‘… ille!’
‘…ville!’
‘Syvilleeee!’
Syville berusaha untuk membuka kedua matanya ketika mendengar namanya dipanggil. Meski begitu, membuka dan menutup kedua matanya terlihat sama saja. Semuanya gelap, ia tidak bisa melihat apa pun.
Kepalanya berdenyut menyakitkan, ia merasa kalau kedua tangan dan kakinya diikat oleh sesuatu. Tubuhnya juga sedikit menggigil karena kedinginan, terlebih lagi ia berada di dalam posisi meringkuk. Ketika ia merasakan tekstur yang ada di bagian bawah tubuhnya, ia sadar kalau apa yang ada di sana bukan lagi terasa seperti tanah. Kemungkinan besar saat ini ia berada di atas lantai.
Syville menyebarkan pandangannya ke sekitar, tetapi tidak melihat adanya sumber cahaya sedikit pun. Satu hal yang pasti, sepertinya saat ini ia sedang berada di dalam sebuah ruangan tanpa jendela.
Dengan menekan keningnya ke lantai, Syville memaksa dirinya untuk bangun pada posisi duduk. Butuh beberapa menit baginya untuk menemukan sebuah pilar atau tembok untuk menyandarkan punggungnya setelah ia menyeret tubuhnya dengan paksa di atas lantai.
‘Luna?’
‘Syvillleeee! Syukurlah kau sadar! Syukurlah kau sudah ingaat!’
‘Meski begitu aku sedikit terlambat untuk mengingatnya … semuanya jadi sangat berbeda dengan apa yang dulu pernah terjadi.’
‘Uhh … apa kau baik-baik saja? Obat yang dimasukkan ke dalam minumanmu itu sepertinya memiliki dosis yang sangat banyak. Selama seharian kau tidak sadar …’
Syville mendecakkan lidahnya. Pantas saja tubuhnya terasa kaku. Merasa kesadarannya sudah kembali sepenuhnya, dan kepalanya sudah tidak terlalu berdenyut menyakitkan, ia mencoba untuk menciptakan api kecil dengan hati-hati untuk membakar tali yang mengikat kaki dan tangannya.
Meski bajunya sedikit terbakar karena ia sedikit keliru untuk mengendalikan Mananya, setidaknya untuk saat ini kaki dan kedua tangannya bisa digerakkan lagi.
Sambil mengusap telapak tangannya yang kemungkinan lecet karena tali yang mengikatnya, Syville bertanya pada Luna, ‘Seharian … ya? Apa setelah aku dipindahkan ke tempat ini, ada seseorang yang masuk atau memeriksaku?’
‘Tidak ada. Setelah kau tidak sadarkan diri, Cainelle langsung menyuruh semua bawahannya untuk mengikatmu dan membawamu ke bangunan kosong ini.’
Dengan menciptakan api kecil di telapak tangannya, akhirnya Syville bisa melihat keadaan di sekitarnya lebih jelas. Ruangan tempatnya berada saat ini sangat luas dan berdebu, bahkan dipenuhi oleh sarang laba-laba dan entah hewan apa lagi yang ada di dalam kegelapan itu.
Meski ruangan ini terlihat jelas ditinggalkan oleh pemiliknya, di dalamnya masih terbanyak barang-barang seperti meja, kursi, rak buku, jam dan semacamnya yang ditutupi oleh kain berwarna putih.
Butuh beberapa menit untuk Syville menemukan sebuah lentera yang masih bisa digunakannya untuk menerangi sekitarnya. Dengan jarak pandang yang lebih lebar dibandingkan dengan sebelumnya, ia bisa menyimpulkan kalau saat ini ia berada di sebuah ruang bawah tanah.
Untung saja ia langsung menemukan pintu keluar dari tempat itu. ‘Kalau dipikir-pikir, Luna … setelah aku kembali ingat, aku baru sadar kalau tombak yang saat ini kugunakan itu adalah tombak yang pernah kau berikan ketika aku dan Zeth berada di dalam menara yang ada di dekat desa Ish, ‘kan?’
‘Itu benar.’
‘… bagaimana bisa tombak itu ada di sini? Aku tidak membawa tas pemberian Etna bersamaku …’
‘Itu karena tombak yang digunakan olehmu terbuat dari sihir, Syville. Terbuat dari Manamu sendiri. Sebagai Mana yang memiliki tipe bulan, dan diriku yang berupa Griffin, aku bisa membuat sebuah senjata untukmu. Senjata yang sangat tepat untukmu.’
Syville mendesah pelan dengan keningnya yang berkerut. ‘Dan aku kehilangan senjata sebagus itu … ah, kenapa aku harus meninggalkannya di markas orang itu.’
‘Oh, tidak perlu khawatir! Karena senjata itu terbuat dari kekuatanku sendiri, itu sama saja senjata itu selalu berada di dalam tubuhmu.’
Syville hanya bisa mengedipkan matanya sekali sebelum membalas, ‘Uhh … jadi aku bisa menggunakannya kapan pun?’
‘Ya! Angkat kedua tanganmu seperti ingin menerima sesuatu, kemudian pikirkan tombak milikmu!’
Setelah mendengar perkataan Luna, Syville langsung melakukannya tanpa ragu sedikit pun. Sebuah cahaya terang tiba-tiba menyinari kedua tangannya, bahkan ruangan yang sebelumnya sangat gelap menjadi terang benderang seketika, membuatnya sedikit takut.
Setelah sadar di sesuatu tiba-tiba berada di atas kedua tangannya, dan cahaya yang menyakitkan matanya mulai menghilang, Syville akhirnya membuka kedua matanya dan melihat tombak berlapis emas yang belum sering ia gunakan.
‘Dengan tombak dan kekuatan sihir yang bisa kugunakan lagi … setidaknya aku bisa kembali dengan mudah. Tapi …’
Entah kenapa rasanya Syville bisa melihat Luna yang memiringkan kepalanya ke samping dengan wajah yang terlihat sedikt bingung. ‘Tapi?’
‘ … Saat ini kita sedang berperang dengan kerajaan lain …’
‘Ah, kenapa kau memedulikan hal itu dibandingkan dengan keselamatan dirimu sendiri!? Bagaimana jika kau terluka saat ini, di tempat ini, dan tidak bisa kembali pada Zeth dan yang lainnya?’
‘Itu benar … saat ini kehidupanku tidak di waktu ini lagi. Ah, tapi …’
‘Tapi apalagi?’
Syville menekan bagian tengah-tengah keningnya yang sedang berkerut dengan dalam. ‘Kenapa aku kembali di saat kakakku belum terpilih menjadi anggota The Oblivion?’
‘ … Maaf, aku juga tidak tahu.’
‘Uhh, jika aku mengubah sesuatu yang menjadikan kakak tidak terpilih menjadi The Oblivion, begitu pula dengan diriku … ba-bagaimana?’
‘Dari apa yang kumengerti, saat ini tujuan utamamu itu untuk tidak mendapatkan anti-virus atau tubuhmu yang disuntik dengan cairan berwarna perak, Syville. Karena di cairan itu terdapat kutukan Grimlace …’
‘Mhm, lalu?’
‘Kemudian, dari apa yang kusadari juga … meski saat ini rasanya kita kembali ke masa lalu, tetapi sebenarnya hanya … roh, atau … apa yang ada di dalam tubuhmu, yang berarti aku, yang mendapatkan kesadaran sendiri pada tubuhmu sebelumnya. Apa kau paham?’
‘Lalu, jika aku mengubah kejadian penting di dunia ini … seperti kejadian aku atau kakakku jadi tidak terpilih menjadi anggota The Oblivion, apa aku tidak akan bisa kembali pada Zeth dan yang lainnya?’
‘Untuk itu … umm … Ah! Aku baru ingat. Bukankah sebelumnya Rika pernah mengatakan kalau Zeth terpilih menjadi anggota The Oblivion dengan kekuatannya sendiri? Bahkan, ia juga tidak mendapatkan kutukan dari Grimlace itu.’
‘Berarti … sampai saat itu tiba aku bisa melakukan apa yang aku mau, ‘kan?’
‘Apa yang kau mau itu apa dulu? Jangan melakukan hal yang berbahaya …’
Syville menggenggam tombaknya lebih erat. ‘Aku akan menghabisi orang bernama Cainelle itu. Berani-beraninya dia melakukan itu pada keluargaku! Tidak hanya me … membunuh ayah, ia juga mencoba untuk menyingkirkan kakak dengan membuatku berpikir kalau ia melakukannya untuk merebut kedudukan kepala keluarga.’
Syville bisa merasa kalau saat ini Luna sedang menagnggukkan kepalanya menyetujui apa yang dikatakan oleh Syville. ‘Kalau begitu, lakukan sesukamu! Tapi ingat, jangan terlalu banyak menggunakan kekuatanmu, ya? Tubuhmu saat ini berbeda dengan tubuhmu setelah terpilih menjadi anggota The Oblivion.’
‘Aku tahu, aku bisa merasakannya. Kalau begitu …’
Syville langsung melihat ke arah pintu yang ada di ruangannya itu. Ia tidak peduli apakah ada seseorang di luar atau tidak, yang jelas ia harus pergi keluar dari tempat ini secepat mungkin dan kembali kepada kakaknya.
Dengan melapisi bagian kakinya dengan Mana dan sedikit sihir tanah, Syville menendang pintu itu hingga hancur berkeping-keping.
Suara ledakan semacam itu tidak mungkin tidak terdengar oleh siapa pun yang berjarak puluhan meter dari tempat ini. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Syville langsung menggunakan Aero dan melesat secepat mungkin untuk mencari jalan keluar dari bangunan itu.
Merasa waktunya terbuang sia-sia untuk mencari jalan keluar, akhirnya ia memilih untuk membuat jalannya sendiri. Setiap dinding, jendela, dan pintu berakhir sama seperti pintu ruangan di mana ia dikurung sebelumnya. Hancur berkeping-keping.
“Suara apa itu—”
Syville sempat melihat seorang prajurit yang menggunakan seragam keluarga Livanto muncul dari entah berantah. Sayangnya, belum sempat orang itu menyelesaikan perkataannya, ia sudah tertimbun puing-puing dari dinding atau pun pintu yang dihancurkan oleh Syville tanpa ampun.
Tentu saja, meski pun orang itu hanya mengikuti perintah dari tuannya, Syville tidak mau lagi merasa kasihan atau tidak berani untuk membalas perbuatan siapa pun yang mencoba untuk melukai keluarga dan teman-teman terdekatnya.
Prajurit lain pun memiliki akhir yang sama seperti dirinya. Jika orang itu mencoba untuk menghentikan Syville—yang tentu saja tidak bisa dihentikan karena ia melesat dengan sangat cepat dibantu oleh Aero—orang itu akan terpental dan langsung tak sadarkan diri.
Setelah menghancurkan dinding terakhir dengan tendangannya yang berlapis sihir tanah, Syville langsung terbang tinggi menggunakan Aero sampai ia tidak lagi direpotkan oleh pepohonan yang menghalangi pandangannya.
Bangunan tempatnya dikurung sebelumnya berada di tengah-tengah hutan, tetapi ia yakin kalau dirinya tidak begitu jauh dari perbatasan kerajaan.
Dibantu oleh rasi bintang, Syville menemukan arah mata angin untuk mengetahui di mana markas sementara miliknya di bangun sebelumnya.
‘Saatnya mengembalikan apa yang telah dilakukan oleh anak dari keluarga Livanto itu padaku. Saatnya balas dendam …’ []