“Gue pengen liat mami.” Lirih cowok jutek itu dengan menunduk. Selly membuang nafas panjang setelah mendengar kalimat terakhir yang Awan ucapkan. Setidaknya, Awan nggak ngajakin dia ke sana untuk di kubur hidup-hidup. Bisa aja lho, begitu. Awan kan sering jahat! “Ini hampir jam delapan malam, Wan. Besok sore aja ke makamnya. Aku takut kalo malam-malam ke makam.” Tolak Selly, sebenarnya nggak nyaman sih. Seumur hidupnya, dia hampir nggak pernah nolak permintaan orang lain. Selama ia masih bisa melakukannya, sebisa mungkin selalu ia usahakan. Terdengar sentaan nafas kasar dari bibir manis cowok jutek itu. Dia menunduk, menatap sepatu di kedua kaki. Tak terasa, ada air yang tetiba netes di sepatu itu. Ah, s**t! Cengeng! Cepat Awan menghapus kedua mata dengan cukup kasar. Nggak mau ada ora