Namanya Merriam Kafana,aku mengenalnya saat aku nongkrong di sebuah pub.Dia yang tiba tiba santai duduk di sebelahku yang sedang menikmati minumanku meja bar.
“Sendiri?”sapanya.
Aku tersenyum.
“Rame rame sih,walaupun gue gak tau nama mereka satu satu”jawabku.
Dia tergelak.Dari sapaan itu akhirnya kami terlibat obrolan.Aku menilai Merriam wanita menyenangkan,cukup pintar dan sangat menarik.Bodynya tidak terlalu tinggi,malah cenderung mungil.Hanya b****g dan dadanya mencuat dengan cara yang pantas.Seperti balapan menonjol berlawanan arah.Bagaimana aku tau?,tentu saja karena dia memakai dress ketat sepaha dan berbelah d**a rendah.
Membuat tanganku gatal untuk mencoba meremas atau mengelus d**a itu dengan telapak tanganku.Pasti hangat dan mulus sekali.Wajahnya khas wajah wanita latin.Seksi sekali dengan warna rambut coklat terang bercampur pirang dan bergelombang.
“Ibuku asli Venezuela,ayahku orang Menado”jawabnya waktu aku tanya asal muasal wajah latinnya.
“Wow,pantas wajahmu seperti Marimar”ledekku.
Dia tergelak lagi.
“Pindah yuk Ren,yang santai atau mau ke tempatku?”ajakku.
Tentu saja aku antusias.Di mengajakku ke sebuah apartemen mewah.
“Ada orang lain gak?”tanyaku tak enak.
Dia tertawa sambil melepas sepatu high hells nya sembarangan.
“Ini tempat persembunyianku dari orang orang yang membuatku pening.Jadi kamu bisa santai,tak ada orang lain juga di sini”jawabnya.
Aku tersenyum,cari mati kalo aku bilang sih.Mengurung dirinya berdua aku,dan aku sudah on dari tadi.
“Kamu mau minum lagi?”tanyanya sambil beranjak ke arah bar kecil di pojok apartemannya.
“Air putih,tenggorokanku kering dari tadi minum trus”jawabku lalu duduk di salah satu bangku bar di hadapannya yang batal menuang minuman.
Dia beranjak anggun ke arah pantry dan membuka kulkas dan membawa sebotol minuman mineral padaku.
“Makasih!!”desisku menerima botol itu dan meminumnya.
Aku mengabaikannya yang sekarang menatapku sambil menggigit bibirnya.
“Kamu seksi banget sih…..”desisnya.
“Lalu…..”pancingku sambil menaruh botol minumanku di meja bar.
Bukannya menjawab,dia justru mendekat lalu berdiri di sela kakiku yang mengangkang.
“Bercinta boleh…..”tanyanya lalu mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu dan aku menahan diri untuk tidak menyerangnya duluan.
Panas dingin sekali rasanya,dadanya menantangku.Belum gerakan sensual dirinya saat menarik lepas kemeja yang aku pakai.
“Benar aku kan?,seksi sekali kamu tuh……”bisiknya lalu meraba dadaku dan aku semakin tak tahan.
Dengan gerakan cepat,aku menarik pinggangnya dan menciumi dadanya.Dia mendesah dan menggeliat pelan dan meloncat ke gendonganku saat aku berdiri dari dudukku.Aku menaruhnya di meja bar dan menarik lepas celana dalamnya setelahnya aku sudah menenggalamkan kepalaku di antara pahanya yang terbuka lebar.Bukan hanya Merriam yang mendesah hebat.Aku juga semakin gemas saat dia terus mendesah dan menjambak rambutku.
“More!!”cetusnya dengan nafas terengah setelah aku membuatnya basah kuyub.
Tentu saja aku kabulkan,aku buru buru membuka celana panjangku sementara dia menggangguku dengan pergerakan jemari kakinya yang menyentuh bagian depan bokserku.Setelah aku berhasil melepas celanaku,dengan gerakan cepat aku memangkunya turun dan dia memekik sambil tertawa.Aku yang sudah geram maksimal memposisikannya menungging dengan bertumpu pada kursi bar.
“DIAM!!”bentakku karena dia bergerak menggodaku dengan menggesekkan bokongnya dengan terpedoku yang masih terbungkus bokser.
“Aku kontrasepsi!!”jedanya karena aku mengeluarkan kondom dari celana yang aku lepas.
Aku menatapnya yang menoleh ke belakang ke arahku.
“Aku suka s*x,dan aku tidak suka hamil,jadi kamu harus percaya”jawabnya.
Aku diam berpikir.
“Ren come on!!,aku bersih dan bukan p*****r!!”protesnya karena aku masih diam.
Benar juga,kalo p*****r mana mungkin sebersih dirinya.Jadi aku melepar kondom yang aku pegang lalu membuka bokserku dan menyerangnya dari belakang.
“Oh Gosh…”desisnya saat aku bergerak menggila.
Gokil nih perempuan,mau di hantam bolak balik malah semakin liar dan bukan kewalahan.
“Kamarku!!”serunya dalam gendonganku dan kami masih menyatu.
Aku menuruti arah telunjungnya.Aku membawanya ke kamar.Semakin menggila lagi kami berdua.Luar biasa,tubuh munggilnya seakan tak lelah bergerak.Mau di atas atau di bawah sama saja.Tubuhnya juga lentur,tak menjedaku saat aku menaikan kedua kaki mulusnya di bahuku lalu aku bom lagi dengan terpedoku.Keren baru nih,kuat sekali.Apa karena mabuk yak??.
Tapi sepertinya gak.Besoknya saat kami mandi bareng toh dia tetap menggila saat aku setubuhi.Kami baru makan saat jam sudah menunjukan pukul 1 siang.
“Kamu punya pacar?”tanyaku saat kami mulai makan yang dia pesan.
“Aku punya suami!”jawabnya.
Aku menghentikan makanku lalu menatapnya.
“Kaget?”tanyanya santai dan tertawa pelan.
Aku menggeleng.
“Gak terlalu sih,aku sering juga nidurin istri orang”dustaku padahal ini pertama kalinya.
“Berarti tidak masalah dong”jawabnya.
Aku mengangguk lalu mulai makan lagi.Suami model gimana yang lepas istri cantik dan sehot ini.
“Suamiku selalu kerja dan sibuk juga dengan perempuan lain,bisa dengan dua atau tiga perempuan dalam satu waktu”jelasnya.
“Anak?”tanyaku.
Dia menggeleng.
“Dengan sifat suamiku yang b******n,bukan pilihan cerdas kalo aku hamil trus sampai punya anak,hanya akan jadi beban”jawabnya.
Aku mengangguk lagi.
“Lalu gimana kamu bisa akhirnya nikah?”tanyaku penasaran.
“Uang!!,apa lagi,daripada aku jadi pelacur.Ayahku meninggal saat aku sudah terbiasa hidup enak,pilihannya cuma aku jadi istri lelaki kaya atau aku jual diriku.Aku memilih menikah walaupun aku harus menikahi lelaki b******n”jawabnya.
“Dari awalkah suamimu bersikap b******n?”tanyaku.
“Kamu juga bajingankan?,buktinya kamu bawa bawa kondom kemana pun.Kamu persis suamiku,ganteng dan kaya.Dua hal yang di cari perempuan,kelebihanmu yang lain,kamu jago di ranjang.Suamiku tidak terlalu,karena dia peminum dan sesekali narkoba,jadi kurang garang kalo dia dalam kondisi sadar.Kalo dia mabuk baru keren,tapi aku yang kewalahan karena dia kasar sekali kalo mabuk,tubuhku habis di cabik cabik”jawabnya.
Aku mengangguk pelan.
“Well,aku harus pergi Mer,makasih untuk waktumu”pamitku bangkit.
“Kita bisa ketemu lagi kan?”tanyanya.
Aku diam menatapnya.
“Aku suka kamu,aku rasa kamu juga suka aku.Aku gak akan banyak menuntut,jadi kamu bebas juga”lanjutnya.
Aku tersenyum.
“Okey,asal kamu setuju bentuk hubungan tanpa komitmen,hanya untuk senang senang”jawabku.
Merriam bersorak.Kami lalu bertukar nomor handphone lalu aku pamit pulang.Semenjak itu,di mulailah pertualangan affairku dengan Merriam.Menyenangkan sekali karena Merriam tau kapan waktunya bisa menggangguku.Aku juga jadi tidak berminat pada wanita lain,Merriam bisa memuaskan hasrat dan fantasiku.Aku cukup focus juga padanya.Kami sering bertemu dan menghabiskan waktu di apartemennya.Keren deh pokoknya.Fantasi Merriam juga keren,like a porn star.Dia bisa santai meliuk balle dance hanya dengan celana dalam dan Bra,dan aku santai menontonnya,setelahnya aku pasti sudah menghabisinya dan dia selalu bisa mengimbangiku.Hal gila yang aku pernah lakukan.
Aku semakin penasaran pada sosok lelaki yang jadi suaminya.Merriam tak pernah bahas soal apa pun tentang suaminya.Kadang aku hanya menemukan berbicara di telepon dengan suaminya,dan selalu mendengus kesal setiap kali selesai bicara.
“Bilang kangen aku,kangen apaan,kalo aku dengar suara perempuan mendesah di antara suaranya saat dia merayuku.Bajingan”omelnya lalu santai merebut minumanku dan menyulut rokokku.
Aku paling jauh hanya tertawa menanggapinya.Bukan urusanku.
Semua jadi malapetaka saat aku dan Merriam menjalani hubungan terlarang ini selama 4 atau 5 bulan,aku lupa.Aku hanya mengingat,telepon papaku.
“Ren,kamu lagi ada masalah sama orang?”tegurnya.
Aku mengerutkan dahiku.
“Masalah apa pah,aku sibuk kerja,mana mungkin sempat buat masalah dengan orang lain”jawabku.
Terdengar helaan nafas papaku.
“Ada 4 orang pria bertampang garang datang ke rumah dan ancam papa dan menyuruh papa memperingati kamu supaya tidak mengganggu miliknya,papa mau tanya,kamu terlibat skandal dengan siapa?”tanya papaku dan membuat aku menegang.
“Papa di mana?”tanyaku khawatir.
“Prass tarik papa ke rumah Inge Ren,kamu tidak usah khawatir,anak buah Edward kawal rumah Inge,papa lebih khawatir denganmu”jawabnya.
Aku diam berpikir,skandal apa?,aku dulu tidak berpikir soal Merriam.
“Aku baik baik aja pah,papa tenang saja”jawabku.
“Syukurlah,kalo kamu merasa terancam,hubungi Edward ya nak”pinta papaku.
“Iya pah,papa di rumah om Prass aja”pintaku.
Lalu sambungan terputus dengan keluhan papaku soal rindunya padaku.Aku menanggapinya dan berjanji menemui papaku.Aku lebih focus soal ancaman itu.Aku mendapat jawaban saat Merriam menelponku sambil menangis dan memintaku datang ke apartemannya.
“MER!!”jeritku melihat tubuh dan wajah Merriam yang babak belur.
Merriam meringis lalu berhambur memelukku.Dia terisak.
“Siapa yang buat kamu seperti ini?”tanyaku.
Dia melepaskan pelukannya lalu duduk di sofa.
“Kamu gak apa apa kan?”tanyanya.
Aku mengerutkan dahiku.
“Aku gak kenapa kenapa,lebih baik pikirkan dirimu sendiri,kamu udah ke dokter?”tanyaku.
Dia menggeleng.
“Aku akan aman di sini,dokter tidak akan bisa menyelamatkanku”jawabnya.
Aku diam berpikir.
“Siapa suamimu?”cecarku.
Cuma itu yang terlintas di pikiranku.Kalo sampai babak belur seperti ini harusnya Merriam mengadu pada suaminya di banding mencariku kan?,kecuali justru suaminya yang membuatnya seperti ini.
“Tommy Malta”desis Merriam dan aku terbelak.
Siapa yang tidak mengenal nama itu,bos mafia pemilik club club besar di Jakarta.Orang yang seakan kebal hukum karena dia penyumbang besar para politisi yang sibuk mencari kekuasaan.Dia berdiri di balik orang orang besar.
“Kamu serius?”tanyaku.
Merriam mengangguk setelah menatapku.
“Aku minta kamu datang untuk kasih tau kamu,karena nyawamu bisa aja terancam”jawabnya.
Aku mengacak rambutku.Berarti mengancam juga keselamatan papa dan keluargaku.
“Dia tau soal kita?”tanyaku.
“Aku yang jujur bilang karena aku minta cerai,aku mau kita sama sama Ren”jawabnya santai.
“MER!!.INI GILA!!”bentakku kesal.
“Kenapa gila!!,kamu juga suka kan sama aku,atau kebersamaan kita”jawabnya.
Aku menggeleng pelan.
“Hanya untuk senang senang dan bukan untuk berkomitmen,jangan menjebakku Mer”protesku.
Merriam diam.
“Kamu dari awal setuju kalo ini just for fun,tanpa tuntutan apa pun,kamu gila kalo pada akhirnya menuntut lebih dari aku”lanjutku.
“Jadi kebersamaan kita tidak merubah apa pun?”cecarnya.
Aku tertawa.
“Dari awal kamu tau kalo aku b******n,b******n mana mungkin melibatkan perasaan dalam hubungan,just for s*x”jawabku dan Merriam menamparku.
Aku menggeram lalu beranjak bangkit dari dudukku di sebelahnya.
“Aku tidak mau terlibat lebih jauh dalam pusaran ini,jangan salahkan aku,salahkan dirimu yang tidak bisa menjaga diri”kataku.
Merriam menatapku tajam.
“Kamu bakalan nyesal lakuin ini sama aku”ancamnya.
“Nyesal memang belakangan,aku jadi tak perduli”jawabku santai.
Dan memang gila Merriam tuh,setelah itu,hidupku tidak tenang,selalu saja ada orang yang berusaha mencelakakanku.Dari mulai mobilku yang remnya di buat blong,sampai mengirim tukang pukul.Aku berhasil lolos dari maut saat mobilku nyungsep dan menabrak lampu jalan dan trotoar karena remnya blong,aku sudah loncat keluar mobil dan untung tidak ada yang kena tabrak.Tukang pukul pun berhasil aku lawan.Aku menyerah saat suami Merriam mengirim snipper.Bahu kananku kena tembak juga saat mereka berhasil menghadang laju motorku.Ya semenjak mobilku di manipulasi,aku jadi membawa motor untuk kerja dan terus bertahan di apartemen.Aku berhasil lolos dan sampai di klinik kecil yang dokter dan perawatnya aku todong pistol agar mau mengeluarkan peluru di bahuku.Setelah istirahat beberapa jam,aku bergegas kabur ke Australi untuk sembunyi karena aku tau kalo aku memaksa bertahan di Jakarta,aku akan mati sia sia.
Aku tak menceritakan apa pun pada keluargaku atau siapa pun.Aku memutus semua kontak termasuk pekerjaan,aku hanya sekali menghubungi wakilku di kantor untuk menangani pekerjaanku setelah itu aku mematikan semua alat komunikasiku.Sinyal handphone itu paling mudah di sadap.Aku lupa berapa lama aku di Australia,aku membeli unit aparteman untuk aku tinggal sambil memulihkan kondisi lukaku.
Aku sempat panik saat 4 orang pria memakai pakaian serba hitam dan menodongkan pistol dan memaksaku ikut masuk ke dalam mobil SUV hitam juga,setelah aku tidak berhasil mengambil pistolku di laci meja samping tempat tidurku.
Aku mendadak tenang saat menguping pembicaraan salah satu dari 4 orang itu di telepon.Silver Bullet di sebut,itu nama sandi om Edward dalam setiap operasi militer,artinya peluru perak,om Edward memang mematikan bukan?.Walaupun aku di perlakukan seperti teroris,tapi aku yakin aku akan aman dengan ikut mereka yang ternyata membawaku ke bandara dan naik pesawat jet yang aku kenali milik om Rafael Syahreza,ayah Andra Syahreza yang memang akrab dengan om Edward dan om Prass.Mungkin pesawat om Prass sedang di pakai.
“Lepasin kali borgol gue,gue bukan teroris”pintaku setelah mereka mendudukanku di kursi pesawat.
Mereka serentak menodongkan pistol ke arah kepalaku.
“Come on bro!!,stop being norak!!,kalian pasti orang orang Edward Tanjung kan?,gue bisa aja laporin kalian sama big bos kalo kalian udah memperlakukan gue kaya penjahat gak malu apa sama pangkat,masa nawan warga sipil”seruku meledek.
Salah satu dari mereka dan yang berhadapan langsung denganku malah menempelkan moncong tokalev di dahiku dengan posisi siap tembak.
“Gara gara orang sipil yang gak bisa jaga kemaluan,kita mesti di perintahkan operasi receh dan gak ada prestisenya macam ini.Lebih baik elo jadi penjahat perang di banding jadi penjahat kelamin”jawabnya dengan nada kesal.
Aku tertawa pelan.
“Gue ikutin saran elo,turunin dulu pistol elo,kalo elo lepas,gak cuma gue yang mati,elo semua juga gak akan selamat dari amukan Silver Bullet”jawabku.
Aku menegang saat dia bersiap menekan pelatuk.
“Kayanya elo mesti di buat faham.Kalo gue bukan kesayangan big boss elo semua,mana mungkin kalian di kirim buat ngawal gue pulang”lanjutku.
Mereka saling menatap setelah itu perlahan todongan pistol itu di turunkan.
“Lepas!!,tapi kalo elo bergerak sedikit aja,gue bikin bolong kepala elo”ancamnya.
Aku tertawa.Mau ngapain aku kabur,aku malah santai tidur dalam pesawat yang pasti membawaku ke Jakarta.Aku kangen kerja dan menghirup udara Jakarta yang berpolusi.Mereka benar benar membawaku menghadap om Edward di kantornya dalam todongan pistol berperedam.Sialan banget.
“Om Edward…..”desisku berniat berangkul om Edward yang sudah berdiri saat melihatku masuk ruangannya.
Aku melompat di tempat saat sebuah peluru di tembakan ke arahku oleh salah satu orang yang mengawalku.
“Om jangan becandalah!!”protesku.
“Mereka hanya menggantikan tugas om yang berniat menembak kepalamu”jawabnya.
Aku mendengus kesal.
“Cepat deh om mau apa?”tanyaku tak sabar.
Om Edward mengusir anak buahnya dengan dagu yang di angkat ke arah pintu.
“Laksanakan Jendral!!”seru salah satunya lalu mereka berempat serentak keluar ruangan.
Aku lalu memilih duduk di bangku di hadapan meja kerjanya.Dan dia lalu duduk di kursi di hadapanku.
“Kalo tidak memikirkan suara tangis Inge yang buat kepala pening dan bapernya Prass,om gak akan mau terlibat dengan urusan receh seperti ini Ren”katanya memulai pembicaraan.
“Papaku?”tanyaku.
“Masih ingat kamu punya papa?”jawabnya.
Aku berdecak pelan.
“Papamu anfal karena tekanan darah tinggi dan sekrang di rawat di Twins hospital.Itu juga alasan om mencarimu”jawabannya.
“Aku mau lihat papaku!!”jawabku bangkit.
“DUDUK!!”bentak om Edward galak.
Aku jadi duduk lagi.
“Kamu tau kan siapa yang kamu hadapi?”tanyanya.
Aku mengangguk.
“Lalu kenapa kamu mencari masalah?”tanyanya.
“Om takut?”balasku.
Om Edward berdecak pelan.
“Mana ada om takut kalo om tidak berbuat kesalahan”jawabnya.
“Aku juga tidak salah,jadi aku tidak takut”jawabku.
Om Edward tertawa mengejek.
“Tidak takut ya?,lalu kamu untuk apa kabur ke Australi?”ledeknya.
Aku berdecak pelan.
“Aku kena tembak,mesti aku sembuhin dulu biar bisa lawan musuhku”jawabku.
Om Edward terbahak.
“Kamu lawan Tommy?,kamu punya apa?”ejeknya.
Aku memutar mataku dengan malas.
“Eh!,yang kamu tidurin istri bos mafia,jelas dia marah.Memang kamu gak bisa cari yang lain yang bisa kamu tiduri sampai minat bekasan orang?”ejeknya.
“Jago goyang om,yang lain juga bekasan orang”jawabku.
Om Edward menggeleng pelan.
“Benar Nino,b******n k*****t kamu ya”komennya.
Aku tertawa.
“Laki om,di sodorin perempuan,masa di anggurin,apalagi hot macam Merriam”sanggahku.
Om Edward menggeleng lagi.
“Laki juga di tuntun jadi benaran lelaki Ren!!,bukan main hajar”sanggahnya.
“Om mau gimana deh,lambat sekali”keluhku.
“Tentu saja mengantarkanmu pada Tommy,tanggung jawab sama perbuatanmu”jawabnya.
“Okey!!,aku gak takut,asal aku temuin papaku dulu”jawabku.
Dia tertawa.
“No Ren!!,sebelum kamu ketemu Tommy,selesaikan dulu urusanmu.Om gak mau anak buah Tommy mengacak ngajak rumah sakit dan malah memperluas masalah hanya untuk menyeretmu ke hadapan Tommy”tolaknya.
Aku mendengus kesal lalu bersandar pada kursi.
“Ayo dah buruan,minta alamat Tommy”ajakku.
Dia membuka laci meja kerjanya dan melempar pistol Makarov padaku.
“Bawa pistol Lila!!,lindungi dirimu”perintahnya.
Aku mengambilnya dan menaruhnya di kantung celanaku.Pistol Kalila putrinya,kok ada di tangannya?.
“Ayo jalan dulu!!”jawabku sambil bangkit.
“Wait!!,tunggu dulu,kita tunggu seseorang untuk membantumu bernegosiasi”cegahnya.
“Lambatnya…..”keluhku duduk lagi.
Dia tertawa pelan lalu santai menelpon.Aku sudah menghabiskan kopiku saat Rengga teman Nino datang lalu mencium tangan om Edward lalu berangkulan.
“Apa kabar bro?”sapanya padaku.
Ngapain coba pengacara model teman Nino ini ada di sini?.Aku tau dia mantu panglima tinggi AD.Tapi mau apa?,kalo mertuanya yang datang,masih masuk akal.
“Elo ngapain?”tanyaku sambil menyambut high fivenya.
“Bantu kamulah!!”cetus om Edward dan Rengga tertawa.
“Kapan jalan om?”tanya Rengga.
“Emang om sama elo ikut?”tanyaku.
“Ikutlah,kan elo kalo udah jadi mayat,butuh orang yang mesti gotong mayat elo,minimal buat di kubur utuh sebelum di mutilasi”jawab Rengga.
Om Edward terbahak.
“Jadi kita cuma nonton doang kan om?”tanya Rengga dan om Edward mengangguk.
Aku langsung beranjak.
“Ayolah lambat!!”jedaku kesal.
Mereka berdua terbahak lagi lalu mengekorku.
Kami masuk mobil sedan Mercy hitam yang di supiri anak buah om Edward yang memakai alat komunikasi di telinganya.Operasi lagi,aku jadi santai karena tau om Edward di belakangku.Apalagi saat aku menoleh ke belakang saat mobil berlalu,tiga mobil SUV hitam mengekor.Aman posisiku.Jadi aku santai mendengarkan obrolan om Edward dan Rengga di mobil.
“Urusan Lila berarti setelah urusan Reno kan om?”tanya Rengga dari bangku depan mobil.
“Ya urus begundal dulu,urusan Lila dan tunangannya gampang di urus”jawabnya.
“Lila kenapa sama tuh dokter?”tanyaku kala itu.
Om Edward menghela nafas.Aku mengenal Rey karena datang saat Lila bertunangan.
“Kamu tau kan gimana cerobohnya Lila?,dia memutuskan pertunangan gara gara teman baiknya meninggal dan dia menyalahkan Rey”jawab om Edward.
“Hubungannya?”tanyaku.
“Rey yang nyupirin Farah dan suaminya saat kecelakaan terjadi,dan cuma Rey yang selamat”jawab Rengga.
“Lalu urusannya apa?”tanyaku tak mengerti.
Om Edward menghela nafas lagi.
“Ada anak Farah dan Nirham yang harus di urus,itu masalahnya”jawab om Edward.
“Farah anak teman om yang udah meninggal bukan sih?”tanyaku mengingat sosok Farah yang dulu sering di main dengan Lila dan aku tau karena beberapa kali menjemput Lila di mall kalo dia merengek minta aku jemput,dan Farah yang selalu jadi teman mainnya setelah Gladis menikah lebih dulu.
“Ya….anak Wahab,bukan anak Faisal”jawab om Edward.
Aku mengangguk,aku tau kedua teman om Edward itu memang sudah meninggal.Om Edward pernah cerita.
“Om mau hak asuh anak Farah sama Lila?”tanyaku.
Om Edward mengangguk.
“Semoga Ren,kasihan juga kalo tidak ada yang mengurus,semoga ada jalan keluar untuk kekeraskepalaan Lila”jawabnya.
Aku mengangguk lagi.
“Saba rom,kan aku bilang,besok Lila gak akan bisa ngelak”jawab Rengga.
“Kok bisa?”tanyaku kepo.
“Jangan ikut campur!!,urus masalahmu sendiri!!”bentak om Edward.
“Ya elah galak amat sih”keluhku.
Rengga tertawa.
“Mampus!!”cetusnya meledek.
Aku langsung hilang minat bertanya lagi.Kami lalu diam.
“Sampe om!!”cetus Rengga saat kami akhirnya berhenti di sebuah club malam terkenal.
“Gara gara kamu nih,mesti banget om masuk tempat ginian,bikin malu pangkat om aja sih kamu!!”keluhnya lalu keluar mobil mengikuti Rengga.
Aku tertawa lalu menyusul mereka berdua yang sudah santai masuk.Aku mengawasi saat Rengga bicara pada bodyguard club yang tinggi besar di depan pintu masuk.Kami menunggu sebentar lalu di perintah mengekor bodyguard yang belangkangan bergabung.Anjir seperti transaksi narkoba,karena kami bertiga di kawal 6 orang bodyguards menuju bagian dalam club menuju tanggga untuk sampai ke ruangan kerja Tommy,suami Merriam.
Aku santai karena baik om Edward maupun Rengga terlihat santai juga mengobrol hal remeh.Sampai kami masuk ke ruang kerja besar yang di depannya di jaga dua bodyguards.Rengga meringis menatapku saat kami sudah masuk ruangan kerja Tommy dan menemukan Merriam santai duduk di pangkuan Tommy.
“Edward Tanjung……..ternyata anda menepati janji juga pada saya dengan membawa penjahat kecil ini hidup hidup pada saya”sambut Tommy beranjak mendekat setelah Merriam turun dan berdiri di tempatnya mengawasiku.
Om Edward tertawa lalu santai menyambut rangkulan Tommy.
“Gentleman mana mungkin ingkar janji.Hanya setan kecil,sepele untuk Edward Tanjung”jawab Om Edward.
Aku sudah memutar mataku melihat keakraban pura pura mereka.Lebay banget pak jendral ketawa ketawa sambil menepuh punggung Tommy.
“Kenal kan Renggawan Natalegawa?,kalo setan kecil ini pasti sudah kenal”kata om Edward begitu rangkulan mereka terlepas.
“Tentu saja saya kenal pengacara muda yang menolak membela saya saat saya tersandung kasus receh soal izin usaha saya yang di blokir Pemda”jawab Tommy dan Rengga tertawa saat merangkul bahu Tommy.
“Bukan ranah gue kalo urusan izin usaha”jawab Rengga.
Tommy tertawa lalu melepaskan rangkulannya.
“Ayo silahkan duduk,di sofa aja biar akrab!!,sayang ayo sini,kamu lihatin apa?”tanya Tommy pada Merriam yang mengawasiku.
Aku memilih mengekor om Edward dan Rengga ke arah sofa set.Aku duduk berderet di sofa panjang berdua Rengga,om Edward duduk di sofa single berhadapan dengan Tommy,sedangkan dan Merriam duduk anggun di lengan sofa yang di duduki Tommy.
“Basa basinya cukup ya pak Jendral?”tanya Tommy.
Om Edward mengangguk.
“Mau di apakan keponakan saya?”tanya om Edward santai karena dia bersandar di badan sofa dan kaki yang terlipat dan menumpuk.
Aku sudah menatap ke arah Tommy yang terbahak.
“Kamu mau apain lelaki yang udah sakitin kamu sayang?”tanya Tommy sambil mengusap punggung Merriam.
Merriam menatapku tajam lalu tersenyum sinis padaku.
“Mati!!”cetusnya lalu tersenyum manis saat dia menoleh ke arah Tommy yang langsung terbahak.
Aku menegang dan langsung menatap om Edward.Masa iya jemput aku jauh jauh pasrah lihat aku di matiin orang.Aku melihat om Edward yang tersenyum menatap Merriam.Senyum ganjil seorang jendral,manis sih tapi mematikan karena aku lihat Merriam perlahan melengos dan ganti menatap Tommy yang tak berhenti mengusap punggungnya.
“Dengar kan pak Jendral,mana mungkin saya tidak mengabulkan permintaan istri saya tercinta”jawab Tommy.
Om Edward menghela nafas pelan.
“Kalo begitu sekarang bukan saja jadi masalah Reno,ini sudah jadi masalah saya juga,mana mungkin saya biarkan keponakan saya mati konyol demi seorang p*****r!!”jawab om Edward dan serentak bodyguards yang tadi mengantar kami serentak menodongkan pistol ke arah kami.
Tommy terbahak dan aku yang menegang walaupun Rengga dan om Edward santai seakan tidak terintimidasi dengan todongan pistol anak buah Tommy.Aku menatap tajam ke arah Merriam yang mengangkat dagunya seakan merasa menang.