Episode I
Masa Muda kedua
“ SIAPA KAMU?! MANA KAKEK!!”
Itulah kalimat yang pertama kali diucapkan Bona saat pertama kali melihatku. Aku tahu menjadi muda kembali memang menyenangkan. Namun salah satu resikonya adalah orang terdekat kalian mungkin tidak akan mengenali kalian. Ia todongkan revolver Smith & Wesson itu ke kepalaku dan dari tatap matanya , aku tahu ia akan menembakku. Kenapa? Karena aku sendiri yang mendidiknya
“ Tenang Bona, tenang , ini Ka...”
Matanya berair karena mungkin ia mengira aku membunuh Kakeknya , perlahan aku mendekat untuk menenangkannya namun seketika aku sadar kalau jemarinya sudah siap menekan pelatuk itu.
“DOR!”
Aku sempat menghindar tepat sebelum ia menembak . Kuterbab revolver itu namun ia justru berbalik menendangku. Aku tersungkur. Ia tijak dadaku dan sambil berlinang air mata , ia todongkan revolvernya ke kepalaku.
“ Bona ini aku” rintihku pelan. Namun ia tidak mendengar
“TUNGGU!!” Beruntung tak lama datang dua orang laskar ke kediamanku.
“ Turunkan senjata Anda Nona. Biarkan kami yang mengurus begundal ini.” Ucap salah seorang Laskar itu.
“ Tapi ini rumah..”
“BUK!!” Dan Bona memukul kepalaku hingga tak sadarkan diri. Saat aku terbangun , sekujur tubuhku sudah diikat dengan tali dan aku sudah ditengkurapkan di punggung kuda seperti seeokor babi hutan buruan.
“ Hei ! Ini kesalahan!! Lepaskan aku bocah sialan!!” Bentakku
“BUK!!” “Hei b******n kecil! Siapa yang kamu panggil bocah hah? Aku ini jauh lebih tua darimu bodoh” Laskar sialan itu memukul dan membentakku.
“ Terserah. Suit! Suit!” Aku sempat beberapa kali bersiul keras. Mereka sempat bingung. Dan ditengah kebingungan itu, tiba-tiba muncul seekor anjing Husky besar dan langsung melompat menerkam Kaki sang laskar .
“ ARRRGGG!!” Anjing Husky itu menariknya turun dari kuda. Kuda itu ketakutan dan langsung berlari kencang ke hutan. Aku pun terjatuh dari kuda itu dan rasanya nyeri sekali. Sang Laskar yang satu lagi bisa saja menembak Anjing besar itu dengan revolvernya , namun sayangnya kudanya ikut meringkik ketakutan
“ HEY!!! HEY!!” “ BRUK!!”
Ia terjatuh dari kudanya. Saat itu juga , Anjing itu berlari dan langsung menerkam wajahnya. Laskar itu mati di tempat. Anjing itu menatapku tajam. Anjing itu besar , berbulu putih dan sangat menakutkan seperti seekor serigala. Bahkan aku ragu peluru mampu menghentikannya. Namun aku beruntung , anjing itu adalah anjingku yang sangat setia. Ia melepaskan ikatanku sehingga aku kembali bebas dari laskar sialan itu.
“ Anak pintar... ternyata kau masih mengenaliku ya”
“ Gug! Gug!” Aku langsung mengelusnya.
“ nah sekarang kembali dan jaga Bona “ anjingku langsung berlari dan kembali ke arah kediamanku.
Langsung kupungut revolver , topi bundar , sepatu, tas dan uang tunai milik Laskar-laskar itu lalu aku berjalan menghampiri salah satu kuda mereka. Seragam dan gaya Laskar Kerajaan di masa ini, kurang lebih sama seperti tentara kolonial di abad 19. Karena kembali menjadi muda, aku jadi kehilangan koleksi senjata dan seluruh uang tunai beserta emas yang kusimpan. Aku terpaksa memakai revolver jelek buatan Kerajaan untuk membela diri. Mereka menamakannya Remington. Modelnya meniru Remington Model 1875 dan pelurunya menggunakan .44 yang lebih dikenal peluru remington. Hampir semua orang menggunakan revolver ini karena murah. Tapi tentu saja tidak sebagus revolver peninggalan zaman modern yang kusimpan dirumah. Selain revolver remington, biasanya Laskar kerajaan dibekali shotgun pompa atau senapan mauser 98 , Bahkan terkadang , senapan karkano. Tapi kurasa mereka tidak membawanya karena pangkat mereka masih rendahan. Kutunggangi kuda itu dan berkendara menuju kota Bogor.
Uang dikantungku cuma ada 50 ribu. Perbandingan uang di zamanku dengan uang di zaman kalian adalah 1 berbanding sepuluh. Jadi 50 ini sama saja seperti uang 500 ribu di zaman kalian. Tapi aku agak kesal karena gara-gara kembali muda, aku jadi kehilangan uang tabungan yang kusimpan di rumah. Namun sisi positifnya , ketika aku tiba di jalanan kota Bogor. Banyak gadis-gadis yang melirikku karena maklum, Jarang sekali ada laki-laki muda yang sudah menunggangi Kuda. Kuda dan revolver , menjadi lambang kemapanan saat itu. Jadi kalau kalian punya keduanya , berarti kalian sudah mapan.
“ Hai tampan! “ “ Mampir dulu mas!!” “ Gagahnya....” goda mereka. Tapi tentu saja banyak pria pria yang iri , jijik bahkan meremehkan ketika mereka melihat penampilanku.
Jadi muda kembali juga artinya aku harus sementara berpisah dengan Bona karena ia tidak mengenaliku. Sayang sekali aku harus meninggalkan anak sekecil itu. Ia terlalu muda dan terlalu cantik untuk kutinggal begitu saja. Dunia ini pun terlalu keras untuk orang seperti Bona. Tapi jika aku mendekatinya , sudah pasti ia akan menembakku dengan revolver pemberianku sendiri. Ah , semoga saja dia bisa menjaga dirinya baik-baik.
Aku berkendara di jalanan kota Bogor yang sudah sangat berbeda jika dibandingkan dengan Bogor di dunia kalian. Bangunan-bangunan peninggalan zaman modern sudah di bumi hanguskan. Tentu saja kecuali , stasiun kereta dan Istana Bogor, Istana yang dulunya adalah tempat tinggal presiden RI. Sekarang Istana Bogor sudah menjadi tempat tinggal Prabu. Kebanyakan bangunan di bogor saat itu , dibangun dengan meniru gaya-gaya arsitektur bangunan-bangunan di eropa pada zaman Victoria.
Berbeda dengan kota Jakarta yang dipenuhi semak belukar dan gedung-gedung peninggalan zaman modern, Kota Bogor di abad 22 , mirip sekali dengan kota-kota di Eropa pada zaman Victoria. Kebanyakan gedung tingginya empat sampai enam lantai , namun ada juga beberapa gedung tingginya mencapai belasan lantai. Biasanya kantor atau hotel bintang lima. Ada beberapa rumah Villa , dan ada satu atau dua rumah , yang dibuat ala keraton-keraton jawa. Rumah-rumah itu adalah kediaman bangsawan dan saudagar-saudagar kaya . Masih ada satu atau dua mobil yang melintas di jalanan , itu pun biasanya milik orang penting di kerajaan. Kebanyakan orang saat itu , menunggangi kuda atau mengendarai kereta kuda.
Tidak banyak orang yang di tinggal di kota ini. Kebanyakan orang di abad 22 , tinggal di perkebunan mereka sendiri , di kemah tengah hutan, dan yang paling banyak di reruntuhan peninggalan zaman modern. Kebanyakan orang di bogor adalah orang desa yang ingin menjual hewan ternak , hewan buruan dan hasil panen mereka , atau pun anak remaja yang berniat melamar kerja , meskipun menjadi jongos sekalipun. Petualanganku baruku di masa mudaku yang kedua, akhirnya bermula di sebuah rumah bordir dua lantai , di dekat stasiun kereta menuju Jakarta.
“ KAMU ITU UDAH TIGA HARI GAK DAPET-DAPET PELANGGAN! BUKANNYA CARI REJEKI MALAH DUDUK MALES-MALESAN KAYAK TUAN PUTRI. “
Pemandangan pertama yang kulihat adalah seorang m*******i yang sedang memarahi seorang gadis p*****r yang masih 18 tahun. Tujuanku kesini sebenarnya bukanlah untuk bersenang-senang dengan gadis muda. Aku kesini untuk mencuri uang b******n-b******n hidung belang.
“ mau langsung naik Aa’ ? “ “ Itu yang gaun hijau , saya pilih yang gaun hijau “ “ BAH! TAMBAH LAGI BIRNYA!”
Dan ketika mereka asik menuruti nafsu b***t mereka, aku berhasil meraup kurang lebih 500 rupiah (ingat 1 banding 10 ) .
“ permisi , mau aku temenin Aa’ ? “ lalu tiba-tiba salah seorang pramuria itu menghampiriku.
“ Ah tidak , saya ingin sendirian “ Pramuria muda itu lalu melirik ke perempuan tua yang menjadi muncikarinya, dengan raut wajah ketakutan. Aku pun sadar jika gadis ini adalah pramuria yang pertama kali aku lihat itu. Sudah pasti ia akan ditegur keras , jika saja kali ini dia gagal lagi.
“ Tunggu , sebenarnya saya agak pegal-pegal “ Wajah gadis itu seketika berubah riang.
“ Serius!! Mau Luna pijit? “ luna jadi itu namanya.
“ Boleh , kita langsung naik saja “
Pramuria muda itu langsung mengajakku ke atas. Seperti biasa aku harus membayar m*******i mata duitan itu , sebelum aku masuk kamar. Aku bayar 200 ribu agar dia tidak menggangguku semalaman. Luna pun duduk di kasur dan menatapku dengan wajah manjanya. Aku tak percaya gadis secantik dan semanis ini , bisa bekerja di tempat sekotor ini. Oh , Abad 22.
“ ini ambil “ Kasihan , aku memberinya uang 50 ribu .
“ untuk apa ini ? “ jawabnya polos.
“ bangunkan aku kalau sudah pagi. “ tentu saja aku tidak mengaku kalau aku kasihan padanya.
“ Kita gak jadi campur? “ tapi aku langsung tertidur. Di malam pertama sebagai anak muda, aku belum bisa menghilangkan kebiasaan tidur cepatku itu. Aku sangat ingin tidur nyenyak malam itu namun sayangnya
“ MANA BOCAH INGUSAN ITU!! BERANINYA DIA MENCURI UANG KU!!!”
“ BELUM PERNAH NELAN PELURU ANAK ITU!!”
“ DUK!DUK!DUK!” “OY BUKA!!!”
Dan dengan santainya aku bangun dari tidurku. Luna sudah ketakutan bukan main. Bahkan saking ketakutannya ia sudah bersembunyi di bawah meja.
“ Mukamu kenapa? “ tanyaku santai. Tapi tak sempat ia menjawab
“BRUK!!” Kerumunan pemarah itu masuk ke dalam kamarku. Aku langsung berdiri.
“ BOCAH TENGIK!! MAKAN INI! HYAAAT!!”
“BUK!” Sayangnya aku langsung memukul wajahnya lebih dahulu. b******n berjanggut panjang itu langsung pingsan.
“ Huh Payah...” gerutuku kesal. Namun saat itu juga mereka langsung mengeroyokku dan perkelahian pun terjadi.
Seseorang mencekikku dan hampir menjatuhkanku ke lantai. Spontan saja , kuterjang biji pelirnya dan ketika ia menjerit saat itu juga kupatahkan lehernya. Dua orang tiba-tiba merangkul tanganku , lalu seseorang mencekikku dari belakang. Satu orang lagi berdiri di depanku dan hampir menusukku dengan pisau. Kuterjang orang di depanku itu sekuat-kuatnya sehingga ia terjatuh, lalu kuhantam wajah orang di belakangku dengan kepalaku sendiri.
Bajingan itu termundur sambil memegangi wajahnya. Aku pun berhasil melepaskan diri dari kedua orang yang mengunci tanganku dan aku langsung memukul wajah mereka sekuat tenaga. Seseorang hampir menusukku dari belakang dengan pisau belatiku , namun aku spontan menerbab lengannya lalu membantingnya ke lantai. Lalu aku mencekiknya sampai mati. Satu orang pingsan dan dua orang mati di tempat , tiga orang melarikan diri . Bukan karena mereka takut , namun karena
“ PRIIIT!! PRIIIIT!! Jangan ada yang beregerak!!“
Pluit itu tanda Laskar Kerajaan datang untuk mengamankan dan menangkap kami semua. Mereka berlari demi menyelamatkan diri. Lagi-lagi spontan , aku buka jendela dan berniat kabur dengan melompat ke bawah. Lalu aku menatap Luna yang sedang ketakutan. Jika aku tinggalkan dia di sini, ia pasti akan sengsara. Kuterbab tubuhnya lalu langsung kugendong dia,
“KYAA!!! ADA APA INI!!!!” Dan aku langsung loncat dari lantai dua
“ BRUK!!!!” “ AW!!!! “ “ MAMA...... “
Luna menangis kesakitan . Lututnya sedikit berdarah. Rupanya kamar itu jauh lebih tinggi dari yang kukira. Kakiku pun terasa sakit. Beruntung ada kuda tak jauh dari tempat kami jatuh. Sambil terpincang-pincang , kugendong gadis itu lalu kunaikkan ke atas kuda. Lalu kami langsung melarikan diri sebelum laskar kerajaan sempat mengejar kami.