Angel sedang sibuk mencari tempat kontrakan untuknya. Dia terus berjalan tak hentinya mengumpat saat mengingat kejadian tadi di rumah Alex. Dan juga kejadian adiknya yang mengusirnya.
"Satu hari ini aku selalu ketiban sial" umpat Angel.
"Gimana bisa aku bertemu dengannya. Dalam satu hari juga aku terjebak dengannya. Apalagi saat nanti aku tahu kenyataan jika dirinya laki-laki yang pernah menghabiskan malas dahsyat bersamaku. Pasti dia akan… "
"Ahh….. Aku gak bisa bayangkan itu. Aku gak bisa bayangkan gimana jadinya jika dia? Dia beneran telah mengambil kesucianku." Angel menghentikan lengkapnya. Seketika Angel memeluk tubuhnya sangat erat.
Ah… Gak mungkin tubuhku sudah di jamah olehnya.
"Alex.. Alex.. Dan Alex… Oke.. Nama itu akan selalu aku ingat di dalam otakku. Aku berharap saja. Jika dia bukan laki-laki yang tidur denganku." gumam Angel lagi. Ia menatap sekelilingnya. Pandangan matanya tertuju pada sebuah tulisan menerima kos putri. Angel.menarik dua sudut bibirnya. Membentuk sebuah senyuman tipis di bibirnya.
"Akhirnya... aku dapat tempat tinggal juga. Dan kali ini.. Aku harus. segera kesana. Sebelum nanti ada orang yang melihatku. Apalagi Alex.. Gak.. gak.. Aku gak akan mau mengingatnya lagi.
Angel penuh semangat berjalan menarik ke dua kopernya. Seakan dirinya memang semangat untuk pergi mengunjungi rumah itu. dan bertanya pada orang di sekitarnya. Dan kebetulan Angel melihat ada orang yang sedang duduk di luar, tepat di bawah teriknya matahari. Sepertinya dia sedang menjemur tubuhnya di bawa teriknya matahari yang menembus kulitnya.
"Permisi…" panggil Angel.
"Iya…" seorang wanita paruh baya itu membuka kacamatanya. Ia menatap sosok wanita cantik yang berada di depannya. Membuat dirinya tersenyum.
"Ada apa?" tanya wanita tua itu.
"Apa, masih ada kos kosan di dalam?" tanya Angel.
"Oo... Masih, dan kebetulan aku pemilik kos-kosan. Dan masih tersisa satu kamar saja. Apa kamu mau tempati sekarang?" tanya wanita tua itu begitu menggebu. Terlihat jelas sri raut wajahnya. Dia sangat senang kedatangan tamu lagi. Apalagi dia akan menempati kos-kosan miliknya.
"Berapa satu bulan?" tanya Angel memastikan. Wajahnya mengernyit takut jika nantinya terlalu kemahalan baginya.
"Cuma 300 satu bulan. Dan fasilitas juga lengkap. Tapi ingat. Jangan masukan laki-laki ke dalam kamar. Karena memang di sana semuanya wanita." jelas wanita tua itu. Dia melepaskan kaca mata hitamnya. Dan meletakkan kembali di kursinya.
"Baiklah, kalau memang 300." Angel mengambil uang di dalam tasnya dan segera memberikan pada wanita tua depannya.
"Bentar! Aku ambilkan kuncinya sekarang. Nanti kamu cepat bawa barang-barang kamu masuk ke dalam. Dan beristirahatlah." ucap wanita itu. ia segera masuk ke dalam rumahnya. Dan mengambil kunci. Setelah mendapatkannya dia keluar lagi, memberikan ada Angel.
"Anda bisa langsung masuk sekarang. Dan itu sudah tertera kamar nomor berapa di sana." ucap wanita tua itu.
"Iya.. Makasih!" ucap Angel.
Angel segera pergi. Membawa menarik kopernya masuk ke dalam. Dan kebetulan kos itu terlihat sangat sempit mau naik tangga saja harus di impit dua dinding yang membuat ke dua kopernya tak bisa masuk bersamaan. Angel dengan terpaksa mengangkat satu persatu kopernya.
Sampai di atas. Angel menarik napasnya, mencoba mengatur napasnya yang hampir saja tersendak. Angel melipat ke dua tangannya di pinggangnya. Melihat sekeliling ruangan di atas. Yang memang hanya ada lima kamar. Dan dirinya di kamar nomor lima.
Dengan senyum sumringah. Angel mulai membuka pintunya. Baru saja ia membuka pintu kamarnya. Ia melihat sosok laki-laki berbaring dengan wanita di sampingnya. Membuatnya berteriak keras.
Wanita itu terbangun. Dan segera mengambil semua pakaiannya. Dia hanya menggunakan tangtop. Dan dalaman saja. Memeluk tubuh sang pria yang sedang tidur berbaring di sampingnya.
"Siapa kalian?" tanya Angel terkejut. Untung saja di kamar itu tidak ada siapa-siapa. Dan wanita itu masih berusaha segera memakai bajunya. Lalu berjalan mengampiri Angel.
"Kamu siapa?" tanya Wanita itu. Dia tak marah sama sekali dengan Angel. Selesai memakai baju, wanita itu berjalan mendekatinya.
"Apa kamu teman kos aku sekarang?" tanya wanita itu lagi. Dan laki-laki yang berada di dalam. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi. Membawa baju dan sepatunya.
"Kamu...."
"Aku kenapa?" tanya wnaita itu. Menarik tangan Anegl duduk di ranjang.
"Di sini itu kamar untuk, dua orang. Dan kamu tanya aku sekarang. Kamar aku ada di atas. Dan kamu di bawah. Dan satu lagi." gumam wanita itu sok akrab. Dan Angel hanya diam, ia menganggap tak percaya adegan apa yang di katakan wanita di sampingnya itu. Kenapa dia begitu akrab dengannya. Membuat Angel mengedip ngedipkan matanya masih terik percaya.
"Eh.. Kenapa kamu dia?" tanya wanita itu.
"Tadi apa yang kamu lakukan dengannya?" tanya Angel penasaran.
Wanita itu berbisik pelan padanya. "Hanya making Love. Tidak lebih." ucap wanita itu. Sembari tersenyum tipis.
"Oh, ya. Kenalkan aku Vivi. Dan umurku masih 20 tahun." Wanita itu mengulurkan tangannya ramah ke arah Angel.
"Aku Angel." Angel menerima uluran tangan Vivi. "Jadi satu kamar ini untuk berdua." ucap Angel memastikan.
"Iya… Tapi soal tadi jangan bilang sama bu kos, ya. Aku terkhir melakukannya. Sekarang aku punya teman tidur. Jadi gak perlu lagi bawa orang lain diam-diam masuk." ucap Vuvi menarik ke dua alisnya ke atas bersamaan.
"Jadi… Kenapa aku bisa suka dengannya?" tanya Angel.
Vivi mengerutken keningnya bingung. "Menurut kamu apa?" tanya Vivi.
"Kenapa kaku bisa suka dengan orang yang sama sekali hanya memanfaakanmu saja. Bahkan hanya tidur denganmu." gumam Angel.
"Hanya tidur. Dan kita gak melakukan hubungan suami istri." bisik Vivi.
"Oo… baiklah! Tapi gimana laki-laki itu bisa keluar?" tanya Angel.
"Lewat genting belakang. Dan nanti turunnya sesudah rumah ini. Di sebuah rumah kosong " jelas Vivi.
"Kalau kamu aku bawa seseorang masuk. Lewat situ. Dan aku gak masalah. Kalau seumpama dia mau tidur di sini. Dan kamar mandi kita di dalam." Vivi beranjak berdiri. Ia menarik tangan Angel mencoba untuk memberi tahu dalam kamar mandinya.
"Oo… ya, udah."
"Oy, ya. Kamu bekerja di mana? kenapa jam segini belum berangkat?" tanya Angel lagi.
"Akuu gak masuk kerja. Hari ini aku masih sakit. Makanya kekasih ku datang dan dia merawatku." ucap Vivi.
"Oo.. Ya, sudah. Aku mau bereskan dulu. Bajuku. setelah itu aku mau keluar sebentar belu bahan makanan." ucap Angel beranjak berdiri. Ia meraih kopernya dan segera membuka koper itu.
Ia teringat sesuatu. Ke dua matanya berkeliling mencoba untuk mencari lemari. Seketika ke dua matanya melebar saat melihat lemarinya begitu kecil.
Angel berjalan menuju ke arah lemari. Ia membuka lemarinya. Rasanya ingin sekali marah saat melihat kemarnya sudah penuh dan tak ada lagi ruang yang tersisa. Angel hanya menghela napasnya. Mencoba untuk tetap sabar.
"Kita harus heli lemari sneidir. Dan itu lemari bajuku. Kalau kamu mau lemari. Bisa beli. Atau sekalian suruh angkat sekalian ke dalam." gimam Vivi menepuk pundak Angel.
Angel hanya menghela napasnya. Ia bungung harus gimana lagi. Antara ingin selalu marah. Kesal, ia itu pasti. Dan semuanya membuatnya merasa sangat jengkel.
Kenapa aku sudah dapat teman seperti dia. Ah.. Tapi setidaknya gak masalah juga, sih. aku bisa bebas dari saudara tiriku yang selalu membuat hariku merasa seperti pembantu. Dan aku juga gak di anggap sekarang. Saat ke dua tangan dan kakiku masih bisa jalan. Aku bisa bekerja sendiri.
"Kenapa kamu diam?" tanya Vivi.
"Gak apa-apa, hanya memikirkan kalau aku sebenarnya lapar." ucap Angel. Membuat Vivi terkekeh kecil.
"Ayo.. Beli makan. Aku juga butuh makan, dari tadi belum juga makan." ucap Vivi.
Angel menghela napasnya. Dia mencoba untuk sabar jika punya teman seperti dia. Dari tadi dirinya selalu membuatnya ingin marah.
"Baiklah!"
Mereka segera keluar mencari makanan. Dan tak lupa pergi ke supermarket terdekat.
"Hai Vi.. sapa pegawai kasir itu pada Vivi. Entah gimana wanita itu bisa kenal dengan laki-laki di sembarang tempat.
Vivi terlihat berjalan mendekatinya. Mereka saling berbicara dengan mata tertuju ke arahnya. merasa sangat risih. Angel segera pergi mencari bahan makanan lainya. Atau hanya mencari buah dan Mie.
"Hai..." Sapa Vivi sontak membuat Angel terkejut. Ia memegang dadanya, mengusapnya berkali-kali. Sembari menggelengkan kepalanya pelan.
"Kenapa kamu mengejutkannya?" tanya Angel kesal.
"Ada seseorang minta nomor ponsel kamu."
"Gak usah, aku sudah mau menikah." jawab Angel acuh.
"Menikah?" tanya Vivi terkejut.
"Iya.. Memangnya kenapa?" Angel mengambil beberapa macam mie.
"Kapan?" tanya Vivi memastikan lagi.
"Aku gak tahu. Tapi aku sudah bertunangan" Angel menunjukan cincin tunangannya yang melingkar di jarinya manisnya.
"Tungan belum tentu juga menikah." ucap Vivi.
"Kenapa bisa gitu?" tanya Angel.
"Tungan bis daja selingkuh. Soalnya aku sendiri yang sudah mengalaminya. Makanya sekarang aku tidak percaya dengan apa yang namanya cinta. Karena cinta itu sangatlah menyakitkan. Sangat sakit." ucap Vivi. Dia terlihat memendam rasa sakit yang amat dalam dirinya. Dan tak hentinya terus mencoba bersabar dalam menghadapi segala hal. Bahkan bertemu dengannya. Dia selalu tersenyum.
"Jadi kamu pernah gagal menikah?" tanya Angel memastikan.
"Iya… Makanya kamu harus pastikan. Laki-laku, tulus atau enggak. Kalau sampai dia marah dengan kamu. Lalu dekat dengan wanita lain. Udah, lebih baik tinggalkan. Baru jadi pacar dua berani melampiaskan pada wanita lain. Dan kita di acuhkan."
Angel terdiam. Hatinya merasa terketuk dengan apa yang di katakan wanita di sampingnya itu. Hingga dia tak sadar seorang laki-laki berjalan di belakangnya. Tubuh Angel yang berdiri di tengah-tengah. Menghalangi jalannya.
"Bisa minggir gak?" tanya laki-laki itu.
"Sabar napa?" decak kesal Angel.
"Kalau aku gak mau? Aku buru-buru. Sekarang cepat minggir." laki-laki itu meninggikan suaranya.
Sedangkan Vivi. Dia terlihat membalikkan badannya. Menutupi wajahnya. Laki-laki di depannya itu adalah bossnya di tempat dia bekerja . Kalau tahu dia gak masuk kerja. Pasti akan di pecat.
"Eh… Kenapa kamu nyolot, sih. Jalan masih banyak. Gak cuma ini saja."
"Tapi aku mau lewat sini?" pekik laki-laki itu tak mau kalah.
Angel mengepalkan tangannya. Ia memutar tubuhnya. Menatap ke arah laki-laki di depannya. Angel terkejut terbongkar ke belakang melihat sosok Alex tiba-tiba ada di belakangnya.
"Apa memang kamu sengaja untuk membuat aku marah?" tanya Angel. Menajamkan matanya.
"Dasar gadis aneh!" ucap Alex. Dia mendorong tubuh Angel menjauh darinya.
"Aw---" rintih Angel.
"Dasar otak udang. Gak punya sopan santun sama sekali." teriak Angel. Membuat semua pembeli lainya menatap ke arahnya bingung.
Alex menatap ke arahnya. Ke dua matanya menajam melihat Angel yang berani membentaknya di depan banyak orang
Ia menarik sudut bibirnya tipis. Dan berjalan kembali menuju ke arahnya.
"Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Alex.
Angel memutar matanya. Seakan dia lupa jika telah berkata sesuatu padanya. Ia memalingkan wajahnya ke akan dan ke kiri. Mencoba menghindari tatapan mata Alex.
"Cepat katakan apa yang kamu katakan tadi?" tanya Alex.
"Tadi aku hanya ingin bilang sesuatu padamu. ucap Angel. Menarik satu sudut alisnya, sembari tersenyum tipis ke arahnya.
Tampa banyak bicara, Alex menariknya lengan jaket yang masih di kenakan Angel. Dan berjalan menuju ke kasir. Laki-laki itu segera membayar beberapa barang miliknya, yang sudah di bawahnya. Tatapan tajam Alex mengarah pada Angel di belakangnya yang menarik beberapa cemilan di tangan Angel. Dan membayarkan sekalian.
"Aku bisa bayar sendiri." ucap Angel. Mencoba menarik kembali barangnya. Dan Alex mendorong perutnya ke belakang mencegahnya mengambil lagi.
"Siapa bilang aku yang akan bayar semuanya." ucap Alex. Dia menarik tas milik Angel uang berada tepat di sampingnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Angel.
"Ambil uang!" Alex yang berhasil menemukan dompet Angel saat dirinya bertengkar di kasir. Meski semua orang menatapnya aneh. Mereka berdua tak perduli.
Sedangkan temannya tak berani mencegah Angel. dia membiarkan angel di bawa Alex. Lagian dia juga kenal dengan Alex. Karena dia boss. Dia juga harus hati-hari saat ketahuan bolos kerja bisa di pecat di tempat dia sekarang bertemu.
"Kenapa aku yang bayar?" tanya Angel kesal.
"Bukanya tadi kamu yang bilang. Sekarang cepat bayar. Jangan banyak tanya lagi." pekik Alex.
Angel mengambil lagi dompet miliknya. Ia berdengus kesal, menatap tajam Alex. Sembari mengeluarkan beberapa uang untuk membayarnya. Merasa sudah di bungkus semuanya. Angel melangkahkan kakinya pergi lebih dulu. Dan Alex kenari kerupuk jaketnya ke belakang membuat tubuhnya ikut tertarik.
"Kamu mau pergi kemana?" tanya Alex
"Lepaskan!" ucap Angel. Mencoba menarik tangan Alex. Tetapi tetap saja gak bisa. Hingga bekai-kali mencobanya masih tetap saja tidak bisa.
"Lepaskan! Aku." ucap Angel lagi. Dan Alex hanya diam. Ia menarik kelupuk jaket Angel. Tubuhnya terserat mengikuti kemana Alex pergi.
"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Angel.
"Memangnya kamu belum ingat siapa aku?" tanya Alex.
"Bukanya kamu laki-laki yang membuat aku terjebak dalam rumah kamu tadi." pekik Angel sedikit kesal.
Alex membawa Angel pergi masuk ke dalam mobilnya. Mengikat tubuhnya dengan sabuk pengaman miliknya.
"Sekarang kamu ikut aku." ucap Alex.
"Kenapa?" tanya Alex.
"Dan pastinya ke rumah milikku lagi."
"Apa kamu sudah gila. Aku gak mau ke rumah kamu. Atau jangan-jangan kamu adalah penculik perempuan. Atau kamu suka menjelajah tubuh wanita?" tanya Angel.
"Kalau memamg begitu? Gimana kalau kamu yang pertama? Dan aku akan mencoba kamu yang pertama, tau menjual kamu?" geram Alex. Melirik sekilas ke arah Angel. Wanita itu mengetup-ngetuk pahanya. Mencoba memikirkan dara untuk kabur. Sedangkan temannya tadi masih berdiam diri di supermarket tadi.