10 : Martabak

637 Kata
=== Daffa mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata ketika keluar dari pelataran bandara malam ini. Ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya. 20.32 pm. Ia mengusap wajah, lalu menguap setelahnya. Ia benar-benar ingin sampai rumah sekarang juga. Drt drt Buna sayang Ayah kalo pulang beliin aku martabak ya, pengen martabaaaak ): Daffa Malik Sure princess, martabak manis atau telur? Buna sayang Telur sama manis yang manis rasa keju ya ayah! Daffa tertawa. Selera istrinya tidak pernah berubah sejak dulu. Ia kembali mengetikan balasan pesan untuk Reya. Daffa Malik Oke siap madam! Martabak akan segera sampai beberapa menit lagi! I love you Buna sayang I love you too! Daffa menyimpan ponselnya kembali setelah membaca pesan istrinya melalui bar notifikasi. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang agar cepat sampai ke rumah. Tatapannya menyusuri sepanjang trotoar setelah keluar dari tol. Mencari pedagang martabak. Mobilnya berhenti ketika ia melihat banner bertuliskan Martabak favorite. Martabak favorit ia dan Reya semasa pacaran dulu. Ia turun lalu memesan tiga martabak telur super dan juga 2 martabak manis keju s**u. Ia duduk di bangku sambil melihat jalanan yang ramai malam ini. Tangan nya terlipat di meja. Daffa benar-benar mengantuk malam ini. Orang-orang yang mengantri di martabak ini melihat dirinya dengan tatapan-mupeng, karna Daffa memang terlihat gagah memakai seragam pilotnya. Sejak masuk ke warung martabak yang sesak dan lumayan sempit ini, Daffa tidak pernah tidak menjadi bahan objek pandangan orang-orang sekitar. "Mas martabaknya sudah jadi!" Daffa bangkit, ia mengeluarka dua lembar uang seratus ribu. Lalu memberi nya ke pedagang martabak tersebut. Setelah menerima kembalian berupa uang 10 ribuan, Daffa kembali ke mobilnya dan segera pulang. Jam menujukkan pukul 21.20 ketika ia sampai dirumah. Daffa turun dari mobil lalu menguncinya, ia melihat pak Kasman di pos penjaga sedang meminum kopi. Setelah menyapa pak Kasman, Daffa naik dan masuk ke dalam rumahnya. "Assalamualaikum!" Seru Daffa. Reya bergegas menyimpan remote televisi ketika mendengar suara suaminya dari arah pintu. Ia mencium punggung tangan suaminya lantas menariknya ke meja makan. "Mau makan dulu atau mandi dulu yah?" "Mandi dulu deh, tolong siapin air anget ya bunda," Daffa mengecup pipi Reya, ia menaruh plastik berisi martabak itu ke atas meja. Sebelum Daffa naik ke atas untuk bertemu anak-anaknya, Daffa berbalik arah dan menatap Reya yang sedang mengeluarkan martabak dari dalam plastik. "Oiya nda, itu martabak telur sama martabak manisnya satu-satu kasih ke pak Kasman sama si mbak ya," Setelah Reya mengangguk, Daffa segera naik ke atas dan bertemu dengan anak-anaknya. Pemandangan pertama yang ia lihat ketika masuk ke kamar anak-anaknya adalah mereka yang sudah tertidur di atas ranjang nya masing-masing. Daffa mendekat lantas mencium kening mereka satu persatu sebelum akhirnya pergi ke kamarnya sendiri untuk menemui Keagan dan mandi. Setelah mandi ia turun kembali ke bawah untuk makan bersama dengan istrinya. "Mau pake apa yah? Capcay mau nggak?" Tanya reya ketika ia menyiapkan nasi dan lauk-pauk untuk Daffa makan. "Mau, tapi dikit aja. Ngga usah pake sambel nda, pedes." Reya menuruti apa yang Daffa mau. Setelah itu ia memberikan piring tersebut kepada suaminya. Sedangkan Reya memakan martabak yang memang sudah menggugah seleranya sejak tadi "Kamu beli di tempat biasa?" Daffa bergumam, "Rame banget tadi." "Itu kok cepet dapetnya?" "Ngga tau ayah juga. Mungkin karna udah biasa beli disana kali ya," Daffa menatap Reya yang manggut-manggut saja sejak tadi. "Kamu tumben pengen martabak, lagi kedatangan tamu ya?" Reya menyengir. "Iyaaa baru tadi sore," Reya meminum segelas air putih hingga sedikit tandas. Setiap bulan ketika ia mendapat tamu bulanan pasti keinginan makannya semakin bertambah banyak. Entah ingin makan pedas-pedaslah, atau apalah, ada-ada saja! "Yaaah padahal aku baru pulang," raut wajah Daffa terlihat kecewa. Reya tertawa pelan. "Maaf yaaaa ayah, bunda kan ngga tau kalo dia bakalan datengnya pas ayah pulang." "Yaudah deh ngga papa, paling grepe-grepe dikit ngga papa kan?" Oke obrolan mereka sudah melenceng kemana-mana. Reya tersenyum lalu mengangguk. Membuat Daffa tersenyum senang. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN