Ujian Level Ar dtús II

1619 Kata
Bagaimanakah kelanjutan cerita mereka? Apakah yang akan para leveler lalui selanjutnya? Apa yang akan terjadi di "dalam sana" setelah ini? Temukanlah jawabannya dan... selamat menikmati. +++++++ Sekilas tentang informasi yang masuk ke dalam otak mereka selama proses transfer ke tempat pengujian kenaikan level ini: TIDAK ADA INFORMASI SAMA SEKALI! Ah, bukannya tidak ada. Tapi, sangat sedikit. Keduanya bahkan tidak yakin apakah hal itu cocok untuk disebut sebagai informasi. “Carilah jalan keluar dalam desakan untaian kata!” ingat mereka seperti suara Tús Rud ar bith agus Athbhreithe berkata. Keduanya tersadar di atas rimbun rerumputan yang basah. Entah basah karena embun atau bekas guyuran air hujan. Yang jelas basah. “Dunia antah berantah macam apa lagi ini, Seth?” tanya Luke melihat ke sekeliling. Mereka seperti sedang berada di tengah hutan yng membuat keberadaan cahaya jadi cukup remang-remang. Melihat ke langit yang “hanya” diterangi oleh cahaya bulan dan bintang. Fix latar waktu yang “digunakan” adalah malam hari. Tak seperti Luke yang masih menimang-nimang situasi. Seth bergegas berdiri dan menarik pergelangan tangan pemuda kaukasia itu agar ikut bangkit. “Tidak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu saat ini, ‘kan? Kita harus segera menemukan jalan keluar dari tempat sial ini!” ucapnya semangat empat lima. “Bagaimana dengan yang diucapkan oleh Tús Rud ar bith agus Athbhreithe? Apa kau mendengar hal yang sama?” tanya Luke tenang. “Carilah jalan keluar dalam desakan untaian kata. Apa ya maksud dari ucapan itu?” tanya Seth sambil terus menarik salah satu pergelangan tangan Luke menembus lebat pepohonan dan tanaman. Kedua bola matanya tampak sangat berambisi untuk segera menemukan jalan keluar dari tempat itu. Sangat “naif”. “Hmph.” Luke menutup mulut dengan satu punggung tangan yang lain. “Apa yang kau tertawakan?” tanya Seth bernada sinis. “Tidak apa-apa. Padahal tadi kau terlihat sangat depresi dan putus asa. Ternyata setelah terjun ke lapangan bisa jadi begitu percaya diri untuk memimpin perjalanan seperti ini. “Sepanjang hidup kau pasti merupakan seseorang yang menarik. “Baiklah. Ayo segera kita temukan jalan keluar dari hutan ini! Tenang saja. Ini pasti akan mudah. Sejak kecil aku inisudah terlatih di scout (pramuka),” ia menyahut turut merasakan aliran semangat dalam aliran jiwa. Pemuda dengan netra berwarna cokelat itu sendiri malah membatin, sangat percaya diri kau bilang? Aku berlagak dengan banyak bicara hanya karena bingung bagaimana cara menyikapi situasi ini, bodoh. Aslinya ia sudah ingin terkencing-kencing saja di tempat. Karena sangat takut tersadar di tengah hutan rimba seperti itu. Seumur hidup membayangkan apa yang tengah terjadi padanya saat ini saja belum pernah. Ia “cengkram” kuat kegelapan di sekitarnya. Apa pun seolah bisa saja muncul secara tiba-tiba dari baliknya. Dan mengakibatkan berbagai kejadian yang tak pernah terduga. Hidup kadang memang bukan untuk diduga-duga. Baru sebentar saja Seth dan Luke terdiam karena berusaha waspada menilai situasi di sekitar mereka. Tiba-tiba petir menyambar-nyambar dari angkasa. Langit yang tadinya tenang dan gelap dalam sekejap jadi penuh dengan cahaya kilatan listrik. CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! CTAARR!!! Hati Seth: k, k, k, kita sudah pasti ada di dunia lain, ‘kan? Tidak mungkin ada sebuah tempat di dalam ruangan yang bisa menghasilkan efek visual yang begitu meyakinkan seperti ini, kannn???!!! Hati Luke: hah? Apa yang terjadi? Apa ini semacam reaksi fisika tertentu yang belum aku ketahui? Bagaimana mereka bisa menciptakan replika alam yang begitu meyakinkan seperti ini di dalam ruangan? Seth dan Luke: DI TEMPAT MACAM APA KITA INI SEBENARNYA!!!??? Hujan deras mulai mengguyur keduanya yang masih kehabisan kata pada situasi ini. DDDRRRSSSHHH!!! Hujan, ditambah sambaran petir, dilengkapi hembusan angin kuat membuat perjalanan jadi semakin berat. Ditambah tak ada satu pun dari mereka yang tau ke mana harus melangkah sebenarnya. Luke menarik pakaian Seth dari belakang. “Seth… a… zzzhhh… zzzhhh… yo gee… zzzhhh… ta… cari… te… zzzhhh… zzzhhh… zzzhhh…” DDDRRRSSSHHH DDDRRRSSSHHH DDDRRRSSSHHH!!! “APAAA???!!!” tanya Seth yang sama sekali tak bisa mendengar ucapan rekannya satu itu. Luke langsung mendekat ke arah Seth dan membisikkan tepat di daun telinga pemuda itu, “Kita bisa sakit jika terus berjalan dan membiarkan tubuh terpapar air hujan. Di tempat aneh ini sebenarnya aku khawatir kalau hujannya tidak murni H2O. Mari berteduh sejenak,” ajaknya. Seth menggelengkan kepala pelan. “Kita bisa tersambar petir kalau berteduh di bawah pohon,” beritahunya. “Tersambar petir itu belum pasti! Tapi, sakit kalau terus melanjutkan perjalanan ini sudah pasti. Tidak ada obat atau rumah sakit di tempat terkutuk ini, b*d*h! Kalau kau yang sakit aku masih bisa membawa tubuhmu. Bagaimana kalau aku yang ambruk atau kita berdua? Apa kau akan meninggalkan aku sendiri?” tanya Luke meninggikan oktaf suara. Nada bicaranya terdengar seperti orang yang sedang sangat kesal. “Tentu saja aku tidak akan melakukan hal seperti itu, t*l*l! Kita mengawali perjalanan ini bersama. Tentu harus menyelesaikannya bersama juga. Aaargh, t*l*l!” balas Seth ikut meninggikan oktaf suara. Tampak tak kalah kesal timbang pemuda di hadapannya. Tunggu sebentar, batin Luke seperti menyadari sesuatu. Ia mengangkat satu telapak tangan ke udara. Merasakan hujan yang turun jadi tak begitu lebat lagi. Angin yang berhembus juga terasa berkurang kecepatannya. Selain itu juga tidak ada lagi petir yang menyambar-nyambar dengan gila seperti sebelumnya. “Kau sedang apa, sih?” tanya Seth menatap aneh. Luke segera menjawab, “Hei, sepertinya badai sudah berhenti. Se…” “Ssstt! Tunggu sebentar!” Seth meminta Luke diam dengan menempelkan telunjuk di ujung bibir. Luke tampak bingung. Ada apa, tanyanya dalam hati sambil mengerutkan kening. Satu… dua… tiga… emp… DDDRRRSSSHHH!!! CTTARR CTTARR CTTARR!!! WUUUSSHH WUUUSSHH WUUUSSHH!!! Badai kembali turun dengan gilanya. Membasahi tubuh kedua pemuda itu. “AYO KITA TERUS BERBICARA SAMPAI MENEMUKAN JALAN KELUAR DARI TEMPAT INI, LUKE!” ajak Seth dengan riang ceria. Ia seperti baru saja menemukan suatu benda berharga. Jawaban yang selama ini sedang ia cari. “A, A, Aha ha ha ha ha ha,” pemuda kaukasia itu pun turut tertawa dengan kencang. Merasakan kepuasan yang sama. “Kau benar juga. Sepertinya kita harus terus berbincang agar tidak turun badai yang menyebalkan ini,” sahut pemuda itu mengikuti langkah Seth yang memimpin perjalanan. “Masalahnya di sini… apa lagi yang harus kita bicarakan? Kita sudah banyak mengobrol saat menunggu di dalam kamar itu,” tanyanya. “Kita bisa membicarakan apa pun, Luke. Mengulang semua topik yang sudah kita ketahui juga tidak masalah, lah. Apa saja. Kita bisa membahas hutan yang kelihatan seperti tempat jin buang anak ini. Mengulang lagi apa yang sudah kita bicarakan sebelumnya juga aku rasa bukan masalah. Tenang saja, tenang saja, tenang saja. Yang jelas jangan sampai kita diam lebih dari tiga detik. Atau badai yang lebih buruk mungkin akan muncul.” “Tahun ini berapa usiamu?” tanya Luke pada akhirnya. Kita hanya harus membicarakan apa saja, ‘kan? “Hmm… dua puluh satu tahun. Baru saja aku ulang tahun. Tidak dirayakan dengan pesta, sih. Tapi, dengan doa bersama seluruh keluarga. Bagaimana dengan kau sendiri?” tanya Seth balik. Ia memang sengaja untuk memanjang-manjangkan ucapannya saja sekalipun itu hal yang tidak penting sekalipun. “Sama. Dua puluh satu tahun… lebih mungkin. Sebentar lagi akan menginjak usia dua puluh dua tahun. Dari negara mana kau berasal?” tanya Luke. “Sebuah negeri tropis cenderung panas yang terletak di garis Khatulistiwa planet ini,” jawab Seth. “Kalau aku berasal dari negeri yang terletak di bagian utara planet Bumi. Pasti ada perbedaan temperatur yang cukup ekstrim di tempat tinggal kita semua. Maksudku dengan para leveler yang lain. Tapi, kenapa suhu di tempat ini terasa cocok untuk semua orang, ya?” tanya Luke “tanpa” mengharapkan jawaban. Ia melanjutkan, “Aku tidak suka suhu udara yang terlalu panas atau terlalu dingin. Tapi, suhu di sini terasa pas. Menurutmu ini berapa farenheit?” tanya Luke. “Ssstt!” desis Seth sambil menempelkan telunjuk di bibir. “Jangan keluarkan suara!” pintanya. Ia berhenti melangkah dan merendahkan tubuh sedikit. Ia tarik pakaian Luke agar ikut merendahkan tubuh sepertinya. “Kau ini bagaimana, sih? Katanya kita tidak boleh diam. Sekarang malah mendesis meminta aku tidak mengeluarkan suara. Bajuku juga belum kering. Aku tidak mau sampai kita harus hujan-hujanan lagi atau tersambar petir,” omel Luke kesal. Dalam hatinya tetap berpikir, yah, yang penting mah bicara saja, lah. Seth menenggak ludah. Glek. Ia acungkan jari telunjuknya menuju lokasi yang tak jauh dari tempat mereka berada. Di jalan yang akan mereka lewati tengah tertidur binatang aneh raksasa yang memiliki kulit bersisik kehijauan dengan paku di sepanjang tulang belakang dan ekor. Saat Luke bicara tadi hewan yang entah apa itu tampak sedikit terusik dan membuka mata. Namun, ia segera kembali tertidur saat situasi kembali tenang. Terdengar suara dengkuran lirih dari hidung makhluk itu yang memiliki warna hitam. Sekujur tubuhnya pun tampak gelap dan mengerikan. “Apa yang harus kita lakukan setelah ini?” tanya Luke pelan. “Kita akan tetap berbincang. Pokoknya jangan sampai diam. Mari menjauh perlahan dari tempat ini ke arah lain. Kita harus mencapai zona aman dari jangkauan serangan makhluk yang kelihatannya tidak ramah itu,” jawab Seth dengan suara yang sangat lirih. Luke membalas, “Aku akan menuruti apa yang kau katakan karena kelihatannya kita juga tidak punya pilihan selain itu. Oke.” “Mohon kerja samanya untuk saat ini dan seterusnya, Luke,” pinta Seth. Ia memang merasa kalau situasi kali ini sangat jauh dari kata aman. Atau nyaman untuk digunakan saling berbincang. Tapi, yang namanya hidup di kenyataan itu tidak selalu memberi banyak pilihan. Walau kenyataannya terletak di dunia “khayalan” sekalipun. Huufft… +++++++ "Apakah yang akan mereka hadapi setelah ini? Apa yang akan mereka lakukan untuk mewujudkan segala harapan? “Apa tujuan dari semua kejadian ini? Misteri apa yang tersimpan dari alam semesta? Yang rasanya belum semua sempat digali oleh para manusia..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN