Karena terus berkeras, Arga dengan terpaksa mengabulkan keinginan Bisma, pemuda itu keluar dari rumah sakit pagi itu juga. “Abang punya syarat untuk permintaan kamu ini,” ucap Arga setelah memberi Bisma pakaian ganti. Bisma mengerutkan kening, dia tidak mengerti dengan ucapan Abangnya. “Syarat? Ha, yang benar saja.” Arga berdiri tegak dengan tatapan tegas. Kali ini lelaki sangat serius membuat Bisma menelan salivanya berulanh kali. “Kalau nggak mau nurut, ya sudah kita nggak usah pulang.” Bisma merasa aneh dengan permintaan Arga. Membantahnya hanya akan membuang waktu. “Baiklah, terserah mau lo aja, Bang.” Arga memakaikan jaket pada Bisma, dia juga membantu adiknya berdiri. “Kamu hanya boleh menyaksikan pemakaman itu dari jauh, jangan sekali-kali berpikir untuk mendekat.” Bis