What Wrong With Devian? (2)

1924 Kata
Syahquita bingung harus melakukan apa, jadi mau tak mau ia mengikuti jejak Drake menonton kembali video yang sedang Drake putar itu. Lama ia menunggu hingga ia benar-benar bosan. "Drake, apa kau tak bosan? Mengapa semuanya lama sekali?" tanya Syahquita. Drake mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu, "Aku tak tahu Syah, kita tunggu sebentar lagi oke."  Syahquita mengangguk lemas, ia sudah tak bersemangat karena menunggu terlalu lama. Terdengar suara seseorang membuka pintu studio dance, seketika mata Drake dan Syahquita langsung tertuju pada seseorang di pintu itu. "Syukurlah kalian di sini, aku minta maaf karena hari ini klub ditiadakan. Apa kalian tidak diberitahu sama yang lain?" tanya Mrs. Helena . Drake dan Syahquita menggeleng cepat secara bersamaan. "Tidak, miss" jawab Drake. "Ya it's oke, kalian berlatih saja supaya project barumu Drake bisa sesukses project-ku kemarin." ucap Mrs. Helena. Syahquita melirik Drake saat Mrs.Helena mengatakan "project barumu Drake". Ia tak tahu bahwa ada project baru lagi. "Baiklah kalau begitu aku permisi karena saya harus datang keacara pagelaran tari. See you guys." ucap Mrs .Helena lalu pergi dari studio dance. "See you miss." kata Drake. Syahquita menatap tajam pria di hadapannya, "Project baru apa yang dimaksud Mrs. Helena?" "Menari seperti yang kita lakukan." jawab Drake santai. "No! Aku tidak mau terlibat dalam project apapun lagi, satu saja cukup!" ucap Syahquita. Drake tercengang dengan penolakan Syahquita, "Oh come on, Syah. Jika bukan kau siapa yang akan menjalankan project ini bersamaku?" "Cari saja orang lain, jika aku lagi maka tidak ada kesempatan bagi yang lain untuk mencoba hal itu bersamamu." sahut Syahquita. "Tappp..." "TIDAK! Tidak ada tapi-tapian, aku tidak mau dan tidak akan lakukan project itu Drake. Berpikirlah bagaimana ada seseorang yang menginginkan posisiku, mereka sangat ingin menari dengan seorang Drake yang mempunyai segudang ide brilliant dalam mencari gerakan. Aku yakin pasti ada yang sangat menginginkan berada di posisiku." jelas Syahquita. "Siapa?" "Mungkin fans beratmu or aku tak tahu haha." ledek Syahquita sambil tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Drake yang begitu serius mendengar ocehannya. "Oh ayolah." geram Drake. Syahquita kembali tertawa karena Drake benar-benar serius menanggapinya, "Oke baiklah apa yang harus kita lakukan sekarang. Aku sudah tak mood menari." ucap Syahquita setelah berhasil menghentikan tertawanya. "Aku tak tahu." jawab Drake. Syahquita meraih tasnya, "Jika tidak ada, maka aku akan pulang. Bye, Drakee." "Wait, aku punya saran bagus. Apa kau mau ikut ke Club pecinta alam?" tanya Drake berharap Syahquita menerima tawarannya. Syahquita sedikit berpikir mengenai tawaran yang Drake berikan, ia mengangguk pelan menyetujui saran dari Drake, "Oke boleh juga." Drake terlihat bahagia karena Syahquita mau menerima tawarannya, Drake menarik tangan Syahquita mengajaknya ke tempat perkumpulan Club pecinta alam. Tempat itu berada di lantai yang sama dengan studio dance, namun tempat itu ada di sebelah barat dari lobby kampus. Saat tiba di ruang Club pecinta alam, secara mendadak Syahquita menjadi sangat gugup sama seperti saat pertama kali ia menginjakan kaki di kampus ini. Drake dan Syahquita duduk berdekatan. "Drake, apa kau sudah sering mengikuti club ini?" tanya Syahquita dengan berbisik. Drake mengangguk, "Ya tentu, ini club keduaku selain kesenian." "Drake, tak bisakah kita keluar, aku sangat gugup. Banyak sekali senior di ruangan ini." kata Syahquita lagi sambil memeperhatikan anggota club itu. "Tenanglah, aku ada disini." jawab Drake. Syahquita mengikuti apa perkataan Drake, ia mencoba untuk tenang dan tak gugup. Ia mulai memperhatikan seseorang yang sedang berbicara di depan mereka semua, sepertinya itu ketua dari club ini. "Oke baiklah, sesuai acara tahunan klub ini enam bulan lagi kita akan melakukan perkemahan di hutan untuk meneliti kondisi alam sekitar kita dan untuk melakukan penelitian tanaman baru yang belum pernah kita temui. Bagaimana setuju atau tidak?" tanya pria itu. "Ya setuju." jawab semua anggota termasuk Drake. Syahquita hanya diam sambil menatapi Drake dan sekelilingnya yang menjawab pertanyaan dari orang yang sedang berbicara di depan sana. Ini pertama kali ia mengikuti klub pecinta alam, ia belum mengetahui apa saja yang dilakukan oleh klub ini dan siapa saja anggotanya. "Permisi, kita kedatangan anggota baru namanya Syahquita mahasiswa Ekonomi dan Manajemen." kata Drake yang membuat semua mata tertuju pada dirinya dan Syahquita. Saat semua mata menatapnya Syahquita hanya mampu tersenyum kecil ke arah mereka semua. Ia tak menyangka jika Drake akan melakukan itu. Sungguh ia amat sangat malu saat ini. "Ya, perkenalkanlah dirimu nona." ucap ketua itu. "Drakeeeeee." geram Syahquita pelan. "Come on." kata Drake. Syahquita menghela nafas pelan, ia bangkit dari duduknya, dengan segala keberaniannya ia memperkenalkan dirinya "Hii, perkenalkan namaku Syahquita Valdez Campbell, kalian bisa memanggilku Syahquita. Aku mahasiswa dari fakultas Ekonomi dan Manajemen Lund, teman satu kelas  Drake." "Hii, Syahquita. Selamat bergabung dengan klub kami." balas ketua itu. Syahquita mengangguk sambil tersenyum ke arah ketua klub itu, kemudian ia kembali duduk. "Good job." ledek Drake. Syahquita menatap Drake dengan tatapan yang mengatakan bahwa ia tak terima dengan apa yang Drake lakukan. Sikap Drake tadi sangat ia tak sukai sebab secara tak langsung itu membuat Syahquita menjadi pusat perhatian bagi anggota Club pecinta alam yang baru ia kenal. Selesai dengan semua pembicaraan itu, ia terbebas dari segala hal yang membuatnya merasa gugup. Syahquita dan Drake keluar ruangan lebih dahulu dari yang lainnya. "Kau di jemput?" tanya Drake memastikan. Syahquita mengangguk mantap, "Yaph, aku di jemput. Kau juga ingin pulangkan Drake?" tanya Syahquita, sejujurnya ia takut melewati lorong kampus ketika sudah sore karena keadaan lorong sangat sepi dan minimnya cahaya di lorong. "Tidak, aku masih ada keperluan di kampus." jawab Drake "Oke, kalau begitu aku duluan ya. Bye, see you Drake." Drake mengangguk sambil tersenyum, "See you, take care ,Syah. "kata Drake penuh keramahan. Syahquita mengacungkan ibu jarinya kepada Drake sambil tersenyum. Dengan segenap keberaniannya ia melewati lorong sendiri, Syahquita berjalan dengan sangat cepat agar ia sampai di lobby secepat mungkin. Devian sudah mengatakan kepada Syahquita bahwa ia akan menjemputnya, so Syahquita menunggu Devian di halte dekat kampusnya. Ia tak mau menunggu di kampus karena ia tak mau terlihat seperti orang bodoh yang menunggu seseorang. Lama Syahquita menunggu Devian tetapi pria itu tak kunjung tiba. Syahquita melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 17.15 waktu setempat. Hari hampir petang dan Devian tak kunjung datang. Syahquita mencoba untuk menghubungi pria itu namun panggilannya tak dijawab. 5 kali 10 kali 12 kali Syahquita sudah lelah menghubungi Devian, ia bahkan sudah sangat kesal menunggu pria itu satu jam lebih dan ia tak juga datang. "Ke mana pria itu?" desis Syahquita marah. Syahquita mencoba untuk menghubunginya lagi namun hasilnya tetap nihil, lima kali lagi ia menghubungi Devian pria itu juga tak kunjung menjawab panggilan itu. Syahquita melihat langit di atasnya mulai gelap dan kondisi sekitarnya pun perlahan-lahan mulai gelap dan sepi, Syahquita sudah kesal bukan main ia malah ingin menangis karena takut, kesal dan marah dalam waktu yang bersamaan. Syahquita sudah berputus asa, ia mencoba untuk menghubungi Alfaz tapi sayang nomornya tidaklah aktif. Ia mencoba menghubungi satu per satu anggota keluarganya berharap ada yang menjawab panggilannya namun hasilnya tetap nihil. Tanpa ia sadari air matanya secara perlahan mulai keluar karena perasaannya yang campur aduk dan tidak mempunyai sesuatu untuk dilampiaskan. Syahquita mencoba untuk menghubungi ayahnya, siapa tahu ayahnya akan menjawab panggilannya lagi. TUUUUTTTT... TTUUUTTTT... TTTUUUTTTT... "Come on, Dad." lirihnya dalam isak, berharap ayahnya akan menjawab panggilannya. "DAMN IT!!!" kesal Syahquita. Tangisannya semakin menjadi, ia benar-benar merasa takut sekali. Seorang diri di halte bus, menunggu seseorang yang tak kunjung datang, dan sekitarnya sepi dan gelap. Siapapun yang berada di posisinya akan merasakan hal yang sama seperti yang ia alami. Syahquita sudah berpasrah, ia sangat berharap ada anggota keluarganya yang akan menelpon baliknya atau seseorang yang berbaik hati yang bersedia memberikan tumpangan kepadanya. Doa Syahquita sepertinya terkabul, ada seseorang dengan motornya berhenti tepat di depan halte tempat ia berada sekarang. Seseorang itu turun dari motornya lalu duduk di samping Syahquita. "Heii, ada apa denganmu?" tanya orang itu dengan membuka helmnya. "Nothingg." isak Syahquita berbohong. "Hei, Syah. Apa yang terjadi?" tanya orang itu lagi. Meyakini bahwa ada sesuatu hal yang tidak benar terjadi pada Syahquita. "Aku sudah menunggu Devian selama dua jam lebih tapi ia tak kunjung datang dan aku mencoba untuk menghubunginya dan semua keluargaku tak juga mendapat jawaban. Aku sangat takut Drake." jelasnya dengan ketakutan dan tangisan yang mendalam. "It's oke. Aku ada di sini, kau tak perlu khawatir aku akan mengantarkanmu pulang." Drake menariknya dalam pelukkan. "Thank you, Drake."lirih Syahquita. Drake melepaskan wanita itu, ia tersenyum kepada Syahquita "Ayo, hari sudah semakin malam." Syahquita mengangguk setuju, Drake menggandeng tangan Syahquita untuk berdiri. Tidak seperti Devian, Drake hanya membawa satu helm untuk dirinya sendiri karena selama ini pria itu selalu menyendiri dari orang banyak tapi tidak kepada Syahquita. Drake mengantarkan Syahquita ke rumahnya, ia tidak tahu di mana rumah wanita itu tapi setelah Syahquita memberitahu kepada Drake barulah ia tahu. Drake mengarahkan stang motornya ke arah rumah Syahquita. Tak butuh waktu lama hanya tiga puluh menit mereka sudah sampai di kediaman Charlie Valdez Campbell. Syahquita turun dari motor Drake. "Thank you, Drake. Jika tidak ada kau entah bagaimana aku bisa sampai ke rumah." ucap Syahquita dengan kelembutan. Drake tersenyum kepada Syaquita, "Your welcome. Lain kali jika memang tak di jemput katakan saja. Aku siap mengantarkanmu." Syahquita tertawa kecil saat Drake membuat lelucon yang mampu membuatnya tersenyum, "Oke – okeee." "Hmm baiklah kalau begitu aku permisi ya. See you, Syah." "See you, Drake." "Okay." ucap Drake tersenyum. Kemudian motor Drake kembali berjalan menjauh dari kediaman keluarga Syahquita. Setelah motor Drake pergi, Syahquita segera masuk ke dalam rumahnya. Sungguh Drake memang sedikit membuka diri dengan Syahquita, ia selalu berhasil membuat wanita itu tersenyum jika suasana hatinya tidak bagus. Ada apakah dengan Drake? Dan siapakah dia?                                                                                             *** Matahari belum menunjukkan eksistensinya, namun wanita itu sudah tersadar dari mimpi indahnya. Kejadian menyebalkan kemarin menyita waktunya dan membuatnya sangat lelah. Meski jarum jam sudah berada di angka enam, Syahquita enggan untuk beranjak dari atas kasurnya. Entah karena ia yang malas ataukah kasurnya yang tak menginginkannya pergi. "Syah, kau sudah bangun?" teriak Martha dari depan pintu kamar Syahquita. "Iyaaaa." teriak Syahquita malas. Syahquita menghempaskan selimutnya lalu bangun dan berjalan malas menuju kamar mandi. Ia terlihat seperti orang yang kehilangan semangat hidup, cuma karena pria menyebalkan itu. Lima belas menit, ia menghabiskan waktu di dalam kamar mandi hanya untuk membersihkan dirinya. Syahquita segera berpakaian dan merapikan dirinya agar ia tak terlihat seperti orang yang hidup segan matipun tak mau. Setelah selesai ia segera keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk sarapan bersama dengan yang lainnya. Syahquita segera mengambil tempat tepat di samping Sharon setiba di ruang makan. Ia menyatap apa yang Sharon buatkan untuknya seperti biasa, dua slice roti isi dan satu gelas s**u hangat. Selesai sarapan seperti yang sudah-sudah keempat anaknya berpamitan kepada Sharon dan Charlie. Saat mereka ingin keluar rumah tiba-tiba saja bel rumah mereka berbunyi. Syahquita tak peduli dengan orang aneh yang datang ke rumahnya pagi-pagi, ia berjalan di belakang para saudaranya. "Yaa, cari siappp." Jessie tidak melanjutkan perkataanya setelah melihat orang yang ada di balik pintu. Syahquita menengok siapa orang tersebut, seketika secara mendadak raut wajahnya menjadi datar setelah melihat orang tersebut. Alfaz, Jessie dan Martha keluar dari rumah lebih dahulu. Syahquita masih menatapi orang tersebut dengan kekesalan yang mendalam. "Hiii." sapa orang itu. Syahquita menghela nafas pelan, ia keluar dari rumah dan menutup pintu. Ia hendak melangkah menyusul saudaranya tapi orang itu menahan tangannya. "Syah, please." "Maaf, aku sudah telat, Dev." kata Syahquita dingin, melepaskan tangannya secara kasar dari genggaman Devian. Syahquita berjalan menyusul para saudaranya tanpa peduli dengan keberadaan Devian, ia masuk begitu saja ke dalam mobil Alfaz. "Syahhh." desis Alfaz. "Aku tidak peduli, oke." kesal Syahquita. Alfaz mengerti mengapa Syahquita bersikap seperti itu, padahal ia hanya menyebut namanya dan itu secara halus. Alfaz tahu jika kemarin baru saja adiknya mempunyai masalah dan ia tak tahu apa sebabnya karena wanita itu tidak memberitahu dan memilih untuk menutup diri. Tanpa bertele-tele Alfaz melajukan mobilnya keluar dari halaman rumahnya dan menelusuri jalanan pagi Scania menuju Lund University. Sepanjang jalan Syahquita hanya diam dengan melihati jalanan di sekitarnya, entah apa yang sedang ia pikirkan sampai ia tak sadar jika mobil Alfaz sudah berada di depan gerbang Lund University. "Terima kasih, Alf." ucap Syahquita lalu keluar dari mobil Alfaz. Syahquita menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, ia harus menyudahi semua hal yang mengganggunya karena ia tak ingin semua hal itu membuatnya kesulitan berkonsentrasi dengan baik saat para dosen memberikan materi. Syahquita harus berfokus pada kuliahnya karena semakin tinggi semester maka semakin tinggi pula tingkat kesulitan yang akan ia hadapi. Jam pertama ia mulai dengan mata kuliah yang membuatnya sedikit mempunyai semangat yaitu Manajemen Pemasaran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN