Kamu Akan Miskin, Mas!

Kamu Akan Miskin, Mas!

book_age18+
3.5K
IKUTI
21.9K
BACA
independent
self-improved
drama
serious
city
addiction
like
intro-logo
Uraian

Perubahan di hidupku setelah melahirkan. Dingin pada suami sendiri. Namun, luka di hatiku tidak bisa mengering secepat itu. Semuanya akan aku balas padamu, Mas!

***

chap-preview
Pratinjau gratis
Perubahan Besar!
"Aduh, perutku sakit banget, Mas. Kayaknya mau melahirkan." "Halah, tahan dulu sakitnya. Besok aja kalau mau melahirkan. Hari ini aku sibuk," katanya sambil mengibaskan tangan. "Tapi, Mas—" "Kamu itu susah banget dibilangin. Tunda aja acara melahirkan itu." Aku memegangi perut buncit, menatap miris ke Mas Reno yang pergi dari rumah. Dengan tertatih, aku keluar rumah. Mobil suamiku sudah tidak ada lagi di parkiran. "Tolong!" teriakku lirih. Mas Reno memang benar-benar. Dia tidak mau tahu urusanku. Aku mengusap dahi yang berkeringat. Sepi, tidak ada siapa pun. Dengan susah payah, aku mengambil dompet dan ponsel di dalam. Kemudian mengunci pintu rumah. Baru berjalan beberapa langkah di jalan besar, aku berpapasan dengan tetangga depan rumah. "Loh, Bu Nina kenapa jalan sendirian? Aduh, mukanya kok pucat gitu?" Alhamdulillah. Ada tetangga yang lewat. Aku memegangi tangannya. "Tolong saya, Bu. Saya mau melahirkan." "Ya ampun, sebentar saya keluarin mobil dulu, Bu." Kami menuju ke rumah sakit. Aku mengusap wajah, menatap keluar kaca mobil. "Kamu memang tidak punya perasaan, Mas." *** "Selamat, Bu. Anaknya laki-laki. Tampan." Aku menggendong bayi laki-laki itu. Tampak tenang, membuatku tersenyum. "Saya perlu hubungi Pak Reno, Bu?" tanya tetanggaku tadi. "Tidak perlu. Terima kasih udah nganterin ke rumah sakit, sekaligus nemenin, Bu. Sekali lagi terima kasih." "Saya malah senang, Bu. Ibu bantu saya banyak. Masa saya gak pernah bantu Ibu. Saya permisi dulu, Bu. Masih ada kerjaan di rumah." "Iya. Jangan kasih tau suami saya kalau saya sudah melahirkan, ya, Bu." Meskipun tetanggaku tampak kebingungan, tapi dia tetap mengangguk. Keluar dari ruang rawatku. "Selamat datang di dunia, Nak." "Sayangnya, Papa kamu tidak peduli," lanjutku. Aku mengusap pipi bayi yang masih merah itu. Papa yang mengazani bayiku. Sekarang, sedang di kantin, bersama Mama. Ah, anak pertama kami. Ternyata, Mas Reno sama sekali tidak peduli. Ponselku berdering. Dia baru saja menelepon. "Kamu di mana? Kok gak ada di rumah? Terus berantakan kayak gitu. Kamu itu gak beres jadi istri. Kerjaan cuma di rumah doang." Salah satu sudut bibirku terangkat. "Terserah." "Loh, kok jawabannya terserah? Halo, Nina?" Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mematikan telepon. Mengembuskan napas pelan. Dari dulu sampai sekarang, Mas Reno memang begitu, tapi aku tidak menyangka dia tidak peduli dengan kehamilanku. Denting pelan terdengar dari ponselku. Ada pesan masuk dari sahabat lama. Mataku mengerjap pelan. Foto Mas Reno, mertua, juga iparku yang sedang jalan-jalan ke rekreasi mahal. Juga restoran mewah. "Oh, jadi ini yang kamu bilang sibuk?" bisikku. Sibuk menghabiskan uang? Wow. Parahnya lagi, itu semua uangku. Selama kami menikah, tidak pernah Mas Reno memberikan nafkah. Kehidupan kami bergantung ke usahaku. Sayangnya, semua tabungan sudah aku belikan aset dan semuanya atau nama Mas Reno. Itu hal yang paling tidak masuk akal yang pernah aku lakukan. "Ini bukan sekali atau dua kali." Aku mengepalkan tangan. Pandanganku tertuju ke anak. "Papamu sudah merasa kaya, Nak," kataku dengan senyum miris. Kejadian tadi, membuatku berpikir ulang tentang cinta Mas Reno padaku. "Aku akan membuatmu miskin kembali, Mas." ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Oh, My Boss

read
384.4K
bc

Beautiful Pain

read
12.2K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
17.8K
bc

Terjebak Asmara Majikan

read
10.3K
bc

Revenge

read
31.9K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
27.9K
bc

The CEO's Little Wife

read
668.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook