First Day Of Collage (2)

1995 Kata
"Kalian semester berapa?" tanya pria itu. "Kami mahasiswa baru di sini, kau?" tanya Jessie. Di antara mereka bertiga, Jessie lah yang mudah bergaul dengan orang asing sedangkan Martha dan Syahquita sulit terbuka pada orang asing kecuali dengan seseorang yang sudah dikenal namun lama tak jumpa maka mereka akan membuka diri sebab sudah mengenalnya. "Ooh mahasiswa baru. Aku mahasiswa Magister." jawabnya. "Senior. S2? Oh My God." ucap Jessie terkejut lalu menatap Martha dan Syahquita. Syahquita tak begitu menanggapi apa yang Jessie katakan tentang pria di depannya. Ia tak peduli bahkan tak mau tahu juga. "Siapa namamu?" tanya pria itu menjulurkan tangan kanannya kepada Syahquita. Syahquita menatap datar tangan yang berada di udara seakan menunggunya untuk menjabat balik. "Syahquita, Syahquita Valdez Campbell." jawabnya datar lalu menjabat tangan pria itu dan secepat mungkin melepaskannya kembali. "Aku Jessie dan ini saudara kembarku Martha." ucap Jessie menyerobot begitu saja. "Aku Devian Costa Barclay, panggil saja Devian." kata pria yang bernama Devian. Syahquita hanya mengangguk-angguk kecil agar terlihat bersahabat padahal ia sama sekali tak peduli tentang pria itu. Berbeda dengan Jessie yang sangat antusias dengan pria itu. Dan itu cukup membuat Syahquita geram sebab Jessie tak mengetahui bahwa tadi Devian tersenyum kepadanya dan membuatnya takut. "Kalian keluarga Valdez Campbell yang terkenal akan perusahaan mereka?" tanya pria itu lagi. Jessie menggeleng mantap, "Tidak, aku dan Martha bukan keluarga Campbell tetapi Parker. Kedua orang tua kami bersaudara, Syahquita lah yang mempunyai garis keturunan Valdez Campbell." Devian mengangguk-angguk pelan seakan mengerti apa yang Jessie katakan, "So, apa kalian keluarga dari Jonathan Valdez, rector kepala di Universitas ini sekaligus Dosen sejarah?" "Yaph, betul sekali maka dari itu kami harus masuk ke kelas. Jika tidak kakek akan marah pada kami karena membicarakannya di sini." ucap Syahquita berdiri perlahan. Devian tersenyum kecil karena sikap Syahquita yang sangat berbeda dengan Jessie yang lebih bersahabat. Pertanyaan yang diajukan Devian membuat Syahquita tak menyukainya sebab secara tak langsung itu sama saja meng-introgasi kehidupan mereka bertiga yang seharusnya mereka rahasiakan dari orang banyak. Syahquita tidak akan menyukai jika banyak orang yang menghargainya karena ia cucu dari seorang rector di kampus ini. "Oke, guys. Kita harus kembali ke kelas sekarang!" tegas Syahquita. Jessie dan Martha mengikuti jejak Syahquita karena jam istirahat mereka akan segera habis dan dalam waktu sepuluh menit mata kuliah ketiga akan di mulai. Mereka bertiga pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun kepada Devian ralat lebih tepatnya Martha dan Syahquita yang pergi tanpa berbicara sedangkan Jessie sempat mengucapkan "Kami permisi." "See you next time, Syahquita." teriak pria itu sambil melambaikan tangannya.  Syahquita menoleh sejenak ke arah pria itu lalu ia menghiraukan begitu saja tingkah pria menyebalkan itu dan mereka bertiga bergegas kembali ke kelas untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Sementara Devian tersenyum puas setelah berkenalan dengan Syahquita, ntah apa arti senyuman itu.                                                                                           *** "Syah, come on. Kita sudah telat masuk kelas Mrs. Helena (dosen kesenian)." teriak Martha pada Syahquita yang masih berjalan dengan santainya melewati koridor kampus. "Syah, cepatlah kita sudah terlambat lima menit." kali ini Jessie berusaha menyadarkan Syahquita akan keterlambatan mereka. "Okee." teriak Syahquita bersiap untuk lari tapi ia tak menatap ke depan melainkan arah kanannya melihati para senior. BRRRUUUKKKKKKKK... Syahquita menambrak seseorang, buku yang Syahquita pegang terjatuh ke lantai karena menabrak orang itu. Dengan cepat Syahquita mencoba untuk mengambil bukunya itu tetapi ia kalah cepat dengan orang yang menabraknya. "Maaf, aku tak sengaja." ucap orang itu meminta maaf. Syahquita menatap orang yang menabraknya dan meminta maaf kepadanya. "Its oke." ucap Syahquita datar karena pagi-pagi begini ia sudah melihat wajah senior yang over kepo itu, Devian. "Heii, ada apa? Bukankah aku sudah minta maaf." kata Devian menjengkelkan. "Apa yang kau pikirkan? Aku bilang tidak apa." kesal Syahquita "Come on, Syah. Kita sudah terlambat." ucap Jessie menarik Syahquita secara paksa. Jika tidak dipisahkan maka akan ada perang antar dua kubu yaitu Syahquita dan Devian. Jessie tahu betul watak Syahquita, saudaranya itu tidak akan senang dengan orang yang sudah membuatnya kesal di awal maka seterusnya ia akan merasa kesal jika melihat orang itu. "Aku tahu kau kesal, tapi aku sudah minta maaf, Syahquita." teriak Devian menyita perhatian semua orang yang mendengarnya. Syahquita menoleh ke belakang dengan raut wajah kemarahan tetapi Jessie dan Martha menahannya agar tidak meladenin Devian karena mereka sudah terlambat masuk kelas. "WHATEVER!!!" teriak Syahquita menanggapi perkataan Devian. "Abaikan apa yang pria itu katakan, Syah. Kita sudah terlambat." kali ini Martha angkat bicara berusaha meredakan emosi Syahquita. ~~~DEVIAN POV~~~ Pagi ini aku sudah terlambat masuk ke kelas Mr. Forbes, jika mata kuliahnya tidak sulit maka aku tak akan berlarian di lorong agar bisa sampai di kelasnya dalam lima menit. Tanpa memperdulikan sekitar aku berlari begitu saja sampai aku tak sengaja menabrak seseorang sampai bukunya terjatuh. Sebagai seorang pria sudah seharusnya aku mengambil buku itu dan meminta maaf atas kecerobahanku karena tak memperhatikan sekitarku. "Maaf, aku tak sengaja." ucapku tanpa melihat siapa orang itu. "It's oke." respon orang itu.  Aku mengenali suara itu sehingga membuatku penasaran dan menatap orang yang aku tabrak. Syahquita, batinku. Aku tak tahu ada apa dengannya padahal aku sudah minta maaf tetapi dari nada bicaranya seperti orang yang kesal. "Heiii, ada apa? Bukankah aku sudah minta maaf." ujarku sedikit penasaran dengan wanita itu. "Apa yang kau pikirkan? Aku bilang tidak apa." kesalnya. Aku menatap bingung wanita itu, ia sangat berbeda dari wanita-wanita yang pernah aku temui selama ini. Saudaranya menariknya dengan paksa dari hadapanku, sebenarnya aku sangat bahagia bisa melihat Syahquita di pagi-pagi seperti ini. Mungkin inilah sebab atau asal muasal mengapa aku terlambat, ternyata tuhan ingin aku bertemu dengan Syahquita. "Aku tahu kau kesal, tapi aku sudah minta maaf, Syahquita." teriakku hingga semua orang yang berada di koridor atas menengok ke bawah karena suaraku. "WHATEVER!!!" teriaknya. Aku tersenyum kecil, "Whatever." ucapku mengulangi apa yang Syahquita katakan. Aku tak tahu mengapa wanita itu sangat menyita perhatianku. Ya, aku akui memang aku salah tetapi aku sudah minta maaf atas kesalahanku itu tapi wanita itu tetap kesal. ANEH!!! Dia wanita pertama yang berhasil mengabaikanku, selama ini tak ada wanita seperti itu di kampus ini. Semua wanita di kampus ini selalu tersenyum dan berusaha ramah kepadaku karena aku anak dari seorang ternama dan wajahku yang selalu dibilang "Tampan" oleh setiap wanita yang melihatku di kampus ini. Tak ada satupun wanita di kampus ini yang memarahiku seperti dia bahkan Mom pun tak pernah memarahiku tetapi wanita ini mampu memarahiku. Mrs.Campbell aku tak akan melepaskanmu, batinku sambil memperhatikannya menjauh dariku. "OH NO! Kelas mr. Forbes." seketika otakku kembali mengingat hal yang hampir saja terlupakan karena aku terlalu memperhatikan wanita itu. Aku kembali berlari menelusuri lorong agar bisa masuk kelas mr. Forbes dalam lima menit.                                                                                                 *** ~AUTHOR POV~~ "Bonjour." sapa seseorang ketika Syahquita, Jessie dan Martha baru saja turun dari mobil Alfaz dan bahkan mobil Alfaz pun belum pergi dari depan Lund University. "Morning." sapa balik Jessie. "Morning. Morning, Syahquita." sapa pria itu. Jujur saja apa yang Syahquita tak sukai akhirnya terjadi di pagi buta ketika baru saja sampai di kampus, Senior menyebalkan itu sudah mengganggunya. Syahquita mengabaikan sapaan Devian, ia jalan lebih dulu dari Jessie dan Martha. Syahquita ingin menghindar dari Devian tapi pria itu selalu saja menghampirinya. "Hei, Nona. Apa kau punya dendam tersendiri padaku?" tanya Devian. Syahquita mengabaikan pertanyaan pria itu dengan memakaikan headset ke telinganya agar ia tak bisa mendengar ocehan pagi yang tak bermanfaat itu. Tetapi namanya juga Devian, ia tak akan berhenti sampai di situ. Devian menarik headset kanan Syahquita yang justru membuat wanita itu seperti singa liar. "What the hell has wrong with you?" geram Syahquita . "Relax, aku hanya ingin berbincang-bincang denganmu." ucap Devian sok asik. "Aku tidak peduli dan aku juga tidak ingin berbicara pada kau atau apapun itu!" kesal Syahquita. Devian terguncang, wanita ini dengan tangguhnya berbicara keras dan kasar kepadanya. Devian tersenyum lebar yang membuatnya seperti orang aneh di mata Syahquita. "Aku hanya ingin minta maaf padamu. Aku tak ingin kita bermusuhan atau apapun itu. Aku tahu aku sangat menyebalkan tapi inilah aku." kata Devian dengan gaya sok cool. Untuk semenit Syahquita mendengarkan perkataan Devian namun dalam sekejap ia menjadi tak peduli dengan pria itu. Syahquita kembali berjalan menuju kelasnya. "Syah, are you okey?" tanya Jessie hati-hati setelah mereka tiba di dalam kelas. Syahquita menghela nafas pelan lalu tersenyum ke arah Jessie dan Martha yang duduk di samping kanannya, "Ya, I'm okee. Aku hanya kesal dengan pria itu mengapa ia selalu mengacaukan mood-ku dan selalu membuatku kesal. Apa yang ada dipikirannya?" "Okee, aku tahu." perkataan Martha terpotong karena dosen mereka sudah memasuki kelas, so ia tak bisa menasihati Syahquita. "Morning Class." sapa Mr. Benz "Morning, Sir." Mereka memulai kegiatan belajar mengajar seperti biasanya yang akan menghabiskan waktu satu setengah jam untuk satu mata kuliah dan berlaku bagi mata kuliah lainnya.                                                                                                  *** Sebulan menjadi mahasiswa membuat Syahquita mempunyai banyak pikiran lebih tepatnya dengan adanya penganggu sejenis Devian-Freak Man. Yang setiap harinya selalu saja menganggu Syahquita, sehari tak menganggu mungkin dia akan sakit atau apapun itu. Syahquita sudah mempunyai trik agar pria itu menjauh darinya yaitu dengan berpura-pura peduli tapi pada akhirnya ia akan mengabaikan pria itu. Dengan demikian Devian tidak akan menganggu sehari 3x sudah seperti minum obat saja bukan, ya itu alasan mengapa Syahquita memanggilnya "Freak Man". "Heii, mengapa wajahmu selalu murung ketika pulang kuliah?" tanya Sharon memastikan keadaan anaknya baik-baik saja. "Aku lelah, Mom. Banyak sekali tugas yang diberikan oleh dosen kepada kami." jawabnya dengan nada lesu. "Terlebih ia selalu diganggu oleh senior yang ia sebut Freak man." celetuk Jessie cengengesan. Syahquita langsung menatap tajam Jessie karena ia tak suka jika apa yang terjadi dengannya dihubungkan dengan pengganggu itu. "Yaph, bibi tahu hampir setiap hari pria itu selalu saja mengganggu Syahquita. Padahal Syahquita tidak bersikap baik padanya tetapi ia masih saja mengganggunya dan selalu menempatkan kami sebagai pawangnya haha." timpal Martha. Syahquita berpura-pura tidak mendengar apa yang kedua sepupunya katakan itu tapi ia tidak tuli. Sharon tersenyum kecil saat mendengar ocehan demi ocehan yang keponakannya katakan itu tentang putrinya. "Siapa nama pria itu?" tanya Sharon penasaran. "Devian Costa Barclay, nama itu tidaklah bagus untuknya. Freak Man, lebih bagus dan cocok untuknya. Mahasiswa Magister sama seperti Alfaz tetapi ia jauh lebih menyebalkan dibanding Alfaz." jawab Syahquita sedikit greget. Jessie, Martha dan Sharon tersenyum kecil karena melihat respon Syahquita yang begitu semangat menyebutkan nama pria itu. Jessie dan Martha saling menyenggol tangan seakan memberi tanda bahwa ternyata Syahquita memperhatikan pria yang selalu mengganggunya. "OH NO! Syah, kau mengingatnya?" ledek Jessie. "Ehmmm, jadi ternyata kau memperhatikannya sampai begitu hafal dengan nama pria itu." ledek Sharon yang membuat Jessie dan Martha menatap dengan tatapan menggoda Syahquita. "Mommm, please. Pria itu sangat menyebalkan sehingga membuatku mudah mengingatnya." geram Syahquita. "Pria? Pria siapa yang sedang kalian bicarakan." tanya Alfaz yang tiba-tiba saja ikut bergabung duduk di ruang tamu. "Siapa, Syah?" ledek Jessie. "Freak Man, Devian Costa Barclay." celetuk Martha cengengsan mewakili suara Syahquita. Syahquita hanya berpasrah mau ia membantah seperti apa tetap ia akan kalah sebab semuanya sudah menjadi satu kubu untuk meledeknya sedangkan ia hanya sendirian. "Waw, seorang Syahquita mempunyai masalah dengan seorang pria? Amazing, apa kau jatuh cinta dengannya?" ejek Alfaz dengan tersenyum penuh godaan. Syahquita meraih bantal kursi di sebelahnya lalu ia melemparkan bantal itu ke wajah Alfaz dan ia tepat sasaran. Bantal itu mendarat dengan mulus di wajah Alfaz. "Aku tidak mencintainya! Aku sangat membencinya! Puas kau?" geram Syahquita. Tetapi Alfaz tak berhenti sampai disitu ia tetap menggoda Syahquita dengan memberikan senyuman evil dari wajah tampannya. "Apa kau pernah mendengar kata-kata tentang tidak boleh merasakan sesuatu terlalu berlebihan karena pada akhirnya perasaan itu akan berbalik." ledek Alfaz. Martha mengangguk setuju dengan Alfaz, "Betul sekali, saat ini kau membencinya mungkin suatu hari nanti kau akan jatuh cinta padanya, Syah." "Are you kidding me? Aku tidak akan pernah menyukai pria itu." kesal Syahquita. "Hei, apa yang dikatakan Alfaz dan Martha ada benarnya, nak." ledek Sharon. "Come on, Mom. Mengapa kalian menggodaku seperti ini?!" Syahquita merajuk karena terus-terusan digoda oleh keluarganya. "Ingat apa yang aku katakan, mungkin kau akan jatuh cinta pada pria itu. Siapa namanya? Dev, Dev. Devina? Devini?" kata Alfaz. "Devian." celetuk Syahquita memotong perkataan Alfaz karena terlalu lama saat mengingat nama Devian. "Nah itu dia." "Tidak akan, aku Syahquita Valdez Campbell tidak akan dan tidak mungkin jatuh cinta dengan pria semenyebalkan Freak Man, Devian!" ucap Syahquita seperti mengucapkan janji pada dirinya sendiri. "Baiklah, kita lihat saja nanti." kata Alfaz terdengar menyebalkan. Alfaz tahu Syahquita akan menimpuknya kembali dengan bantal tapi sebelum itu terjadi ia sudah lebih dahulu pergi dari ruang tamu. Jessie, Martha Dan Sharon masih mentertawakan Syahquita yang begitu emosi ketika diprediksi akan jatuh cinta kepada Devian jika membenci pria itu terlalu berlebihan, tapi ia tak mau ambil pusing sebab itu hanya prediksi mereka dan Syahquita tak akan membiarkan hal itu terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN