Setelah kejadian dahsyat malam kemarin. Wanita itu terbangun di malam menjelang pagi. Jam diding menunjukan pukul 02.00, Bahkan ayam pun belum berkokok, menyenandungkan nyanyiannya. Eh, tapi di hotel tak mungkin mendengar ayam berkokok.
Ia perlahan membuka matanya, memutar bola matanya melihat ruangan sekelilingnya yang napak kosong. Hanya lampu di samping ranjang tepat di atas laci itu nampak begitu redup, tak terlihat ruangan sekelilingnya. Entah apa ada orang atau, tak ada seorangpun di sana.
Wanita itu mengernyitkan matanya, sembari meringis menahan sakit. "Tak ada siapa-siapa?" gumamnya bingung. Sembari memijat kepalanya yang masih terasa sangat pusing.
Mata Angelista tidak berhenti menatap sekelilingnya lebih detail, yang nampak begitu asing baginya. Kelambu panjang di jendela kaca besar sampingnya. Dengan naunsa malam yang nampak sangat indah, terlihat jelas dari jendela kaca yang tak tertutup.
Di mana aku? Ruangan ini... Sebenarnya aku di mana? Apa yang terjadi padaku... Apa semalam aku mabuk.
Angel tertunduk, menatap tubuhnya yang masih terbungkus selimut. Seketika membuat ke dua matanya seakan mau keluar dari kerangkanya.
"Apa... Apa yang terjadi.. Aku semalam.. Dan... Selimut ini, kenapa aku bisa ada di sini.."
Pikiran Angel melayang mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi padanya. Dia menyentuh bibirnya. Mengingat tak begitu jelas saat bibirnya itu mengecup laki-laki. Di saat ia mulai mengingat perlahan. Seketika ia memeluk tubuhnya yang hanya terbalut selimut tebal miliknya. Helaan napasnya terasa lemas.
Hah... apa semalam aku bersama laki-kaki itu. Semoga saja aku tidak melakukan lebih dari yang aku bayangkan.
Dia mulai sadar dengan apa yang ia lakukan semalam, hanya balutan selimut tebal yang menutupi tubuhnya kini. Perlahan wanita itu beranjak duduk.
Angel menatap ke samping, meraba ranjang lebar di samping, tak ada seseorang di sana. Kamar itu hanya ada dirinya saja.
"Gak ada orang?" Kelopak mata Angel sedikit terangkat ke atas. "Terus siapa yang bersama aku semalam? Dan dia kemana?" ucapnya menoleh ke kanan dan kiri kebingungan.
Seketika dia menghela napasnya. Mengusap dadanya berkali-kali, ia merasa aman tidak ada seseorang di dalam kamar itu selain dia.
Sepertinya aku harus pergi. Sebelum laki-laki tadi malam datang lagi.
"Bentar! Di mana bajuku?" lanjut Angel dengan nada kesalnya, ia membuka selimutnya, jemari tangannya dengan cepat membuka selimut yang membalut tubuhnya. Tak nampak sama sekali helaian baju yang menutupi tubuhnya.
Shiiittt....
Angel berdesit, memejamkan matanya tak percaya jika dia benar-benar tanpa helian saat ini.
Jadi semalam aku dengan dia benar-benar melakukannya.
"Sialan! Apa yang aku lakukan semalam." Angel meremas rambutnya, berdengus kesal. Mencoba mengingat kembali wajah laki-laki itu.
"Siapa yang berani menodaiku." teriaknya sangat keras, suara sedikit cempreng benar-benar membuat suasana di ruangan itu terngiang. Ia mencengkram erat ujung selimut itu. Bahkan kini cengkramannya menjadi remasan yang menggumpal.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganku kemarin malam? Kenapa aku tak bisa mengingatnya dengan jelas" Ia terus bergumam tak hentinya. Kini dia terdiam, ia memegang kepalanya lagi, mencoba mengingat apa yang terjadi perlahan.
Ia teringat kakaknya yang mengajaknya untuk datang ke pesta di sebuah hotel, dan dia mengenalkan dengan beberapa lelaki temannya. Dan mereka semua memaksanya minum yang entah di campur apa hingga membuatnya terasa pusing dan kepanasan.
"Aww..." kepalanya terasa pusing mengingat semua. Tetapi di antara mereka siapa yang menodaiku. Pasti ada salah satu dari mereka yang membuatku seperti ini.
Yeri menatap ke lantai melihat bajunya berserakan di lantai, "Ahh.... aku sudah ternodai sekarang. Lelaki j*****m mana yang tega merenggut kesucianku" ia membuka selimut di bawahnya ada bekas bercak darah menempel, yang membekas di sprei kamar itu.
Ahh... Lupakan saja. Lebih baik aku segera pergi dari sini. Ini semua gara-gara kakak, dia yang menjebak aku. Kenapa dia tega denganku, apa salahku padanya. Aku menyakitinya saja tak pernah, malah aku selalu berbuwat baik padanya. Tapi kenapa dia selalu menyakitiku, hatianya terus bergumam itu.
Wanita malang itu bernama Angelista dia adalah seorang pegawai di perusahaan lexin. Dan baru saja bekerja di sana sekitar 2 bulan. Dan tak lama kakanya juga ingin bekerja di situ dan dia lolos begitu saja. Entah, karena dia cantik dan bodynya juga bak gitar spanyol, yang begitu menggoda, jadi bagian personalia yang laki-laki itu meloloskan dia begitu saja tanpa tes apapun.
Benar-benar curang, gumamnya.
Angel baru berusia 20 tahun, tetapi bulan depan. Dia anak tiri dari keluarga. Waja oval dengan bulu mata lentik meneduhi mata indahnya. Dan wajah yang begitu polos dengan rambut sedikit berantakan. Itu yang membuat banyak laki-laki mentapnya, mengaggumi parasnya yang begitu indah. Beda dengan kakaknya yang selalu mementingkan fashionya. Ia selalu tampil trendy dengan balutan baju mewah dan make up mahal di manapun ia berada.
Tetapi di kantor Angel yang selalu jadi pusat perhatian, dari pada kakaknya. itu yang membuat Lusi merasa terasingkan dan membalasnya untuk menjebak dia. Tetapi bukannya om-om tua yang meniduri Angel. Malah Seorang Boss tampan pemilik perusahaa Xelon saudara dari Boss Perusahaan Lexin.
***
"Sepertinya aku harus pergi dari sini" Angel beranjak berdiri, membalut tubuhnya dengan selimut tebalnya. Ia mencoba jingkok, Dan mulai mengambil satu persatu bajunya. Matanya terbelalak ketika mengangkat bajunya yang sudah sobek jadi dua itu. Angel menepuk jidadnya. "Apa yang aku pakai untuk pulang nantinya. Gumam Angel.
Ia menatap ke arah sofa, melihat ada pakaian lengkap yang terpajang di sana.
"Pasti orang yang berani meniduriku itu, yang meninggalkan baju ini di sini" gumamnya, mengangguk pelan mengerutkan bibirnya. Dengan mata menyipit menatap baju itu.
"Tapi tak apalah pakai saja" gumamnya, tanpa basa-basi ia beranjak berdiri mengahampiri bajunya dengan segera ia memakai bajunya demua bajunya. Pandangannya terhenti ketika menatap sebuah Cek.
"Apa ini?." tanya Angel dalam hatinya.
Matanya terbelalak seketika ketika menatap berapa jumlah uang di cek itu.
"200juta." umpatnya. Seketika tangannya bergetar memegang uang sebanyak itu. Melihat uang segat banyak saja tak pernah. Meski kleuarganya kaya, ttapi ini pertama kali dalam hidupnya memegang uang sebanyak itu.
"Tapi aku tidak boleh mengambilnya" wanita itu membuka pintu kemar hotelnya, ia mengeluakan kepalanya duluan, dengan badan bersembunyi di balik tembok. Mencoba mengintai suasana di luar kamar itu, melihat tak ada orang di luar ia segera berlari turun menuju ke receptionis.
"Brakk..." kedatangan Angel membuat penjaga receptionis yang semula sedang bercengkrama itu terkejut.
Tatapan Angel menajam. "Aku mau tanya siapa yang kemarin malam datang di kamarku nomor 200" tanya Angel dengan percaya dirinya.
Receptionis itu menunduk sedikit. Meskipun dalam hati ia merasa sangat marah dengan ulah Angel. Tapi setidaknya dia adalah tamu.
"Ada apa ya mbak? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Receptionis itu penuh keramahan pada tamu hotel.
Angel menahan kesalnya. "Ini, orang tuli atau gimana sih.. adi aku udah tanya, eh kenapa dia malah tanya lagi"gumamnya dalam hati.
Wanita itu menarik napasnya, mengusap lembut dadanya mencoba untuk tetap sabar.
"Aku tanya siapa pemilik kamar dengan nomor 200 kemarin malam" tanya Angel kembali.
Penjaga receptionis itu terkejut,l mendengar nomor hotel yabg di sebutkan wanita di depannya itu. kenapa bisa ia kenal dengan tuan Alex, gumamnya.
"Oh.. itu tuan Alex." Jawab Wanita penjaga receptionist sedikit gugup, menyebbutkan nama laki-laki itu. Seakan dia terbayang-bayang sosok yang menakutkan.
Angel memutar matanya, mencoba memeras otaknya agar mengingat nama yang tak asing lagi baginya, dia seakan kenal dengan nama itu.. Tapi siapa? Dan di mana? Ah.. Entahlah! Aku tidak bisa mengingatnya lagi.
Tanpa menjawab, Angel beranjak pergi dengan pandangan mata kosong ke bawah. Ia terus bergumam sendiri dalam Hatinya. Hingga tak sadar berjalan sendiri keluar.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Aku mau minta tanggung jawab juga gak mungkin, bagaimana jika dia mengelak. Dan lebih tepatnya siapa yang aku minta pertanggung jawabkan nantinya." gumamnya.
Aku harus bagaimana, dia orang berduit dan aku. Jika dia mengelak dan malah memenjarakanku, Aaargg... sialan.. umpatnya berkali kali.
"Lebih baik aku pulang sekarang dan memikirkannya masalah ini di rumah” lanjut Angel.
Dia yang terus menggerutu sendiri tanpa meliat jalan di depannya, tanpa sadar menabrak seseorang di depannya.
Brukkkk...
Angel menabrak tubuh seseorang yang membuatnya terpental ke belakang, dan hampir saja ia jatuh. Dengan sigap lelaki yang ia tabrak itu menarik tangannya, hingga masuk dalam dekapan tubuhnya. Tubuh mereka menempel sangat dekat, hingga detak jantung mereka saling berpacu. Dan tak sengaja tangan Angel memegang d**a bidangnya.
Ia mengernyitkan matanya, tak berani menatap ke atas. Wajah lelaki itu sangat dingin, tatapannya sangat tajam seperti mata elang. Membuat semua wanita yang menatapnya gemetar cinta, di balut rasa takut jika memandangnya terlalu lama.