Wanita paruhbaya itu terlihat duduk di atas ranjangnya. Tatapannya lurus ke luar jendela dengan sesekali melihat beberapa orang yang lewat di depan sana. Ia juga mendongak menatap langit cerah yang membuat matanya memicing karena silau. Ia mengerjap samar, memandangi kedua kakinya yang sudah tidak berfungsi lagi. Tidak bisa digerakkan, hanya menjadi beban untuk dirinya sendiri. Dadanya naik turun, menghembuskan nafas kasar. Bayangan masa lalunya terputar bagai kaset dalam ingatannya. Sejak pertama ia bertekad, memutuskan untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang menyebabkan nyawa suaminya direnggut. Tidak ada siapapun yang menemani saat dunianya runtuh, ia hanya mengandalkan diri sendiri. Bahkan, putri tunggalnya tidak tahu sama sekali. Terlalu sibuk dengan keluarga barunya. Clara