PROLOG
New York, Amerika
Mei, 2015
..
“Aku tidak mengerti apa yang membuatmu berpikir bahwa menggelar pesta pernikahanku akan membuat kondisimu membaik,” kata Ariana Faith sembari menggenggam satu tangan besar milik Juan Hudson, seorang aktor terkenal yang baru menginjak usia enam puluh tahun sejak sepekan lalu. Kini tubuhnya terkujur lemah di atas ranjang pada salah satu ruang rawat di rumah sakit.
Juan merupakan tokoh besar pada masanya. Ia tinggal di New York dan hidup sebagai aktor besar yang begitu di elu-elukan oleh masyarakat. Faith bahkan ragu kalau seseorang di negara itu tidak mengenali ayahnya. Juan yang berkali-kali mensukseskan perfilman hollywood dalam berbagai genre. Dan bukan hanya itu, disela kariernya sebagai seorang aktor tampan, kaya dan terkenal, Juan juga bekerja sebagai seorang sutradara, produser film dan pembisnis.
Saat usianya menginjak tiga puluh lima tahun, Juan berhasil menemukan seorang tambatan hati. Ia menemukan cintanya dalam perjalanan ke Texas untuk promosi film terbaru yang dibintanginya bersama aktris cantik, Aubree.
Kylee Hudson adalah wanita berkulit gelap asal texas dengan kecantikan unik yang telah memikat Juan sejak awal perjumpaan mereka. Kylee bekerja sebagai penata dalam sebuah gedung tempat seni pertunjukan. Usia Juan yang terpaut sepuluh tahun lebih tua dari Kylee tidak membuatnya menyerah untuk memiliki gadis itu dan menikahinya di awal musim semi. Pesta pernikahan mereka digelar secara besar dan megah, bukan hanya kerabat dan keluarga dekat yang memenuhi acara, namun para aktor dan aktris terkenal juga menyaksikannya.
Kylee melahirkan seorang putri cantik berambut hitam dengan mata almond yang berkilau seperti mata Juan, tujuh bulan setelah pesta pernikahan mereka digelar. Setahun setelahnya, dokter menemukan kista dalam rahim Kylee yang membuatnya tidak bisa mengandung lagi. Namun kehadiran putri kecil mereka dengan nama Ariana Faith, telah menutupi segala kekurangan dan melengkapi kebahagiaan pasangan Juan dan Kylee.
Dua bulan yang lalu, ayah dan ibunya baru saja merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-27 tahun. Sebelumnya Juan baik-baik saja, sampai sepekan setelah perayaan itu, penyakit kanker yang telah menggerogoti tubuhnya selama hampir setahun terakhir, kambuh dan membuatnya harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Di antara mereka, Faith mengerti mengapa Kylee menjadi yang paling sedih. Bahkan, ibunya menolak untuk menemui Juan di rumah sakit – Faith juga tidak berharap ibunya melakukan itu. Terakhir kali ibunya datang untuk sekadar berjaga di rumah sakit, ibunya hampir pingsan karena tidak cukup kuat menahan isak tangis. Faith mengerti kondisinya.
Kylee memiliki jiwa lembut yang begitu rapuh, begitu penyayang dan penuh cinta, terkadang kontras dengan watak Juan yang keras dan tegas. Dari sanalah Faith mewarisi watak ayahnya yang keras kepala, meski terkadang sisi lembut dalam dirinya membuat Faith begitu mirip dengan ibunya.
Selama dua pekan terakhir, Faith meluangkan waktu untuk menjaga ayahnya. Berbincang dengannya ketika Juan sadar, menunggu ketika Juan tertidur dan diam-diam menangis ketika hari sudah larut karena berpikir akan kondisi ayahnya. Faith tahu, cepat atau lambat, Juan akan mengambil jalannya, meninggalkan ia dan Kylee, kemudian pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Karena itu Faith selalu berusaha untuk memberi yang terbaik bagi ayahnya.
Beberapa tahun yang lalu, ia lulus sebagai mahasiswa kimia terbaik. Ia juga menggeluti bidang sastra dan sangat antusias dengan kegiatan yang berhubungan dengan holtikultura. Sepanjang kariernya, Faith menghabiskan waktu untuk menulis, mencari inspirasi dan bertemu dengan banyak orang. Ia tumbuh seperti wanita selayaknya. Terkadang menghadiri pesta bersama sejawat, menghabiskan waktu untuk berbelanja, menghadiri acara sosial, bahkan diam-diam pergi ke bar untuk bersenang-senang. Sejauh ini Faith berhasil lolos dari pengamatan orang tuanya yang selalu menganggap bahwa ia anak baik-baik. Faith telah bersusah payah menjaga citra baiknya di hadapan kedua orang tuanya selama bertahun-tahun. Ia sama sekali tidak berharap orang tuanya mengenal sisi buruk dalam diri Faith yang suka bersenang-senang. Hanya dengan cara itulah Faith berterima kasih pada kedua orang tuanya.
Namun, ia tidak tahu soal perjodohan yang telah direncanakan oleh orang tuanya. Perjodohannya dengan putra bungsu seorang senator terhormat. Tuhan tahu Faith membenci fakta bahwa pria dari kalangan atas harus menikahi wanita dari kalangan atas pula. Hal itu selalu mengusik Faith dan teorinya tentang paradigma sosial.
Ian K. Landon pria yang menarik. Wajahnya tampan dan kulitnya kecokelatan. Pria itu cukup cerdas untuk lulus sebagai mahasiswa kedokteran terbaik dan sekarang bekerja sebagai ahli bedah profesional di sebuah klinik. Reputasinya tidak tercela, kepriadiannya hangat dan menyenangkan. Dengan ketampanan dan harta yang berlimpah, lelaki itu terlalu sempura untuk ukuran wanita liar yang 'berusaha' membahagiakan ayahnya di hari-hari terakhirnya seperti Faith.
Tapi Faith tidak mengenal Ian lebih dari bocah c***l berusia tujuh belas tahun yang dulu pernah merayunya. Faith tidak benar-benar mengenal Ian, namun keluarga mereka sangat dekat. Dalam sesekali perjumpaan, Faith pernah bicara dengan Ian dan kedua adiknya yang juga tampan dan menawan. Ian jelas jauh berbeda dengan adik-adiknya. Ian berusia tujuh belas tahun sementara Joseph dan Luke masing-masing satu dan tiga tahun lebih muda dari Ian.
Saat itu Faith tidak lebih dari remaja dua belas tahun yang pemalu. Ia bicara dengan semua orang termasuk Ian dan kedua adiknya. Joseph berkepribadian dingin dan memiliki wajah yang cukup menarik, namun pria itu selalu membuat Faith merasa canggung ketika bicara dengannya. Obrolannya hanya seputar dunia ilmu pengetahuan dan Faith tidak begitu suka. Yang membuatnya tampak seperti remaja kasmaran adalah Luke. Luke pria yang hangat, tampan, suka bercengkrama dan mengencani banyak wanita. Faith hampir akan mengencani Luke jika saja Ian tidak mengacau.
Ketika itu ia dan Luke tengah berdansa di sebuah pesta perayaan. Luke hampir akan menciumnya di taman belakang, tapi kemudian Ian datang sebelum hal itu terjadi dan menarik Faith untuk menemaninya berdansa. Tanpa rasa kecewa, Luke hanya mengangkat bahu kemudian kembali ke lingkaran pesta dan berdansa bersama wanita lainnya. Rasanya Faith ingin berteriak di depan wajah Ian dan memaki pria itu karena telah menghilangkan kesempatannya untuk bermesraan dengan pria paling tampan di kota, namun Faith sekadar remaja dua belas tahun yang pemalu, jadi ia diam dan mengikuti Ian ke lantai dansa.
Ian tidak banyak bicara, hanya sekadar mengatakan rasa penasarannya untuk menyentuh wanita, secara blak-blakan. Di sela dansa mereka, Ian sempat bertanya apa Faith akan memuaskan rasa penasarannya akan tubuh wanita malam itu juga, namun Faith dengan tegas menolak dan segera menjauh dari remaja c***l yang blak-blakan itu. Ia jengkel setengah mati. Bahkan Ian sempat bertanya berapa ukuran pakaian dalamnya! Benar-benar menjengkelkan.
Lelaki itu tidak seperti kedua adiknya yang lain. Dan setelah pesta itu, mereka tidak pernah bertemu lagi. Hanya sedikit yang Faith ketahui tentang Ian dan betapa gilanya orang tuanya karena berpikir kalau Faith dan Ian adalah dua pasangan yang sempurna.
Faith bahkan tidak tahu warna favorit Ian!
Hal itu sepele, namun terasa begitu penting baginya. Ia sudah terlibat dengan sekurangnya empat belas pria dalam hidupnya dan beberapa di antara mereka tidak sekadar menjadi teman ranjang yang baik, namun Faith mencoba bersikap seperti wanita angkuh dengan menetapkan standarnya sendiri. Faith harus selalu tahu warna favorit lelaki yang memiliki hubungan dengannya ketika ia merasa hubungan itu semakin khusus. Ia melakukan hal konyol itu dan menganggapnya sebagai riset yang cukup logis dan terbukti akurat. Meski tidak berbakat menjadi seorang aktris seperti yang dilakukan ayahnya, darah seni Juan mengalir dalam tubuh Faith. Wajar jika segala bidang yang digeluti Faith tidak lepas dari penilaian yang begitu luas layaknya seorang seniman. Faith percaya bahwa warna kesukaan akan menceriminkan siapa dan bagaimana seseorang.
Terlepas dari semua itu, ide menikahi seorang dokter ahli bedah berotak c***l adalah yang terburuk. Faith masih menjalin hubungan asmara dengan Mike. Meski hubungan mereka diwarnai oleh perdebatan, namun Mike adalah tipe kekasih yang kompleks. Mereka sudah menjalin hubungan itu sejak tiga tahun lalu dan baik Faith maupun Mike belum merasa siap melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan – dan mereka tidak memiliki alasannya.
Mike bekerja sebagai pemandu tur. Sikapnya terkadang menjengkelkan. Faith sudah mencoba mempertemukan Mike dengan Juan dan Kylee, dan karena sikapnya, Kylee segera memutuskan bahwa Mike tidak cukup baik untuk Faith – seolah Faith cukup baik untuk Ian.
Kedua orang tuanya tidak merestui hubungan mereka dan karena alasan itu, Faith dan Mike memutuskan untuk menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi. Walau beberapa minggu terakhir hubungan mereka hanya sekadar seks dan kesenangan saja, hal itu tidak membuat Faith berpikir logis dan menjauh dari Mike. Ia sudah berusaha, namun setiap kali berada di dekat Mike, ia tidak berpikir dengan otaknya melainkan dengan nafsunya.
"Faith!" guncangan di lengannya telah menarik Faith kembali pada kenyataan. Ia menatap mata Juan dengan lembut dan mencoba untuk tersenyum.
"Apa kau mengatakan sesuatu, daddy?"
Khas Faith. Putrinya sudah dewasa. Sudah berusia dua puluh tujuh tahun, namun mendengar panggilan itu membuat Juan kembali pada fakta yang menyatakan bahwa: Faith tetaplah putri kecilnya. Hati Juan selalu tenang tiap kali Faith memanggilnya: daddy. Dalam benaknya, Juan selalu membayangkam seorang putri kecil berambut hitam dan memiliki mata berwarna almond yang luar biasa, sedang berlari-lari mengejarnya sambil tertawa.
Tersenyum, Juan mengenggam satu tangan Faith dan meletakkannya di atas d**a. Faith bisa merasakan nafas ayahnya yang teratur, semakin lama semakin lamban, kemudian kembali normal. Hatinya tersayat ketika menyadari fakta bahwa mereka akan berpisah. Cepat atapun lambat. Tuhan tahu Faith selalu membenci akhir yang menyedihkan.
"Menikahlah dengan Ian dan aku akan merasa tenang!" itu bukan perintah, melainkan permintaan yang dikatakan secara kasar. Tapi Faith sangat mengenal ayahnya sebagai pribadi yang tidak pernah berbicara lembut apalagi memanjakan seseorang. Ayahnya selalu mendidik ia dengan tegas dan Faith bersyukur karenanya.
Faith tidak mungkin menikahi Ian, tapi ia tahu bahwa menolaknya hanya akan mengecewakan Juan. Faith tidak pernah menjadi seorang anak yang pembangkang – ia tidak berniat melakukannya. Faith selalu berusaha melakukan yang terbaik dan dalam sisa waktu yang dimiliki Juan, Faith juga ingin memberi yang terbaik. Faith jarang meminta, hanya berusaha menuruti orang tuanya dan membuat mereka bahagia. Faith selalu mengabaikan perasaannya yang terluka dan terus berpikir bahwa orang tua adalah segalanya. Tapi pernikahan bukan hal yang sederhana. Faith tidak bisa hidup dengan seseorang yang tidak ia cintai bahkan tidak ia kenal.
Faith mencoba menggerakkan bibir untuk bicara dan menjelaskan penolakannya secara halus, dan sebelum itu terjadi, Juan sudah mempererat genggamannya, seolah pria itu tahu bahwa Faith akan menolak.
"Percayalah padaku! Ian akan menjagamu untukku. Dia akan menjagamu sebaik aku menjaga putri kecilku yang cantik. Aku mengenal Ian dan latar belakangnya, keluarga kita berhubungan begitu dekat. Orang tuanya adalah sahabatku sejak kecil. Percayalah, aku akan merasa aman jika sewaktu aku pergi, kau sudah ada di tempat yang tepat. Tempat di mana seharusnya kau berada."
"Daddy.."
Juan menyela lagi. "Wajahmu cantik seperti ibumu tapi sifatmu begitu keras kepala seperti ayahmu. Kau putri kecil kami, nak. Aku dan Kylee membesarkanmu dengan harapan kau akan menjadi bintang yang bersinar terang. Kami peduli padamu..”
"Aku tahu itu, aku juga mencintai kalian, tapi.."
"Dengar, Faith.." Faith bisa merasakan genggaman Juan semakin kecang dan lagi-lagi hatinya mencelos. Ia tidak pernah menangis-setidaknya tidak pernah di hadapan Juan secara terang-terangan. Tapi kali ini, air matanya merebak dan bibirnya gemetar. "Aku mengenal Ian sampai aku merasa yakin kalau dia cukup baik untukmu. Faith, aku berani bersumpah kau akan menyukainya. Menikahlah dengannya. Kalian semakin dewasa dan aku tidak tahu kapan aku akan pergi.."
"Dad.." suara Faith terdengar lebih rendah dari bisikan dan suara itu bergetar. Juan tahu betul kalau putrinya mencoba untuk menahan isak tangis. Putrinya kecilnya yang selalu menganggap bahwa dirinya setegar para lelaki. Hal itu membuat Juan tersenyum lebar. Wajahnya sepucat bulan purnama dan lingkaran hitam di seputar mata mempertegas rasa sakit yang dialaminya.
"Tidak Faith, aku tahu sampai kapanpun kau tetap jadi putri kecilku. Jangan pernah berpikir bahwa aku pergi dan meninggalkanmu begitu saja. Aku tetap ada bersamamu."
Faith tidak bisa menahan air matanya yang sudah merebak. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya agar tetap terkendali. Ketika ia merasa tidak tega ketika menatap Juan, Faith menyeruak ke dalam pelukan Juan. Ia menangis dan tanpa sadar membuat pakaian Juan basah oleh air matanya. Juan tidak bicara, Faith juga tidak mendengar Juan menangis – ayahnya adalah yang terbaik, selalu tahu apa yang membuat Faith merasa tenang.
Setelah beberapa menit menenangkan diri dan berpikir, Faith melepaskan dekapannya, menatap mata Juan yang sayup dan dengan tegas mengatakan.
"Aku akan menikahi Ian. Tapi sebelum itu, aku ingin bertemu dengannya."
Juan tersenyum. Dari matanya Faith bisa melihat bahwa Juan sedang berusaha keras menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.
..
- No Rose Without a Thorn -