9. Shadow

2083 Kata
"Akhirnya aku bisa menemukan Anda di sini." Tatapan Tristan yang memiliki sorot tajam itu masih terus memandangi Caramella yang terlihat gugup. Ada kejahilan yang menari di mata Tristan. Ia menyunggingkan senyuman dan muncul niat untuk menggodanya. "d**a Anda sangat indah, Miss Hewitt." Wajah Caramella langsung memerah dan merasa malu. "A-apa Anda tadi melihatnya?" "Dengan sangat jelas." Caramella menjadi semakin malu. "Seharusnya Anda tidak berada di sini, Mr. Ramsey." "Apa kedatanganku sudah mengganggumu?" "Tentu saja. Anda sudah merusak waktu santaiku.' Tristan menjadi merasa bersalah. "Maafkan aku! Aku tidak bermaksud merusaknya. Tadi aku sedang mencari Anda." "Mencariku?" "Iya. Aku sudah menelepon Anda beberapa kali, tapi tidak di jawab." "Aku sengaja mematikan ponselku, karena tidak ingin diganggu." "Jadi aku pergi ke hotel mencari Anda dan menanyakan di mana kamar Anda, tapi Anda tidak ada di sana, lalu aku berpikir mungkin saja Anda sedang berjemur di pantai dan setelah berjalan sepanjang pantai akhirnya aku menemukanmu di sini." Caramella kesal karena di waktu santainya pun masih saja diganggu dan tidak bisa membiarkan hidupnya tenang. "Ada yang bisa aku bantu, Mr. Ramsey?" Mata pria itu memicing sedikit hanya tanda yang mengisyaratkan kalau pria itu bingung sejenak. Tidak lama kemudian, sikap yang percaya diri itu pulih. "Oh ya aku mencarimu karena Bibi Ester yang menyuruhku membawamu ke rumah. Dia mengundangmu makan siang dan makan malam bersama." Caramella memperhatikan Tristan lagi. Ia tidak tahu dan tidak mengerti kenapa matanya ingin selalu memperhatikan pria itu. Ada hal yang belum ia perhatikan darinya. Dalam balutan celana pendek yang ketat, setiap jengkal tubuh jangkung Tristan memancarkan kekuatan dan sensualitas. Tristan mengulurkan tangannya pada Caramella untuk membantunya berdiri. Wanita itu ragu-ragu, matanya yang besar dan indah menatap lekat-lekat pria itu, akhirnya ia pun menjabat tangan Tristan. Tangan satunya mencengkeram handuk di dadanya. "Semestinya Anda tidak perlu susah-susah menutupi dirimu dengan handuk itu. Dadamu indah." Serta merta darah Caramella mengalir deras ke wajahnya, sehingga rona merah muncul di wajahnya dan ia memberikan pelototan pada Tristan. Kliennya sudah semakin kurang ajar padanya. Ia berusaha melepaskan tangannya, tapi pria itu tidak membiarkan Caramella segera melepaskan tangan dari genggamannya. Ia kembali menarik tangannya dan Tristan melepaskannya. "Bisakah Anda berbalik?" Dengan sopan Tristan membalikkan badannya ketika Caramella berganti pakaian. Wanita itu cepat-cepat memgenakan pakaiannya lagi. "Apa Anda sudah selesai berpakaian?" "Belum sebentar lagi." Caramella terburu-buru mengenakan celana pandeknya dan sempat hampir terjatuh. Ia juga kembali menggelung rambutnya. "Aku sudah selesai. Anda bisa berbalik." Desir gairah membanjiri tubuh Tristan dan menetap dibagian bawah perutnya ketika melihat Caramella yang sedang menatapnya. Ia baru menyadari segala hal pada diri wanita itu sangat memikat. Dengan gugup Caramella membereskan semua barang-barangnya ke dalam tas di bawah tatapan mata Tristan yang mengikuti setiap gerakannya. "Aku harus kembali ke hotel dulu untuk membersihkan diri dan berganti pakaian setelah itu kita pergi ke rumah Nenek Anda." "Anda tidak perlu kembali ke hotel. Anda bisa mandi di rumah Nenekku." "Tapi...." Tristan langsung meraih tangan Caramella dan menyeretnya. Genggaman tangannya begitu kuat, sehingga tidak mudah untuk melepaskannya. Pria itu terus berjalan dengan cepat. Caramella dengan susah payah berusaha menyesuaikan kecepatan berjalan pria itu. Mereka sampai di tempat parkir. Tristan membuka kunci mobil dengan alarm dan membukakan pintu depan untuk Caramella. "Masuklah Miss Hewitt!" Caramella masuk dan langsung memasang sabuk pengaman. Tristan mulai mengemudikan mobilnya. Sesekali ia melirik Tristan dan mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri seperti apa Tristan sebenarnya. Ia hanya tahu sedikit tentangnya, tapi cukup untuk mengenali bahwa ada banyak pengalaman dan emosi di dalam diri pria itu yang tidak akan bisa dimengerti oleh siapa pun. Sikap pria itu padanya juga membingungkannya. Caramella sibuk menatap pemandangan di luar jendela mobil yang mengarah ke suatu perkebunan. Ia berharap segera sampai ke tujuan, Karena tidak ingin berlama-lama berada di dekat Tristan. Mobil kemudian memasuki sebuah gerbang rumah yang tinggi dan gerbang itu terbuka sendiri. Caramella merasa takjub dengan taman bunga disekitar rumah itu. Terawat dan tertata rapi. Mobil berhenti di depan rumah. Tristan segera turun dan membukakan pintu mobil. Caramella keluar dari mobil. Ia tersentak ketika merasakan sentuhan di sikunya dan menoleh ke arah Pria itu. "Masuklah!"katanya memberi isyarat agar Caramella berjalan mendahuluinya. Seorang wanita bertubuh jangkung berambut abu-abu membukakan pintu. Wajahnya terlihat serius. Ada serenceng kursi di pinggangnya, simbol kekuasaan yang dikenakan oleh pengurus rumah. Ia memandangi Caramella, lalu beralih pada Tristan. "Selamat datang kembali Tuan!" "Anggap saja rumah sendiri!" Caramella masuk dengan ragu-ragu. Mereka memasuki rumah dan cahaya matahari menerobos melalui jendela-jendela yang membuat ruangan di rumah itu terang dan hangat. Ester langsung menyambut kedatangan Caramella dengan ceria. Ia memeluk dan mengecup pipinya. "Selamat datang di rumah kami, Miss Hewitt!" "Terima kasih atas undangan Anda." "Aku sangat senang kamu datang." Ester membawa Caramella ke ruang keluarga dan di sana teh dan bermacam-macam kue sudah tersaji di meja. "Apa aku bisa ke kamar mandi dulu. Aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu. Aku belum sempat melakukannya, karena Mr. Ramsey langsung membawaku ke sini ketika aku sedang berjemur di pantai tadi." "Tentu saja, sayang." "Kamu bisa meminjam pakaian punya Bibi Ester,"kata Tristan. "Itu tidak masalah. Ayo ikut denganku ke kamar!" Tidak lama Caramella dan bibinya pergi ke lantai atas, Sherly tiba di rumah. "Kamu dari mana saja? Sejak tadi aku mencarimu di rumah." "Maaf semalam aku bersama Dexter." "Ah tentu saja, jadi dia ada di sini?" "Ia datang menyusulku ke sini." "Kita harus membahas sesuatu tentang Ailana." "Baiklah." Tristan membawanya ke halaman belakang dan mereka duduk di kursi taman yang menghadap air mancur. "Jadi apa yang ingin kamu bahas denganku?" "Setelah kamu menikah dengan kekasihmu itu, apa Dexter akan menerima Ailana tinggal bersama kalian?" "Kalau aku tidak ada masalah dengan itu, tapi entahlah dengan Dexter aku belum membicarakan hal ini dengannya." "Sebaiknya kamu bicarakan tentang hal ini dengannya." "Baiklah nanti kalau ketemu dengannya lagi, aku akan membicarakan hal ini dengannya." "Jika dia tidak ingin Ailana tinggal bersama kalian, aku akan membawanya bersamaku." "Di apartemenmu?" "Iya di mana lagi. Rumahku yang berada di pusat kota sudah aku berikan padamu, sedangkan rumahku yang lain ada di pedesaan. Saat ini kami tidak mungkin tinggal di sana. Mungkin nanti aku akan membeli rumah lagi." "Baiklah. Aku ingin masalah diantara kita cepat selesai. Ini suatu awal bagus, karena beberapa Minggu ini, kita tidak bertengkar lagi sejak kamu keluar dari rumah." "Kamu benar. Sebaiknya kita masuk sebentar lagi makan siang siap." Sherly mengangguk. *** Di kamar Ester, Caramella sedang mencoba beberapa baju, tapi tidak ada satu pun baju yang pas di tubuhnya. Hampir semua baju Ester terlalu besar padahal tubuh Ester tidak gemuk hanya agak besar sedikit. "Tidak ada pilihan lain, kamu sebaiknya meminjam pakaian Sherly saja. Aku yakin pakaiannya akan pas di tubuhmu itu. Apa kamu sedang diet?" "Aku sama sekali tidak diet." "Tinggu di sini aku akan mengambil pakaian Sherly untukmu." Caramella mengangguk. Tidak lama kemudian, Ester datang membawa beberapa potong pakaian Sherly yang sudah tidak terpakai yang ia ambil dari dalam lemari di kamar Tristan. Ia menyuruh Caramella untuk memakainya. Seperti dugaannya pakaian terusan sampai lutut itu pas di tubuhnya. "Kamu terlihat sangat cantik memakai pakaian itu,"puji Ester. "Terima kasih. Aku akan segera mengembalikan pakaian ini." "Kamu tidak perlu memikirkan hal itu." Caramella mulai membereskan pakaian kotornya ke dalam tas. "Apa pendapatmu tentang Tristan?' "Dia seorang klien yang baik." "Maksudku bukan itu lebih ke pribadi." "Dia pria yang tampan." "Itu sudah jelas. Apa lagi?" "Suka menggoda wanita sepertinya." "Aku rasa Tristan bukan pria yang menggoda sembarang wanita hanya wanita tertentu saja." Ester memicingkan matanya. "Apa Tristan menggodamu." "Entahlah aku tidak tahu, tapi terkadang ia melakukan itu. Aku juga tidak yakin." Ester terdiam, lalu ia melihat jam di dinding. "Sebaiknya kita turun. Kita sudah terlalu lama berada di sini." Mereka keluar kamar. Pada saat mereka menuruni tangga, mereka bertemu Tristan dan Sherly. Mereka berdua sama-sama terkejut. Tristan cepat-cepat memperkenalkan mereka. "Sherly, ini Miss Hewitt. Pengacara perceraian kita. Miss Hewitt, ini Sherly, istriku." "Senang bertemu dengan Anda, Miss Hewitt. Aku tidak menyangka bisa bertemu di sini." "Aku juga." Senyuman mengembang di kedua sudut bibir Caramella dan mengangkat alisnya sedikit. Ia juga terlihat percaya diri. "Oh ya aku meminjam pakaian Anda, karena pakaian milik bibi Ester tidak ada yang pas dengan tubuhku." "Pakaian itu untukmu saja dan sangat cocok jika Anda pakai." "Terima kasih." Ester menyuruhnya untuk duduk. Tristan saat ini sedang tidak berminat duduk dengan tenang, tapi ia harus duduk di depan Caramella dan pikiran kotor yang tidak diinginkan muncul begitu saja tanpa bisa ia cegah saat menatap wajah cantik Caramella. Tristan membayangkan betapa menggairahkan bibir wanita itu jika dicium dan ia akan senang sekali merasakan tubuh yang seksi itu menempel rapat di badannya sendiri. Ia berdeham untuk mengenyahkan pikiran kotor itu. "Apa makan siang sudah siap?"tanya Tristan. "Sepertinya sudah." Pelayan memberitahu mereka bahwa makan siang sudah siap. Mereka pergi menuju ruang makan. Selama makan mereka tidak banyak bicara. Caramella meletakkan gelas kosong di meja dan ia telah selesai makan. "Makanannya sangat lezat. Terima kasih." "Aku senang kamu menyukainya, sayang,"kata Ester tersenyum senang." "Aku permisi dulu." Caramella berdiri dan meninggalkan ruang makan, kemudian disusul oleh yang lainnya. Ia sudah duduk di sofa sambil membaca majalah yang berada di atas meja. Tristan datang bersama Sherly. Jantungnya seperti mau copot ketika melihat pria itu untuk pertama kalinya ketika masuk ke ruang keluarga. Mereka duduk kembali di depan Caramella. "Jadi Miss Hewitt kapan tepatnya kami akan resmi bercerai?"tanya Sherly tiba-tiba. Caramella memandangi mereka berdua. Sesungguhnya mereka adalah pasangan yang sangat serasi dan tidak ada yang menyangka hubungan pernikahan mereka akan segera berakhir. "Aku belum tahu pasti, tapi aku akan memprosesnya secepatnya kalau itu yang kalian inginkan. Ada beberapa dokumen yang nanti harus kalian tanda tangani dan aku akan menghubungi kalian lagi nanti." "Baiklah,"jawab Sherly. "Kamu tidak perlu khawatir, Miss Hewitt akan mengurus segalanya. Dia seorang pengacara perceraian yang terkenal dan dipercaya,"kata Tristan. Senyum riang bermain di sudut mulut Tristan. Caramella menarik napas panjang dan menahan napasnya sambil mengawasi pria itu sesaat berusaha menyimpulkan apa Tristan baru saja memujinya. Dipuji atau tidak ia tidak peduli. Ia hanya ingin segera menyelesaikan kasus perceraian mereka dengan begitu ia tidak perlu berurusan dengan pria itu lagi yang membuat hidupnya menjadi tidak tenang. Ester memasuki ruang tamu dan duduk di kursi berlengan. Ia tersenyum kepada mereka semua. "Sepertinya kalian terlihat serius sekali. Apa yang sedang kalian bicarakan?" "Hanya masalah proses perceraian kami saja, Bibi Ester,"jawab Tristan. "Ya aku mengerti." "Miss Hewitt bagaimana kalau aku mengajakmu berjalan-jalan di sekeliling rumah?"tanya Tristan. Caramella terlihat bingung dan ingin menolak ajakan pria itu, tapi ketika ia akan menjawabnya, Ester sudah mendahuluinya. "Bagaimana kalau kamu ajak dia berkuda saja?" "Sepertinya itu ide yang bagus,"kata Sherly. "Kita bersama-sama bisa berkuda untuk melihat perkebunan." "Bagaimana Miss Hewitt? Apa Anda bisa berkuda?"tanya Tristan. "Aku bisa berkuda." "Itu bagus. Bersenang-senanglah!"kata Ester. *** Caramella dan Sherly pergi ke istal kuda untuk memilih kuda yang akan ditungganginya nanti. Caramella memilih kuda jantan berwarna hitam yang besar dan gagah. "Itu namanya Shadow,"kata Tristan. Tristan membantu Caramella naik kuda, lalu mereka berkuda mengelilingi perkebunan. Tristan dan Sherly sudah berada jauh di depannya, ia berusaha menyusul mereka. Ia menyadari sudah tidak ada di perkebunan lagi. Di kaki lembah sebelah kanan, bunga-bunga warna-warni bermekaran dengan indahnya. Tiba-tiba saja terdengar letusan senjata api dari arah hutan membuat Caramella dan Shadow terkejut. Sebelum ia bertindak untuk menenangkan kudanya, Shadow berlari langsung tanpa arah. Tali kekang kuda itu melayang-layang di atas tanah di dekat kakinya, sementara Caramella menjepitkan kakinya keras-keras ke tubuh kuda itu. Caramella berteriak minta tolong. Teriakan itu terdengar oleh Tristan dan ia berusaha mencari asal suara itu. Di kejauhan, ia melihat Caramella dan Shadow yang kehilangan kendali. Ia langsung memacu kudanya untuk menolong Caramella. Sherly yang juga terkejut menyusul Tristan di belakangnya. Dalam suasana yang menegangkan itu, Shadow terus berlari ke arah lapangan terbuka dan di sana terdapat banyak tumpukan jerami. Kaki Shadow tersandung dan kehilangan keseimbangan. Caramella terlontar ke udara, lalu mendarat di tumpukan jerami. Erangan kesakitan itu keluar dari tenggorokannya, lalu dunia seakan-akan berputar dengan cepat menariknya ke pusaran, Caramella pingsan. Sebelum pingsan ia sempat mendengar seseorang berteriak memanggil namanya. Tristan yang panik dan khawatir langsung turun dari kudanya dan menghampiri di mana Caramella terjatuh. Ia berjongkok di samping Caramella yang sudah pingsan. "Apa Caramella baik-baik saja?"tanya Sherly cemas. "Aku tidak tahu." Tristan menggendong Caramella dan membawanya ke rumah warga terdekat. Sherly menuntun ketiga kuda itu. Shadow sudah menjadi lebih tenang dan untungnya Shadow tidak terluka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN