"Dulu, saya punya seorang putri. Namanya Mentari. Dia lahir di thun ke-7 pernikahan saya dan suami saya. Saat kelahiran dia kami sangat bahagia. Putri yang kami nantikan sudah hadir melengkapi kebahagiaan kami. Hari terus berlalu, hingga dia tumbuh jadi anak yang pintar. Saya dan suami saya mulai sibuk, hingga akhirnya kami mengabaikan mereka. Dia melewati harinya sendirian, hanya ditemani asisten rumah tangga. Hingga suatu ketika guncangan dahsyat datang merobohkan istana bahagia kami. Putri semata wayangnya kami menderita menyakit Leukimia. Saya itu dunia saya benar-benar hancur." Dia mengusap air matanya. Rasa pedih itu masih kentara terasa. Jujur, ini sangat sakit sekali. "Tapi sayangnya, Kanker itu berhasil merenggut permata kami, merebut cahaya kami. Dia mengambil kebahagiaan yang