Cowok itu menidurkan kepala dengan tak semangat di meja kantin. Ia tidak membeli apapun, hanya diam dengan telinga tersumpal earphone, mendengarkan musik yang membuatnya semakin galau. Walaupun begitu, ia harus bersyukur karena memiliki sahabat yang perhatian. Davian dengan berbaik hati membelikannya capuccino. "Emang bener ya roda itu berputar," celetuk Diran sembari mengunyah kacang goreng. Radit mengernyit tak paham. "Kenapa emang?" "Ya gitu." Diran mengarahkan dagu pada Dennis yang melengos. Cukup tahu maksud ucapan cowok itu. "Gitu apaan sih?" tanya Lino yang ikut bingung. "Giliran Aden yang menderita gara-gara Cessa," jelas Davian tanpa basa-basi. "Oh," seru Lino dan Radit bersamaan. Dennis berdecak. Haruskah cowok itu menjabarkannya dengan jelas? Beruntung kedua cewek yang bi
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari