“Kamu bisa nyetirnya kan, Ta?” tanya sang papa. Mita mengangguk pelan sambil memasang helmnya. “Bisa kok, Pa.” “Pokoknya bawanya nyantai aja. Gak usah buru-buru apalagi ngebut. Oh iya, satu lagi kamu harus secepatnya mengurus SIM terlebih dahulu.” “SIM?” Mita baru sadar akan salah satu aspek yang penting itu. Sang papa mengangguk. “Iya. Nanti Papa jemput kamu aja deh … biar Papa anterin ke Polres untuk ngebuat SIM-nya.” Mita terpekur diam. Mendadak euforianya setelah mendapatkan motor baru berganti sendu karena sang papa masih saja mencurahkan kasih sayangnya setelah semua kenakalan dan masalah yang sudah dia ciptakan. “Hei … kenapa kamu malah bengong?” sergah sang papa. Mita tersadar, lalu tersenyum pelan. “Makasih, Pa … seharusnya aku udah nggak ngerepotin Papa lagi.” “Sssst …