. Lo udah bisa mulai bekerja minggu depan. Nanti gue anter buat lihat tempat kerja lo, ya?" Tutur Agam. Freya  membelakkan matanya. Ia hanya diam dan tidak membalas perkataan Agam.  "Kenapa  Frey? Lo lagi butuh pekerjaan kan?" Tanya Agam lagi.  "Gam.. gini. Sebenarnya gue udah dapat pekerjaan dari kemaren. Cuman gue belum bilang sama lo. Jadi lo  gak usah cariin gue pekerjaan lagi, ya. Dan untuk kerja di resto itu, gue gak bisa. Sorry bange ya." Balas Freya dengan lembut. Freya berusaha untuk bersikap biasa ketika berbicara soal pekerjaanya sekarang. Agam yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak masalah jika Freya sudah mendapatkan pekerjaan. Asalkan pekerjaan itu baik buat Freya. "Lo kerja di mana?" Freya memejamkan kedua matanya. Pertanyaan ini yang ia takutkan. Bagaimana bisa ia menjelaskan nya kepada Agam.  "Gam.. gue akan kasihh tau pekerjaan gue, tapi please jangan marah sama gue." Tutur Freya kepada Agam.  "Ngapain gue harus marah? Kalau pekerjaan lo itu bagus dan baik buat lo, malahan bagus kan?" Tutur Agam kepada Freya. Freya menghela napas panjang. Ia tidak yakin Agam akan bicara lembut seperti ini ketika tau apa pekerjaanya. Apalagi ketika ia tau dengan siapa Freya bekerja. "Gue kerja bersih-bersihan apartmen." Ucap Freya. "Bagus dong. Gak masalah kalau lo kerja begitu. Yang penting kan halal. Lagi--" Perkataan Agam langsung dipotong oleh Freya. "Sama Darel."  Ucap Freya langsung. Darel yang mendengar itu mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud yang Freya katakan. "Maksud lo gimana?" Tanya Agam. "Gue kerja di apartemen Darel." Ucap Freya dengan jelas. Agam diam sejenak. Ia menghela napas panjang. "Darel Bramasta maksud lo?" Tanya Agam memperjelas. Freya langsung menganggukkan kepalanya. Ia tidak berani untuk menatap Agam sekarang. Ia hanya mendundukkan kepalanya. "Lo kerja sama dia? di apartemen dia? Frey lo tau apa yang udah lo putuskan ini? Lo sadar?" Tanya Agam beruntut. Ia tidak bisa mengontrol emosinya sekarang. Mendengar Freya bekerja dengan Darel membuatnya sangat emosi. Ia tidak dapat membayangkan apa saja yang bisa Darel lakukan kepada Freya. "Iya.. gue kerja di apart dia. Tapi gue gak ada hubungannya sama Darel gue murni kerja di sana. Jadi kalau lo khawatir tentang masalah itu, lo tenang aja. Gue bener-bener gak ada hubungannya sama Darel. Lo percaya kan sama gue?" Jelas Freya kepada Agam. "Lo mau  gue percaya sama lo? Lo aja nyembunyiin sesuatu yang sangat besar ini sama gue. Dan lo mau gue percaya sama lo? Gue gak habis pikir sama lo. Gue ini gak pernah lo anggap ya? Gue benar-benar kecewa sama lo." Ucap Agam. Ia berdiri dari duduknya. Hendak pergi meninggalkan Freya. Freya yang melihat itu langsung menghalau Agam agar tidak pergi begitu saja.  "Please.. Gue tau gue salah karena gue gak ngasih tau masalah ini lebih awal sama lo. Tapi gue kemarin udah pengen keluar dari pekerjaan ini. Gue udah mau mengundurkan diri. Tapi Darel bilang gue harus ganti dua kali lipat dari gaji yang udah dia kasih ke gue. Dan gajinya itu besar banget, Gam. Gue gak mungkin bisa bayar itu."  Jelas Freya lagi. Freya menatap Agam dengan memohon. Ia sangat berharap Agam dapat memahami situasinya kali ini. "Gue gak tau mau ngomong apalagi ke lo." Balas Agam. Ia sudah benar-benar malas untuk menanggapi masalah ini. "Satu bulan, Gam. Satu bulan aja gue kerja sama dia. Setelah itu guue langsung kelur dan gak akan berhubungan ataupun dekat-dekat lagi dengan Darel. Tolong ngertiin gue. Gue butuh lo di samping gue, Gam. Kalau lo gak ada di samping gue, gue gak tau mau gimana lagi." Ucap Freya lagi.   Freya sudah meneteskan air matanya sekarang. Ia benar-benar tidak bisa melihat Agam pergi meninggalkan dirinya. Agam yang melihat itu langsung luluh. Ia tidak bisa melihat Freya seperti itu. Agam menghela napas panjang.  "Jangan nangis." Ucap Agam kepada Freya. Ia menghapus air mata Freya dengan lembut. "Gue gak akan nangis kalau lo enggak ninggalin gue." Balas Freya.  "Iya.. gue gak akan ninggalin lo. Gue janji." Putus Agam. Freya tersenyum mendengar itu, setelah mendengar  itu ia langsung memeluk Agam. Freya tau Agam tidak akan pernah meninggalkan dirinya. "Terimaksih. Gue beruntung punya lo." Ucap Freya dalam dekapan Agam. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN