BAB 3 Menjemput Jodoh

1352 Kata
Gira melangkahkan kakinya menuju ruangan yang disebut seseorang telah menunggunya, setengah penasaran ia melewati begitu saja Iggy yang hendak menyapanya. Setelah sampai di depan pintu, Gira langsung membukanya, kedatangannya lantas membuat dua orang pria di dalam itu terkejut dan hampir mengeluarkan sesuatu dibalik jas hitamnya. "Siapa?" tanya Gira. "Anda Pak Gira?" Bobby yang sudah berdiri dan berjalan menghampiri Gira kemudian menjawab pertanyaan Gira dengan pertanyaannya. Gira tentu waspada terhadap dua pria asing di hadapannya itu, langkahnya sedikit mundur memberikan jarak antara mereka. "Kalian ini siapa? dan mau apa?" "Kami datang untuk menjemput Pak Gira, sampai di sana akan dijelaskan oleh Tuan kami." ucap Kim yang berada disebelah Bobby. "Saya tidak mengenal kalian, apalagi tuan kalian." "Maaf Pak Gira. Kami tidak bermaksud hal lain, hanya diperintahkan untuk menjemput Pak Gira saja. Jadi tolong ikut kami sekarang." Bobby berjalan hendak menarik lengan Gira, namun segera ditepis oleh Gira dan menarik cutter dari saku celananya, mengarahkan kepada Bobby dan Kim. "Pergi dari kantor saya. Saya tidak akan segan-segan untuk menyuruh polisi menjemput kalian." ucap Gira menatap dingin. Kim menoleh kepada Bobby, melihat tanggapan Bobby yang hanya diam sambil mengangkat tangannya. Kim lalu menyeret kedua kakinya sedikit miring, melihat ke arah belakang Gira. Dengan satu kali gerakan Kim telah mengunci kedua lengan Gira, cutter yang berada di tangan Gira pun sudah terjatuh dan diambil oleh Bobby. "Pak Gira. Kalau bapak tidak menurut bahkan mengajak kami bermain seperti ini. Kami bisa saja melakukan hal yang tidak bapak perkirakan." ucap Bobby tersenyum menatap kepada Gira. "Sial. Lepaskan saya..!" Gira menggerakkan tangannya, ia memutar tubuhnya dengan cepat hingga Kim yang tiba-tiba berteriak karena tangannya yang terlipat oleh Gira. Setelah terlepas, Gira langsung berjalan keluar ruangan sembari menggulung lengan kemejanya. Tidak berselang lama Gira keluar, Bobby dan Kim yang masih berbenah, seketika dikejutkan oleh kedatangan polisi yang terhitung 10 lebih masuk ke dalam ruangan, diantaranya mengangkat pistol dan mengarahkan kepada Kim dan Bobby. "Ini perintah penangkapan, angkat tangan kalian..!" teriak salah satu polisi yang langsung memborgol kedua tangan Kim dan Bobby. Tidak bisa berbuat apa-apa, Kim dan Bobby hanya terdiam selama diseret untuk keluar dari wilayah perusahaan Gira, hingga tiba di lobby. Gira yang datang dari dalam mobil, berhenti tepat di kedua kaki Kim dan Bobby. "Katakan pada Tuan kalian, kekayaan yang ia punya tidaklah sebanding denganku. Jika hanya mengandalkan uangnya untuk menikahkan putrinya denganku, lebih baik aku yang datang menjemput putrinya dan memberikan 50% keuangan perusahaan padanya." Kim mengetatkan rahang lehernya, jika tangannya tidak diborgol maka sudah habis wajah Gira membiru karenanya. "Sombong sekali." Gira tertawa karena ucapan Kim, terasa sangat merdu di telinganya, dan katakanlah bahwa itu memang benar. "Lepaskan mereka, tapi jika saya melihat wajah dua pria ini ada di wilayah perusahaan atau dimana saya berada, segera saja tangkap." Gira membalikkan badannya dan mengangkat jari tengah mengarahkan pada Kim dan Bobby. "Pergi..!" Bobby berdecak kepada seorang polisi yang mendorong bahunya, menoleh dan menatap tajam, langsung saja polisi tersebut mengarahkan pistolnya, membuat Bobby terkekeh. Melihat Kim yang sudah menaiki mobil mereka, Bobby langsung mengikuti kemudian ia diam bersama tatapan matanya yang terlihat kesal. "Bagaimana ini Kim? kita tidak berhasil membawa pria sombong itu." decak Bobby memukul kaca mobil kuat. "Tuan Anwar pasti punya cara lain. Kita kembali saja dulu, kalau kita tetap membawanya dengan paksa pasti kita benar-benar akan dipenjara karena dituduh menculik bos mereka." ucap Kim. "Polisi-polisi itu tidak pandai memakai senjata mereka. Lagipula kau takut dengan mereka, seorang Kim." "Aku tidak takut, tapi kita masih banyak pekerjaan lain, kalau waktu hanya terbuang banyak di dalam penjara aku tentu tidak mau." Bobby mengangguk saja tidak mau membahas lebih detail lagi apalagi jika nama Gira terlintas di kepalanya sangat membuatnya kesal, apa susahnya ikut saja dengan mereka lagipula bukan akan dibunuh tapi dinikahkan, siapa yang tidak mau dinikahkan dengan seorang perempuan cantik seperti Julia, pikir Bobby kemudian. Mobil kedua bodyguard tersebut telah sampai di depan rumah besar Anwar Zendaya, terlihat seorang perempuan sedang duduk di bangku taman tepat di depan rumah bersama segelas jus strawberry dan beberapa cemilan di atas meja. Jari tangannya membalik lembar demi lembar buku, sesaat tersenyum kemudian ia menghapus air matanya karena terbawa alur cerita. "Kim, Bobby." serunya yang tersadar dengan keberadaan pria-pria itu. Kim dan Bobby langsung menunduk ketika Julia berjalan mendekati mereka. "Darimana saja kalian, aku mencari karena kata Papa yang menjemput Gira itu kalian." "Itu benar Nona Julia." "Jadi, kapan dia dijemput. Bilang aku kalau kalian sudah akan jalan, aku harus memilih pakaian bagus dan cantik untuk calon suamiku itu. Ayo, katakan kapan." Julia sedikit berteriak karena menurutnya Kim dan Bobby hanya memperlambat waktu dengan banyak diam. "Soal itu, begini Nona. Kami harus segera bertemu dengan Tuan Anwar.." "Kim, katakan." "Maafkan kami Nona, nanti Tuan Anwar yang akan menjelaskan. Kami harus segera masuk." Bobby dengan cepat menarik Kim untuk masuk ke dalam rumah, jika dibiarkan terlalu lama berhadapan dengan Julia, maka Bobby pastikan Kim akan mengatakan semua yang terjadi sebelumnya di kantor Gira pada Julia. Apalagi kalau bukan soal jatuh cinta, benar. Kim memiliki perasaan pada anak majikannya itu, dan akan bisa luluh kapan saja kalau berhadapan dengan Julia. "Berhenti menatap Julia. Lihat bola matamu yang sudah mau lepas dari kulitnya." celetuk Bobby ketika sudah berada di dalam rumah. Kim berdecak sambil mengikuti langkah kedua kaki Bobby, mereka berjalan menuju ruangan kerja Anwar yang berada di lantai paling atas, menggunakan lift yang ada di rumah itu. "Kau saja yang tidak pernah jatuh cinta." ucap Kim menanggapi Bobby, dirinya begitu kesal karena Bobby merusak mimpinya untuk menatap kedua bola mata Julia dengan waktu lama. "Tapi aku tidak seperti kau sembarangan menyukai, tidak sadar perempuan itu siapa, kau siapa." "Tidak ada yang salah selama aku menyukainya." "Lihatlah, seorang Kim sedang memperjuangkan hatinya yang sebentar lagi akan hancur karena perempuan yang disukai akan menikah dengan pria yang dia cintai." "Kau mau aku hajar, Bobby." "Sudahlah Kim. Fokus pada pekerjaan saja, jangan melakukan hal yang konyol apalagi sampai membuat kesalahan." Kim tidak merespon ucapan Bobby, ia hanya menatap ke depan entah masih memikirkan Julia atau sedang memikirkan ucapan Bobby barusan. Ketika sampai di depan ruangan Anwar. Bobby mengetuk pintu yang beberapa detik langsung tergeser dengan sendirinya. Kim melihat ke arah depan diikuti oleh Bobby, terlihat seorang pria setengah usia berdiri melipat kedua tangannya. "Apa yang dia katakan?" tanya Anwar seolah telah mengetahui jika kedua anak buahnya telah gagal membawa Gira masuk ke rumahnya. Bobby dan Kim berjalan dengan sopan menghampiri Anwar yang sudah berpindah duduk di sofa, matanya menatap tajam pada Kim dan Bobby yang berdiri menghadapnya. Bobby menjelaskan bagian awal hingga akhir dari peristiwa yang menimpanya dan Kim di kantor Gira sebelumnya. Mendengar ucapan Bobby, Anwar berdecak kuat, tangannya memukul meja nyaring sampai Kim terkaget-kaget. "Sombong sekali Gira itu. Jika aku masih kuat berkelahi sudah aku ajak tinju saja. Bisa-bisanya dia menolak anakku, Julia yang malang." "Apa? Jadi Gira gak bisa datang malam ini..?" Anwar, Kim dan Bobby terkejut karena teriakan Julia, perempuan itu bahkan tiba-tiba sudah berada di depan pintu ruangan. "Julia. Papa tidak suka kamu menguping ya." ucap Anwar yang berdiri hendak menghampiri Julia. Menghiraukan Anwar, Julia berjalan menuju pada Kim dan Bobby. "Apa yang Gira katakan tentang aku?" Kim menoleh pada Bobby yang perlahan menggelengkan kepalanya. Kim kemudian menatap pada Julia dan menghembuskan nafasnya gusar. "Katanya," "Kim." "Jika Tuan Anwar mau menikahkan Nona Julia dengan Pak Gira maka biarkan dia yang menjemput Nona sendiri dan memberikan sebagian keuntungan perusahaan pada Tuan Anwar." Bobby berdecak kecil memejamkan matanya, rasanya ingin menutup saja mulut Kim dengan lem korea sehingga tidak gampang terpancing, membuat suasana semakin panas saja. "Benar itu katanya?" Julia menoleh pada Bobby, meminta pembenaran. "Nona, itu.." Julia menghirup beberapa kali udara dan menghembuskan dengan sekali tarikan nafasnya. Matanya menatap ke depan dengan tajam, lalu kedua ujung bibirnya terangkat dan terbentuklah senyumannya yang hampir membuat Kim meleleh jika tidak disadarkan oleh Bobby dengan pukulan di kepalanya. "Maafkan Papa, Julia. Papa.." "Tidak apa-apa, Pa. Julia sendiri yang akan menjemput jodoh Julia..!" seru Julia mengangkat tangannya ke atas, tubuhnya berbalik dan berlari keluar dari ruangan. "Oh iya. Apa..?! Julia, hei..!" Anwar mengusap wajahnya, ia menatap pada Bobby dan Kim yang hanya berdiam melihatnya dan Julia. "Apa yang kalian lihat, hentikan anak itu." "Baik Tuan..!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN