7. Sahabat Bernama Raisa

1159 Kata
Tok.. Tok..  “Permisi, Saatnya untuk pasien sarapan”. Kata Suster yang masuk begitu saja karena pintu memang dalam keadaan setengah terbuka. Begitu suster masuk dia terkejut melihat Reina tengah berciuman dengan Axton.  “Maaf.. Maaf.. Saya tidak tahu. Saya akan kembali lagi nanti!”. Kata Suster canggung.  Reina mendorong Axton begitu melihat ada Suster datang, dalam sekejap wajah Reina merona merah. Karena tidak ingin di ketahui Axton, cepat-cepat Reina mengatur kondisinya. “Tunggu Sus, taruh saja makanan itu di meja”. Ujar Axton, meski dia telah tertangkap basah sedang berciuman namun sikapnya masih saja tenang seolah tidak terjadi apa-apa.  “Oh.. Ah.. Baik Tuan”. Suster menaruh makanan di meja dan buru-buru pergi.  “Nyonya Axton, mengapa kau terus memandangiku? Apa kau baru menyadari bahwa kau memiliki suami yang begitu tampan?”. Kata Axton dengan tatapan dan senyum jahilnya.  “Narsis sekali kau jadi orang! Berhentilah memanggilku Nyonya Axton, bagaimanapun sebelum setengah tahun meski sudah menikah aku tetaplah Reina. Lalu.. Siapa juga yang sedang memandangmu. Aku hanya heran, kau sudah melakukan tindakan bodoh didepan orang lain, tapi kau masih bisa setenang itu? Apa urat malumu telah putus?”. Kata Reina tanpa rasa bersalah.  “Sayang.. Kau tidak hanya arogan, bahkan perkataanmu pun begitu pedas. Sepertinya hanya Tuan Axton ini yang mampu bertahan hidup bersama wanita berbisa sepertimu”. Kata Axton dengan jahilnya.  “Axton! Mulutku memang berbisa, tapi kalian para lelaki adalah serigala putih, terlihat begitu manis namun mematikan. Dan serigala seperti kalian memang harus mendapat perkataan pedas baru bisa mengerti bahasa kemanusiaan!!”. Oceh Reina.  “Baiklah.. Kau memang wanitaku, apapun yang kau katakan aku akan mengiyakannya. Sekarang waktunya sarapan, aku hanya bisa menemanimu sampai kau selesai sarapan. Siang nanti aku ada urusan jadi tidak bisa menemanimu. Maka dari itu aku meminta Bibi An untuk datang kemari”. Axton mengambil makanan di meja, terdapat nasi dengan sup, lengkap dengan sayur dan lauknya. “Sayang.. Ayo A..”. Kata Axton mencoba untuk menyuapi Reina.  “Aku bukan wanita manja, sini aku makan sendiri!”. Reina mengambil mangkuk dari tangan Axton dan mulai memakan sarapannya.  “Ohya Reina, bukankah kau sudah menerima ponsel yang Bibi An berikan? Mengapa kau tidak menghubungiku ketika kau dalam masalah?”. Tanya Axton di sela sarapan Reina.  “Aku masih memiliki harga diri! Untuk apa aku meminta bantuan pria asing sepertimu!”. Kata Reina tanpa memperdulikan Axton.  ‘Reina.. Kau benar-benar mengabaikanku! Lihat bagaimana aku akan membuatmu tidak akan pernah melupakanku'.  Reina telah selesai dengan makanannya, dia menaruh piring di meja. Begitu Reina ingin tiduran pertahanannya lemah, dengan mudahnya Axton menarik Reina dan kembali mencuri ciumannya.  “Ppfft.. Ppfft..” Reina mencoba melepas ciuman Axton, namun semakin Reina mencoba semakin dalam ciuman yang Axton berikan.  Huft.. Huft..  Nafas Reina terengah-engah berpadu dengan jantung yang berpacu begitu cepat.  “Sayang, mengapa kau begitu mudahnya mengatakan aku adalah orang asing bagimu! Setelah ini, jika aku mendengar perkataan itu darimu maka aku akan menciummu sebagai hukumanmu”. Kata Axton jahil.   “Dasar m***m!!”. Ujar Reina malu.  “Hmmm…”. Axton memeluk Reina dan membelai rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai.   “Ingatlah satu hal Reina, seberapa kejamnya dunia yang mengkhianatimu. Kau masih ada aku disini yang akan selalu memeluk dan mendukungmu tidak peduli apapun yang terjadi. Aku tidak memintamu untuk mempercayai perkataanku, tapi percayalah pada perasaan dan kata hatimu. Karena hati tidak akan membohongi tuannya”.  “Aaugh..” Rintih Reina, sepertinya lengan yang terluka tidak sengaja tertekan tangan Axton saat sedang memeluknya.  Mendengar rintihan Reina Axton melepas pelukannya dan melihat tubuh Reina yang sebagian terdapat bekas luka. “Reina, aku tahu kau bukan salah satu dari anggota Keluarga Brahmantya dan aku memahami keinginanmu untuk mencaritahu identitasmu yang sebenarnya. Aku pasti akan membantumu untuk hal itu”. “Kau tahu apa tentangku! 2 tahun ini aku sudah hidup layaknya pion. Aku tiba-tiba terdampar di Negara ini, kehilangan ingatan, merasakan siksaan, pengkhianatan. Seolah semua ini sudah di susun layaknya sekenario. Semua ini pasti ulah seseorang, tapi sampai saat ini belum menemukan titik terang”. “Percayalah padaku dan kita akan segera menemukan titik terang. Di dunia ini tidak ada hal yang sempurna bahkan rencana terbaik sekalipun masih memiliki cacat”. Axton berdiri dari tempat duduknya, dia mengambil jas yang dia sampirkan di kursi dan memakainya.  “Reina.. Aku akan pergi mengurus beberapa hal dan Sebentar lagi Bibi An akan kemari. Jika kau mempunyai teman ajaklah dia kemari untuk menemanimu. Sore nanti aku akan kembali dan membawamu pulang ke Villa”. Setelah memakai Jas, Axton mendekat ke arah Reina dan mencium keningnya.  “Hati-hatilah.. Dan cepat kembali”. Ujar Reina mengantar kepergian Axton dari ruangannya. Sembari menunggu Bibi An datang, Reina mengambil ponsel yang tergeletak di meja. Sudah lama dia tidak menghubungi temannya Raisa. Raisa Aditama adalah satu-satunya teman Reina selama 2 tahun ini. Ayah Raisa yaitu Tuan David Aditama yang bekerja sebagai Anggota DPR negara merupakan salah satu orang terpandang di Negara Indonesia. Karena kebaikan David Aditama inilah Reina sering mendapat perlindungan dan menjadi teman dekat dengan Raisa.  “Hallo Raisa, apa kabar? Ini aku Reina". “Rei... Ya Tuhan, aku kira kau di telan bumi. Sudah hampir 2 bulan kau tidak menghubungiku. Sebenarnya apa yang terjadi?”. “Ada banyak hal yang telah terjadi, kau datanglah ke Rumah Sakit Medika. Aku akan ceritakan semuanya padamu”  “Baiklah, kebetulan aku sedang tidak bekerja. Kau tunggu sebentar, aku akan segera kesana”. Telepon terputus, Reina sudah menelepon Raisa. Setidaknya dia tidak akan merasa bosan untuk sementara waktu.  15 menit kemudian, Raisa datang membawa parsel berisi buah-buahan. Betapa terkejutnya Raisa saat melihat kondisi Reina yang penuh luka dan terlihat kurusan. Dia meletakkan parsel dimeja dan langsung memeluk Reina.  “Reina.. Sebenarnya apa yang terjadi padamu teman, Mengapa kau bisa sampai seperti ini? Apa ini ada hubungannya dengan Luze? Ku dengar dia akan bertunangan dengan Carissa tidak lama lagi!”. Cerocos Raisa “Yah, itu sebagian kecil dari ceritanya. Bagian besar dari ceritanya adalah aku sudah menikah dengan orang yang tidak di kenal bernama Axton!”. Ujar Reina.  Seketika Raisa membelalakkan mata,  “Apah…!! Kau menikah dengan Tuan Axton? Tuan Axton yang memasuki peringkat 5 ke atas Perusahaan terbesar di Eropa? Ya Tuhan Reina, apa kau sedang bercanda?”. Kata Raisa antusias.  “Hei..  Lihatlah wajahku, apa aku terlihat sedang bercanda?”. Reina mengambil buku nikah yang tergeletak di samping bantalnya dan memberikannya pada Raisa.  “Lihatlah! Ohya.. Dari mana kau tahu hal begituan?”. Raisa melihat buku nikah yang diberikan Reina, dia tidak percaya foto pria yang ada di dalamnya adalah CEO terkaya yang tengah menjadi pembicaraan orang. “Reina, apa kau tidak tahu kalau kau menikahi salah satu pria terkaya di Eropa yang tengah menjadi buah bibir orang-orang? Bahkan tak sedikit wanita Indonesia yang menginginkannya”. Raisa mengembalikkan kembali buku nikah pada Reina. “Ohya, ceritain dong.. Bagaimana kau bisa menikah dengan si tampan Axton, kalian nggak mungkin main ranjang kan?”. Bisik Raisa. “Hei.. Apa yang sedang kau fikirkan Raisa?.  Aku heran, mengapa kalian begitu mengagumi pria licik seperti Axton. Dia seenaknya saja menikahiku saat aku dalam kondisi kritis dan mengambil kesempatan untuk mengesahkan buku pernikahan saat aku tidak sadarkan diri. Begitu aku terbangun dia dengan mudahnya mengatakan dia adalah suamiku”. Kata Reina dengan kesalnya “Reina, tidak peduli seberapa benci kau terhadap Tuan Axton, pada kenyataannya kalian sudah resmi menikah. Aku hanya memberi saran, manfaatkan kesempatan ini untuk membalas orang-orang yang menindasmu dan melanjutkan penyelidikanmu mengenai siapa dirimu yang sebenarnya. Orang seperti Axton pasti memiliki koneksi di seluruh Dunia, akan lebih mudah bagimu untuk mengetahui identitasmu yang sebenarnya”. “Itu memang tujuan awal dari semuanya, sampai saat ini aku terus di bayang-bayangi mimpi aneh dan itu membuatku tidak nyaman”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN