Hari ini, Crisstian bangun lebih pagi dari biasanya. Alasannya karena hari ini, Crisstian akan berangkat ke kantor lebih cepat dari biasanya.
"Crisstian!"
"Iya, Mom!"
Setelah mendengar balasan dari Crisstian, Sein tidak lagi bersuara.
Tidak adanya balasan dari Sein membuat Crisstian bingung sekaligus penasaran.
Crisstian keluar dari ruang makan, lalu kembali berteriak memanggil Sein ketika tidak melihat Sein ada di ruang keluarga, padahal Crisstian yakin kalau teriakan Sein beberapa saat yang lalu berasal dari ruang keluarga. "Mom!"
"Mommy di sini, Crisstian."
Crisstian menoleh ke belakang, bernafas lega ketika melihat sang Mommy dalam keadaan baik-baik saja. Crisstian melangkah mendekati Sein. "Kenapa Mommy memanggil Crisstian?"
"Enggak ada apa-apa sih," jawab Sein sambil tersenyum lebar.
Crisstian terkekeh.
Sein mendekati Crisstian. "Hari ini kamu ke kantor, kan?"
"Iya, Mom. Hari ini Crisstian ke kantor, kenapa?"
"Apa Mommy boleh ikut?"
"Mommy mau ikut ke kantor Crisstian?"
"Iya, itu pun kalau kamu mengizinkan." Tidak adanya Anton membuat Sein merasa bosan.
"Tentu saja boleh." Crisstian sadar kalau terus menerus berada di mansion membuat Sein merasa jenuh dan bosan.
Sein tersenyum lebar, kedua matanya pun tampak berbinar bahagia. "Beneran boleh?"
Crisstian pun mengangguk. "Iya, Mom, beneran."
"Kalau begitu, sebaiknya sekarang kita sarapan dulu."
"Ok, ayo." Crisstian menggandeng Sein, mengajak Sein pergi ke ruang makan.
Seusai menikmati sarapan bersama, Sein dan Crisstian segera bersiap.
Biasanya Crisstian pergi ke kantor bersama supir, tapi karena Sein ikut, jadi Crisstian memutuskan untuk pergi ke kantor tanpa supir. Crisstian akan mengendarai sendiri mobilnya.
Crisstian dan Sein turun di loby kantor.
Kedatangan Sein dan Crisstian langsung menarik perhatian dari para pegawai kantor yang ada di loby. Para pegawai yang secara tidak sengaja berpapasan dengan keduanya langsung memberi hormat.
Olivia mengurungkan niatnya untuk duduk ketika mendengar suara lift yang baru saja terbuka.
"Apa itu Mommynya?" Tanpa sadar, Olivia bergumam, merasa sangat penasaran ketika melihat Crisstian tidak datang sendiri, tapi bersama seorang wanita paruh baya.
Olivia seketika yakin kalau tebakannya memang benar. Wanita paruh baya yang saat ini menggandeng tangan Crisstian adalah orang tua Crisstian.
"Sebentar, Mom." Crisstian tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" Sein melepas tangan kanan Crisstian yang sejak tadi ia gandeng.
"Ada yang telepon" Crisstian segera meraih ponselnya yang terus berdering. Crisstian lantas meminta izin Sein untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Pergilah," ucap Sein sambil tersenyum.
Crisstian pergi memasuki ruangannya, meninggalkan Sein yang kini melangkah mendekati meja kerja Olivia.
"Selamat pagi, Nyonya," sapa ramah Olivia.
"Selamat pagi." Sein membalas dengan tak kalah ramah sapaan Olivia.
"Kamu sekretaris baru ya?"
"Iya, Nyonya, saya sekretaris baru." Olivia menjawab pertanyaan Sein dengan nada bicara yang terdengar sekali sangat gugup.
Sein yang sadar kalau saat ini Olivia sedang gugup tersenyum maklum.
"Siapa nama kamu?"
"Olivia, Nyonya."
Crisstian yang sudah memasuki ruangannya seketika menoleh ke belakang begitu sadar kalau ia tidak mendengar suara langkah kaki Sein. "Loh, Mommy mana?" gumamnya dengan raut wajah bingung.
Crisstian pikir, Sein langsung mengikutinya. Crisstian melangkah mendekati pintu, kemudian membukanya, saat itulah Crisstian melihat Sein sedang mengobrol dengan Olivia.
"Mom!"
Sein dan Olivia dengan kompak menoleh ke arah Crisstian.
"Saya masuk dulu ya, Olivia."
"Iya, Nyonya."
Sein pergi menghampiri Crisstian.
Crisstian membuka lebar pintu ruangannya, mempersilakan Sein masuk. Sebelum menutup pintu, Crisstian mengedipkan mata kanannya pada Olivia.
Olivia terkejut, saking terkejutnya, Olivia bahkan sampai melototkan kedua matanya dengan mulut yang sedikit terbuka.
Olivia tak menyangka jika Crisstian akan melakukan hal seperti itu padanya.
Crisstian tersenyum tipis ketika melihat betapa menggemaskannya ekspresi wajah Olivia saat ini. Crisstian segera menutup pintu karena tidak mau jika Sein sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan pada Olivia.
Olivia akhirnya menggerutu setelah pintu ruang kerja Crisstian tertutup.
Sein duduk di sofa, sedangkan Crisstian melangkah menuju meja kerjanya.
"Mommy menyukainya."
Crisstian yang baru saja membuka kancing jasnya sontak berbalik menghadap Sein. "Maksud Mommy?" tanyanya dengan salah satu alis terangkat.
Sein menoleh ke arah Crisstian. "Olivia, Mommy menyukainya," jawabnya sambil tersenyum lebar.
Jawaban Sein mengejutkan Crisstian. Crisstian tetap memasang raut wajah datar, meskipun sebenarnya ingin sekali mengexspresikan rasa bahagai yang saat ini ia rasakan.
"Oh, Olivia," gumam Crisstian sambil berbalik memunggungi Sein. Sekarang Crisstian pun bisa tersenyum.
"Apa dia sudah lama bekerja sebagai sekretaris kamu?" Terakhir kali Sein mengunjungi kantor Crisstian adalah sekitar 2 bulan yang lalu, dan saat itu, sekretaris Crisstian masih Bella.
"Olivia masih baru, Mom."
"Jadi dia menggantikan posisi Bella."
"Iya, Mom."
"Kamu memecat Bella atau Bella memang mengundurkan diri?"
"Bella mengundurkan diri, Mom."
"Kenapa Bella mengundurkan diri?" Sein ingin tahu apa alasan Bella berhenti bekerja sebagai sekretaris Crisstian.
"Bella akan menikah, Mom." Crisstian duduk di balik meja kerjanya.
"Oh, Mommy pikir Bella berhenti karena kamu sudah melakukan sesuatu yang buruk padanya." Kalimat tersebut Sein ucapkan dengan santai.
"Mom!" Seru Crisstian sambil memasang raut wajah masam. "Crisstian tidak pernah melakukan hal buruk pada pada Bella," lanjutnya membela diri.
"Apa Olivia sudah menikah?" Sein mengabaikan seruan sekaligus pembelaan yang baru saja Crisstian lakukan.
"Sudah, Mom."
Sein menatap Crisstian dengan mata melotot. "Olivia sudah menikah?"
"Iya, Olivia sudah menikah." Crisstian tidak akan memberi tahu Sein tentang siapa sebenarnya Olivia.
"Mommy pikir dia belum menikah."
Crisstian tidak menanggapi ucapan Sein.
Tak lama kemudian, Steve datang.
Hari sudah beranjak siang.
Sein meletakkan majalah yang baru saja selesai ia baca di meja.
Crisstian memang sedang fokus bekerja, dan Sein tidak mengatakan apapun, tapi Crisstian tahu kalau Sein mulai merasa jenuh. "Mommy bosan?"
Pertanyaan Crisstian mengejutkan Sein.
"Maaf ya kalau Mommy jadi mengganggu kamu."
"Mom, jangan pernah berpikir seperti itu." Crisstian sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiran Sein. "Mommy mau pergi ke mall?"
"Mall?"
Crisstian tersenyum lebar ketika mendengar betapa bersemangatnya Sein. "Iya, Mommy mau pergi jalan-jalan ke mall?"
"Enggak mau ah."
"Loh kenapa?" Crisstian menatap sang Mommy dengan raut wajah bingung.
"Sebaiknya kamu fokus saja menyelesaikan pekerjaan kamu, Crisstian."
Begitu mendengar ucapan Sein, Crisstian sudah bisa menebak, apa alasan Sein tidak mau pergi ke mall.
"Crisstian memang sibuk, Mom, jadi Crisstian tidak akan bisa menemani Mommy pergi jalan-jalan ke mall." Crisstian mendekati Sein, kemudian duduk di samping Sein. "Karena itulah, tadinya Crisstian akan meminta Olivia pergi menemani Mommy ke mall."
"Apa tidak apa-apa?"
"Tentu saja tidak apa-apa, Mom."
"Tapi kalau Olivia pergi menemani Mommy jalan-jalan, nanti pekerjaan dia pasti akan terbengkalai." Sein tidak mau malah menambah beban Olivia.
"Steve akan mengambil alih perkajaan Olivia, jadi Mommy tenang aja, pekerjaan Olivia tidak akan menumpuk."
"Tapi ... apa Olivia mau menemani Mommy pergi ke mall?"
"Dia pasti mau, Mom."
Sein langsung mencegah Crisstian yang baru saja akan berdiri.
"Kenapa, Mom?"
"Biar Mommy yang pergi menemui Olivia." Sein takut kalau Crisstian akan memaksa Olivia supaya mau menemaninya.
"Sebaiknya kita berdua pergi menemui Olivia."
"Jangan, kamu diam aja di sini."
"Ok."
Sein pergi menemui Olivia, dan Crisstian tetap berada di ruangannya.
Terbukanya pintu ruang kerja Crisstian menarik perhatian dari Olivia.
Olivia melirik ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang baru saja keluar. Olivia langsung bernafas lega ketika melihat kalau Seinlah yang keluar, bukan Crisstian.
Olivia berdiri untuk menyapa Sein.
Olivia pikir, Sein akan pergi, jadi ketika Sein malah mendekati meja kerjanya, Olivia kembali merasa gugup.
"Olivia, apa kamu sedang sibuk?"
"Sama sekali tidak, Nyonya." Olivia memang tidak terlalu sibuk.
Suara pintu yang terbuka menarik perhatian Sein dan Olivia. Dengan kompak, keduanya menoleh ke arah pintu ruang kerja Crisstian yang baru saja terbuka.
Sein menatap tajam Crisstian, tapi Crisstian malah tersenyum.
Crisstian menghampiri Sein. "Olivia, saya mau minta tolong."
"Silakan, Pak."
"Perasaan gue enggak enak nih!" Olivia membatin.
Jantung Olivia berdetak semakin cepat.
"Tolong temani Mommy saya pergi belanja."
Permintaan Crisstian mengejutkan Olivia, tapi di saat yang sama, Olivia merasa sangat lega, karena ternyata apa yang ia pikiran tidak terjadi. Tadi Olivia sempat berpikir yang tidak-tidak. Olivia pikir, Crisstian akan memintanya melakukan hal yang aneh, atau sulit.
"Terus pekerjaan gue bagaimana?" Pertanyaan tersebut hanya bisa Olivia ucapkan dalam hati. Olivia tidak berani mengatakannya secara langsung.
"Kamu tenang saja, semua pekerjaan kamu hari ini akan di ambil alih oleh Steve." Crisstian seolah bisa membaca pikiran Olivia.
"Ok," sahut singkat Olivia.
"Awas aja kalau sampai bohong!" Umpat Olivia dalam hati. Olivia benar-benar akan memberi Crisstian pelajaran jika Crisstian membohonginya.
"Apa kamu tidak keberatan menemani Tante pergi belanja?"
Olivia jelas menggeleng, tidak berani mengangguk atau mengatakan kalau dirinya keberatan. "Saya sama tidak merasa keberatan, Nyonya."
"Tolong panggil Tante saja, Olivia, jangan Nyonya." Sein merasa tidak nyaman ketika Olivia memanggilnya dengan sebutan Nyonya.
"Iya, Tante," sahut Olivia sambil tersenyum canggung.
Olivia cukup terkejut begitu mendengar permintaan Sein.
"Terima kasih," sahut Sein sambil tersenyum lebar.
"Sama-sama, Tante." Olivia membalas sambil tersenyum lebar.
"Ya sudah, sekarang Crisstian akan menghubungi Alex." Crisstian akan meminta Alex untuk menemani Sein dan Olivia pergi jalan-jalan.
"Terima kasih, Sayang."
"Sama-sama, Mom." Crisstian kembali memasuki ruang kerjanya, lalu menghubungi Alex, meminta Alex mengantar Sein pergi berbelanja.
Sein dan Olivia pergi mengunjungi pusat perbelanjaan terdekat.
"Olivia." Sein memanggil Olivia yang saat ini sedang duduk di sofa.
Olivia lantas mendekati Sein. "Iya, Tante."
"Warna apa yang kamu suka?"
"Hitam." Olivia langsung menjawab pertanyaan Sein.
Dengan cepat, Sein berbalik menghadap Olivia. "Kamu suka warna hitam?" tanyanya sambil tersenyum lebar.
"Kenapa Tante Sein terlihat sekali sangat bahagia?" Olivia membantin, merasa sangat penasaran, apa alasan Olivia terlihat bahagia?
"Iya, Tante, Olivia suka warna hitam."
"Kamu dan Crisstian sama, sama-sama suka warna hitam." Senyum di wajah Sein semakin lebar.
Begitu tahu kalau Crisstian juga menyukai warna hitam, Olivia sangat kesal, tapi Olivia bisa menyembunyikan kekesalannya dan tetap tersenyum.
"Tolong bantu Tante memilih tas untuk anak Tante ya." Sein menggandeng tangan Olivia, kemudian membawa Olivia menuju salah satu toko tas kesukaannya.
Olivia ingin sekali menolak, karena ia tidak tahu bagaimana selera anak Sein, tapi Olivia akhirnya mengangguk.
Olivia mulai membantu Sein memilih tas untuk anak perempuannya yang Olivia tahu bernama Crisstina.
Sein dan Olivia banyak mengobrol, mencairkan suasana yang awalnya sangat canggung.
Olivia akhirnya juga tahu kalau ternyata, Crisstian memiliki saudara kembar yang bernama Crisstina.
"Tante, ini bagus." Olivia menghampiri Sein sambil membawa tas yang menurutnya sangat bagus, dan mungkin akan cocok untuk Crisstina.
Sein berbalik menghadap Olivia, tersenyum lebar ketika melihat tas yang Olivia pilih. "Apa kamu menyukainya?"
"Olivia menyukainya, Tante." Olivia menyerahkan tas pilihannya pada Sein.
"Kalau begitu, itu buat kamu." Dengan santainya, Sein mengatakan kalimat tersebut. "Tante sudah menemukan tas yang cocok untuk Crisstina, jadi tas ini buat kamu saja, Olivia."
Olivia melototkan kedua matanya, shock begitu mendengar ucapan Sein.
"Eh, enggak usah, Tante." Olivia tentu saja menolak.
"Jangan menolaknya, Olivia." Sein langsung memanggil pelayan.
"Tante, enggak usah." Olivia kembali memberi penolakan.
Sein menghampiri Olivia, kembali menggandeng tangan kanannya.
Kurang lebih 3 jam waktu yang Sein dan Olivia habiskan untuk berbelanja.
Semuanya sesuai ekspektasi Olivia.
Sejak pertama kali melihat Sein, Olivia tahu kalau Sein adalah wanita yang sangat lemah lembut.
Setelah puas berbelanja, Sein dan Olivia kembali ke kantor.
Saat dalam perjalan kembali ke kantor, Crisstian menghubungi Alex, meminta Alex untuk menjemputnya di basement, bukan di loby.
Kepulangan Sein dan Crisstian bertepatan dengan jam pulang kantor.
Ting!
Lift terbuka, dan begitu Crisstian baru saja melangkah keluar dari lift, mobil yang Sein dan Olivia tumpangi terhenti tepat di depan Crisstian.
Tak lama kemudian, Olivia keluar dari mobil.
Mau tak mau, Olivia menyapa Crisstian.
Tanpa sadar, pandangan Crisstian tertuju pada paper bag yang Olivia pegang.
Crisstian tersenyum tipis, yakin kalau Seinlah yang memberikannya pada Olivia.
Olivia sudah keluar dari mobil, jadi Crisstian bergegas memasuki mobil.
Kaca mobil terbuka.
"Sekali lagi, terima kasih banyak ya, Olivia."
"Sama-sama, Tante," sahut Olivia sambil tersenyum lebar.
"Tante duluan, hati-hati ya pulangnya."
"Iya, Tante." Olivia sudah terlihat jauh lebih santai, tidak lagi canggung seperti sebelumnya.
Sein melambaikan tangannya pada Olivia.
Dengan ragu, Olivia membalas lambaian tangan Sein.
Sebelum kaca mobil tertutup, Crisstian menatap Olivia.
Rasanya Olivia ingin sekali memberi Crisstian tatapan tajam, tapi justru Olivia malah tersenyum.
Crisstian balas tersenyum, kembali mengedipkan salah satu matanya pada Olivia.
Setelah itu, kaca mobil pun tertutup, lalu mobil pun berlalu pergi dari hadapan Olivia..
"Dasar pria menyebalkan!" Umpat Olivia pada akhirnya.
Tak berselang lama kemudian, Vero datang.
Sepanjang perjalanan pulang, tanpa sadar, Olivia kembali mengingat tentang kebersamaannya dengan Sein.
Olivia tersenyum, seketika merasa iri pada Crisstian karena memiliki orang tua seperti Sein. "Pasti rasanya sangat menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum tipis.
Waktu yang Olivia habiskan bersama Sein memang terbilang sangat singkat, tapi Olivia merasa sangat bahagia. Sein memperlakukannya dengan sangat baik.