Episode 2
Pulang lebih awal
Saat aku bangun , kepalaku terasa sakit. Tiba-tiba saja aku terbangun dengan baju tidur yang rapi , di kamar penginapan yang cukup besar. Ada secangkir kopi di dekat kasurku , dan aku melihat , sesosok wanita muda nan cantik duduk membelakangiku. Luna? Kuusap mataku , dan rupanya wanita itu , Jinny teman baik Luna.
“ Jinny?” panggilku pelan. Ia pun berbalik.
“ Edi? Kau sudah bangun? “ sapanya sopan.
“ Ya... apa yang terjadi? “
“ kau mabuk dan melakukan hal-hal yang mengerikan. Aku menyelamatkanmu sebelum kau ditangkap oleh penegak hukum “ Jinny lalu menceritakan apa yang telah aku lakukan. Astaga , seharusnya aku tidak meminim Whisky itu secara berlebihan.
“ cepat mandilah dulu , badanmu bau sekali. Atau , mau aku bantu? “ aku lekas-lekas menolaknya.
“ ah tidak usah , aku bisa sendiri. “
Sama halnya seperti penginapan zaman modern , penginapan itu punya kamar mandi sendiri di dalam kamar. Penginapan seperti ini pasti sangat mahal. Aku masuk ke kamar mandi dan langsung mencuci tubuhku.
“ maaf kalau aku lancang , tapi , kau sebaiknya jangan terlalu sering tidur dengan pramuria-pramuria itu. Kau bisa terserang penyakit “ Ucap Jinny ketika aku hendak mengenakan pakaian baruku.
“ Iya iya , maafkan aku “ sahutku pelan
“ kenapa tidak menikah saja? Kamu tampan , punya uang pula . “ dan aku hampir saja tertawa mendengar ucapannya.
“ jadi menurutmu aku tampan? “ dan pipinya pun tiba-tiba berubah merah.
“ aku tidak menikah , karena calonnya belum ada , Jinny. “ jawabku santai.
“ Si Pemburu hadiah itu? Dia cantik , dan dia sepertinya sangat menyukaimu. “ dan entah bagaimana anak ini mengenal Bona. Aku tiba-tiba ingat kalau ia juga hadir malam itu , malam ketika aku meninggalkan Luna sendirian.
“ sebelumnya maaf Jinny , kadang aku ... aku .... aku lebih senang tidur dengan pramuria saja. “ dan Jinny langsung melempar kepalaku dengan koran.
“ dasar mata keranjang , kukira kau akan bilang kalau kau masih suka dengan Luna. “ Gerutu Jinny.
“ Dia sudah jadi milik orang lain Jin. Mungkin ia akan lebih bahagia , jika hidup bersama Adipati itu “ Jinny hanya diam. Ia lalu keluar dan tak lama , kembali dengan dua potong roti.
“ Ayo sarapan dahulu. “
Dan aku pun menjalankan rutinitas harianku, sarapan dengan gadis cantik. Dan hampir selalu dengan roti dan secangkir kopi. Lalu aku harus menunggu Jinny mandi membersihkan tubuhnya. Karena bosan , aku akhirnya keluar dari kamar.
Penginapan ini bernuansa jawa , dengan alunan musik keroncong , dan pelayan-pelayan yang hanya mengenakan kemben , memamerkan belahan dadanya. Hampir seluruh pengunjung mengenakan baju batik. Rupanya aku bukan di penginapan , melainkan di sebuah rumah bordir , dan mungkin di kota magelang.
“ Hey ! bukankah itu Edi Koboi si Pemburu bayarang yang terkenal itu? “
“ Dia yang menciduk Benny Pitak? Kok macam Kasim saja penampilannya? “
“ Mana si pemburu bayaran cantik itu? Bukankah mereka selalu bersama?”
“ Alah! Bocah ingusan seperti itu! Ketara sekali dia cuma anak Manja ! ora iso opo opo! Hahahahaha! Yo wes main lagi!!! Beritane Ngeyel ( beritanya ngeyel) “
Aku paling tidak suka dibilang anak manja , tidak bisa apa-apa. b******n itu mengingatkanku pada seseorang. Kesal , langsung kuhampiri mereka , dan dengan dinginnya aku menyahut
“ Apa lu bilang ? Coba ulangi sekali lagi ? “
“ hahahaha! j****t!!! Sampean gak terima? Anak man....”
“BRUK!!!!”
Kesal kuhantamkan kepalanya ke meja Poker, lalu kutusuk dengan belatiku.
“ KYAAAA!!”
Salah satu pelayan rumah bordir ketakutan bukan main. Temannya yang tidak terima lalu menerbabku dan berusaha menggorok leherku. Kupukul kepalanya dan berhasil menyelamatkan diri. Namun dari belakang ,
“ Tus!!”
Temannya yang satu lagi menutus kepalaku dengan botol bir. Andai saja kapak atau golok yang ia tutuskan , sudah hancur kepalaku dan melayanglah nyawaku. Namun botol itu membuat tubuhku terhuyung-huyung , lalu dengan sendirinya , tanganku merenggut Shotgun pompa yang disandarkan di dekatku.
“ DOR! DOR!! “
Aku kalah dalam perkelahian itu , namun aku berhasil menembak mereka berdua. Kepala mereka meletup karena mereka terlalu dekat dengan shotgun itu. Otak mereka berceceran , dan pakaianku jadi kotor karenanya. Aku bernafas terengah-engah , karena aku hampir mati dalam perkelahian itu. Amarahku hampir membunuhku. Tapi melihat mereka bertiga mati mengenaskan , aku cukup puas. Dan rupanya tersisa satu orang lagi yang ketakutan bukan main. Ia lalu melarikan diri dan pengunjung lain hanya geleng-geleng kepala.
“ Tembak saja anak ini “ Bisik salah satu pengunjung di sana.
“ Udah gila sampean?” Dan Jinny pun muncul di tengah hiruk pikuk itu.
“ EDI!!” Ia langsung berlari begitu melihat kepalaku berdarah. Ia segera menarikku keluar.
“ Aduh kamutu ya! Baru ditinggal bentar udah bikin kepala orang ilang! Emang kamu bisa balikin?” Gerutunya. Ia menggiringku naik ke dokar , di mana dua ajudan sewaannya sudah menunggunya.
“ Madam...” Sapa mereka.
“ kiiiikkk”
Dan tak lama , kuda hitamku muncul entah dari mana. Dan kami langsung melarikan diri dari Magelang , sebelum Laskar sempat tiba di tempat kejadian. Kami berkendara ke bandung , lewat jalur selatan. Kami berkendara secepat mungkin dan akhirnya bermalam di kebumen. Sejauh perjalanan itu pula , kudaku setia mengikuti , tentu saja dengan bantuan ajudan sewaan Jinny
“ Ingat ya Edi, nanti di penginapan baru , jangan buat ulah lagi. Luka kamu belum sembuh tuh. Kita sewa satu kamar aja , biar murah. “ Aku sempat berusaha untuk berpisah , namun ia menolaknya
“ Aku bisa berkuda malam-malam kok, jadi gak perlu ngerepotin kamu. “ Dan Jinny langsung mematahkan omonganku
“ Berkuda apanya! Gak kasian apa ama kuda kamu? Lagian ngerepotin apanya. Aku khawatir kamu bikin masalah lagi tau!” Dan malam itu pun , aku lagi-lagi sekamar dengannya.
Penginapan itu penginapan kecil jadi tidak ada kamar mandi. Tapi Jinny tetap bersih keras ingin mandi , dan akhirnya ia menumpang kamar mandi milik pemilik penginapan, yah walau harus membayar lagi. Aku melamun cukup lama di kamar, dan tiba-tiba aku teringat bagaimana nasib Mia dan teman-temannya.
“ Mereka gimana yah? Mereka ntar bisa balik lagi gak ya ke Bogor? “ dan ditengah lamunanku , Jinny kembali dengan baju piyama yang tipis.
“ Kamu tadi dari kamar mandi , cuma pake baju itu? “ Ia mengangguk dengan polosnya. Ia bahkan tidak pakai bra sehingga seseorang bisa saja meremas buah dadanya , lalu memperkosa keperawananannya.
“ emang kenapa? “ Tanyanya polos.
“ enggak , lain kali pake baju normal dulu , terus di kamar baru ganti piyama “ Dan ia lagi-lagi melemparku dengan koran.
“ jadi kamu bisa ngintip aku ganti baju kan? Huh dasar mata keranjang. “ Jinny mungkin lupa kalau aku sudah pernah melihat tubuh polosnya. Ia pun berbaring di kasur yang satu lagi , dan membaca novelnya. Aku tertidur lebih dahulu.
Aku terbangun pagi-pagi sekali , dan pemandangan pertamaku pagi itu adalah , pinggul dan punggung polos Jinny. Tubuh perawannya memang sangat menggiurkan. Rasanya aku ingin mendekapnya , meremas buah dadanya dari belakang , lalu menggenjot keperawannya dengan kecepatan penuh. Namun tiba-tiba saja , aku sadar , jika aku bukan pria seperti itu. Aku dapat melihat bayangan buah dadanya dari pantulan kaca , dan ia hampir memergokiku. Aku pejamkan mataku dan saat kubuka kembali , ia sudah mengenakan pakaian lengkap. Aku pura-pura kembali tidur dan saat itulah ia membangunkanku.
“ Edi.... bangun. Kita mau berangkat pagi-pagi sekali. “
“ Ah iya .... “
Aku segera bangkit , dan kami pun segera melanjutkan perjalanan. Ketika turun , aku sempat melihat beberapa orang berseragam legiun duduk-duduk di dekat bar , dan menatapku dengan tatapan yang tidak biasa. Kami saling bertatapan dan Jinny sempat takut akan terjadi keributan.
“ Udah sabar , jangan cari ribut terus ah! “ lalu Jinny mendorongku keluar dari penginapan.
Kami melanjutkan perjalanan. Hari itu perjalanan cukup singkat . Kami menginap tempat peristirahatan yang berada tepat di tengah jalur , Kebumen – Tasikmalaya. Ada sebuah penginapan dan sebuah rumah bordir untuk para pengelana yang kesepian. Ada juga kantor pos untuk mengirim surat , paket atau pun telegram. Lagi-lagi tidak ada kamar mandi di kamar jadi lagi-lagi Jinny menumpang untuk mandi. Tapi untuk jaga-jaga agar tidak ada b******n yang mengintip apalagi memperkosanya , aku berjaga di luar kamar mandi.
“ eh itu gadis yang minggu kemarin nginep di penginapan ini kan?”
“ Iya , emang kenapa? “
“ Kayaknya dia tahu deh , kalau kita ngintip. “
“ LHO!! EMANG KENAPA!!”
“ Itu ajudannya sampa jaga di luar! Mati kita kalau ketahuan! Bisa digantung!”
“ ANJING! Kamu sih pake acara sambil c**i segala , kan janjinya cuma ngintip aja! Kabur!!”
Dan dugaanku benar. Gadis perawan , numpang mandi di tempat umum , tentu saja hal buruk seperti ini bisa saja terjadi. Aku bisa saja mengejar dan memukuli mereka , namun perhatianku justru teralih kepada sekumpulan Legiun yang juga mampir di penginapan itu. Aku yakin sekali , mereka legiun yang menjelitiku di kebumen.
“ Edi... liatin apa ? ayuk naik ke kamar “
Kami naik ke kamar dan beranggapan semua ini hanya kebetulan. Aku kembali tidur sebelum Jinny terlelap tidur. Dan seperti biasa, pagi harinya , kami melanjutkan perjalanan. Legiun-legiun itu kembali menjelitiku sebelum kami pergi meninggalkan penginapan. Aku sudah dapat menerka , ada yang tidak beres dengan tatapan mereka, apalagi mereka tidak hanya mengantungi pistol FN 45, namun juga membawa senapan AKM , senapan AR-15 , bahkan senapan pelontar granad.