SUNDAY SURPRISE

1205 Kata
7 Bulan Kemudian...    Entah, Tuhan yang terlalu baik, atau memang mereka yang terlalu bijaksana.    Malam ini, tepat pukul sembilan, waktu di mana Rolfie masih sibuk menemani Angel bermain dengan bonekanya, saat itu juga pintu rumah terketuk menandakan ada tamu yang datang. Rolfie masih sempat bermain dengan Angel kala itu dan membiarkan miss Dossie yang membuka pintu, ia bahkan tidak banyak menoleh ke arah pintu dan memastikan siapa yang datang, paling-paling juga istrinya yang bilang pergi jalan-jalan dengan teman-temannya ke mall sejak siang tadi.    Namun, ketika pintu besar itu berhasil terbuka lebar, gerakan reflek membuat Rolfie mendongakkan kepalanya tanpa  diminta, dan ketika tamu tersebut terlihat dengan jelas oleh kedua matanya, rasa-rasanya Rolfie menyesal tidak menoleh sejak tadi.    "Mah? Pah?" gumam Rolfie yang terkejut sembari perlahan menghampiri.    Ah, bukan, ini bukan orang tuanya. Orang tua Rolfie tinggal di satu kawasan perumahan yang sama dengan dirinya dan keluarga kecilnya, masih sama-sama di London, tidak begitu jauh, masih bisa ditempuh dengan mobil atau bahkan sepeda. Lagipun, jika orang tuanya yang datang kemari, ia tak akan se-terkejut ini. Yap, mereka orang tua Keyrina.    "Fie, sehat?" kata Mama.    Rolfie mengangguk sembari tersenyum, lalu menyalami tangan keduanya, lantas bergegas membawakan koper dan barang lainnya dibantu miss Dossie juga supir pribadi Rolfie yang inisiatif.    "Angel!" girang Papa yang langsung berlari kecil ke arah gadis cilik yang masih sibuk dengan boneka.    Rolfie meletakkan barang bawaan mertuanya itu di dekat sofa, biar pak supir yang bereskan, sementara miss Dossie baru saja datang membawakan dua gelas jus jambu dingin yang selanjutnya ia letakkan di atas meja ruang tamu dimana mereka berada.    "Loh, Key kemana, Fie?" tanya Mama yang cemas dengan ketidakberadaan putrinya. Rolfie tertegun. "Ehm... Key lagi keluar Mah," kata Rolfie canggung.    "Keyrina lagi hamil gitu kamu biarin keluar sendiri malem-malem begini?!" tegas Papa, membuat Rolfie diam sejenak.    "Tadi dia bilang mau pergi sama temen-temennya, Pa. Nggak mau kalo Rolfie ikut," jawabnya.    "Ya tetep aja seharusnya kamu sebagai suami tuh siaga dong. Gimana kalo dijalan nanti dia kenapa-napa? Apalagi ini udah malem, jam jam bahaya, kamu gimana sih jadi suami?!"     Rolfie terdiam, membenarkan ucapan mertuanya. Di satu sisi, miss Dossie yang tengah berlutut meletakkan gelas jus itu menatap sedikit ke arah Rolfie dengan pandangan prihatin. Seakan di dalam hati berkata, 'Andai saja orang tua nona Key tau yang sebenarnya'.    Yap, memang sebetulnya ini bukan sepenuhnya salah Rolfie. Seharian ini, ah ralat, bahkan dari hari-hari kemarin, hubungan Key dan Rolfie seperti biasa kurang baik. Key masih saja terus-menerus menuruti egonya, sementara Rolfie terus saja kalah dengan sabarnya.     Sejak pagi tadi, sedari bangun tidur, tak ada ucapan apapun dari Key pada Rolfie, wajahnya cemberut terus, Rolfie masih bisa mewajarkan dengan berkata pada dirinya sendiri bahwa sikap istrinya adalah murni bawaan bayi. Tapi, jam jam berikutnya justru semakin keruh. Selain tak ada perbincangan, tak ada juga senyuman. Rolfie sudah berusaha berbicara dengan Key dan menghiburnya, tapi respon Key justru amarah dan kata-kata pedas yang belakangan ini sering ia lontarkan pada Rolfie.    Hingga pukul satu siang tiba, tanpa berkata apa-apa dan tanpa izin dari sang suami, Key pergi begitu saja keluar rumah seakan tak melihat keberadaan Rolfie dan Angel yang tengah asik di ruang tamu. Sempat ada perbincangan pendek, semacam :    "Kamu mau kemana? Rapi banget," kata Rolfie.    "Mau hangout sama temen."    "Aku ikut ya?"    "Nggak usah, aku mau Qtime sama temen-temen aku."    "Tapi kamu lagi hamil besar gitu, Key. Ngeri di jalan kenapa-napa," cemas Rolfie. "Aku ikut ya, aku janji nggak bakal ganggu hangout kamu, cuma jagain aja."    "Kamu pikir kamu pahlawan banget emangnya? Kamu pikir aku selemah apa sih sampe nggak bisa jaga diri sendiri? Hah? Kamu pikir temen-temen aku orang-orang b******k yang ninggalin aku gitu aja semisal aku kenapa-napa?!"    "Nggak gitu maksud aku, cuma kan...    "Ah udah lah kamu banyak omong, aku buru-buru."    Begitu setidaknya obrolan mereka, sebelum Key akhirnya pergi keluar gerbang dan masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya. Tidak terlihat jelas dari posisi Rolfie, entah yang di dalam itu benar-benar teman, atau mungkin saja Aston yang Key sebut sebagai teman agar Rolfie tidak banyak omong.    Kembali ke masa sekarang, Rolfie masih diam akibat obrolan papa mertuanya, sulit berkata secara jujur, ia takut Key akan disalahkan oleh orang tuanya, alhasil Rolfie memendam sendiri, meski otak dan hatinya sama-sama berkata, 'coba aja papa tau.' Clak!    Tanpa ketukan, tanpa salam, dan tanpa panggilan, pintu rumah itu terbuka untuk kedua kalinya. Ada sebesit perasaan lega di benak Rolfie, ya jelas saja ketika melihat bahwa ternyata itu Key yang baru saja pulang.    Key nampak bingung dan kaget. Ia bahkan terdiam sejenak di ambang pintu dan tak henti menatap ke depan, dimana kedua orang tua yang selama ini saling tolak punggung justru kini hadir dengan senyum di dalam rumahnya.    "Kok mama papa bisa di sini?" kata Key.    "Mama kangen anak mama, nggak boleh kalo dateng?" ledek mama dengan senyumnya yang jahil.    "Tapi..." Key ambil jeda. "Tapi kenapa mama sama papa berdua aja? Kalian...? Om Surya sama tante Victoria kemana?"    Rolfie ikut diam, membuat suasana ruang tamu menjadi semakin beku. Jujur, pertanyaan Key barusan adalah pertanyaan yang terlintas di benak Rolfie sejak tadi.    "Madam, tolong bawa Angel ke kamarnya," kata Papa memanggil miss Dossie. "Angel sayang, bobo ya udah malem, besok main sama opah," lanjutnya, kini pada Angel.    "Besok main barbie ya." Papa mengangguk. "Nanti kita main barbie sepuasnya."    Angel tersenyum girang dan langsung ikut miss Dossie untuk selanjutnya dibawa ke kamar dan tidur.    Key yang masih tak mengerti alhasil bertanya untuk kedua kalinya. "Mah, Pah? Mama sama Papa berdua aja? Atau nanti om Surya sama tante Victoria nyusul? Atau mereka udah ada di kamar?" tanya Key, kini dengan nada yang agak sedikit naik. "Key nggak mau ada keluarga lain yang tinggal di rumah Key!"    "Kamu tenang dulu, Key," kata Rolfie yang langsung menghampiri Key dan mengelus pundaknya.    "Mama sama Papa cuma berdua sayang," kata Mama. "Om Surya atau tante Victoria nggak ikut kita kesini, kamu tenang aja."    "Serius?"    "Iya sayang, papa sama mama cuma berdua," balas papa yang gegas menghampiri Key dan memeluk putrinya itu. "Udah sekarang istirahat ya, kamu abis jalan-jalan kan capek, tidur aja, ayo papa anter ke kamar."    Tak butuh waktu lama, Key langsung melepas tangan papa di pundaknya. "Key bisa sendiri, Pa," kata Key, lalu berjalan melewati semua yang ada di ruang tamu dan langsung menutup pintu kamar setibanya di sana.    Papa menghela napas melihat sikap putrinya, ia lantas langsung meraih kopernya dan berniat ingin istirahat. "Di mana kamar yang kosong, Fie?" begitu setidaknya pertanyaan papa.    "Di atas, Pa. Ayo Rolfie anter."    Hampir saja tangan Rolfie berhasil meraih koper bawaan papa, tapi uluran tangan mama lebih dulu meraih Rolfie.    "Biar supir kamu aja yang bantu papa," kata mama. "Sir, please bring his luggage," kata mama pada sopir rumah Rolfie yang berdiri menunggu perintah di dekat buffet.    Dengan sigap, ia langsung membawakan koper dan beberapa barang papa untuk selanjutnya ia letakkan di kamar tamu yang berada di lantai atas. Rolfie masih sempat menjatuhkan pandangan terhadap mereka, juga terhadap papa yang perlahan menaiki satu per satu anak tangga, seakan-akan khawatir jika saja papa mertuanya itu terpleset dan jatuh.    "Mama mau ngomong."    Hingga ucapan itu berhasil membuat Rolfie buyar dan mengalihkan pandangannya pada mama.    Bola mata mereka bertemu, lantas mama tersenyum ke arah Rolfie. "Boleh kita ngobrol di belakang?" tanya mama. Lantas jawaban dari Rolfie hanya anggukan semata. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN