04 - Pertemuan Crisstian dan Olivia.

2153 Kata
Crisstian mengumpat, luar biasa kesal karena tidur pulasnya terganggu, terganggu oleh suara nada dering yang berasal dari ponselnya sendiri. Crisstian menendang selimut yang ia gunakan, dengan perasaan malas, bergeser mendekati nakas, meraih ponselnya yang kembali berdering untuk yang kesekian kalinya. "Ada apa?" tanyanya membentak. "Tuan, sebentar lagi kita akan berangkat, apa Anda sudah siap?" "Berangkat ke mana?" "Tadi pagi Tuan Steve sudah memberi tahu saya kalau malam ini, Anda akan memenuhi undangan dari Tuan Felix untuk makan malam di kediamannya." Crisstian sontak mengumpat. Crisstian lupa, itulah sebabnya sejak tadi Crisstian hanya bersantai, bahkan ketiduran ketika menonton drama kesukaannya. "Saya akan segera bersiap-siap." "Baik, Tuan." "Di mana posisi kamu saat ini?" "Saya dalam perjalanan menuju mansion, Tuan." "Ok, saya tunggu." Crisstian meletakkan ponselnya di meja begitu panggilannya dengan Carlos sudah berakhir. Crisstian keluar dari kamar. "Mom!" Untuk ketiga kalinya Crisstian berteriak memanggil Sein. Sejak keluar dari lift, Crisstian sudah berteriak, namun tidak ada balasan dari Sein, ataupun dari yang lainnya. "Mommy ke mana sih?" Keluh Crisstian yang kini memasang raut wajah masam. Crisstian menolehkan kepalanya ke kanan begitu mendengar suara langkah kaki. "Bi." Sang pelayan yang bernama Amber melangkah mendekati Crisstian. "Ada apa, Tuan?" "Di mana Mommy?" Siapa tahu Amber tahu di mana Sein berada. "Nyonya Sein sedang bermain dengan Tuan Noah di taman belakang, Tuan." Crisstian mengucap terima kasih, lalu bergegas menuju taman belakang. Senyum lebar menghiasi wajah Crisstian tat kala melihat Sein sedang bermain bersama Noah. Sein terlihat sekali sangat bahagia, begitu juga Noah. Keduanya tertawa dengan begitu lepas. "Mom." Crisstian hanya memanggil Sein, tapi semua orang yang saat ini ada di taman menoleh ke arah Crisstian. "Kirain lo enggak akan bangun lagi." "Lo berharap kalau gue mati, Kak?" tanya ketus Crisstian sambil memutar jengah matanya begitu mendengar ucapan dari sang Kakak, Anna. "Enggaklah." Anna membalas tak kalah ketus ucapan Crisstian. "Sudah, jangan malah berantem." Juan tahu kalau Crisstian dan Anna pasti akan mulai terlibat dalam perdebatan, jadi sebelum itu terjadi, Juan sudah terlebih dahulu memberi keduanya peringatan, meminta keduanya untuk diam. Crisstian pun mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Anna. Crisstian melangkah mendekati Sein. "Ada apa, Crisstian?" "Malam ini, Criss enggak akan bisa makan malam bersama Mommy." "Kenapa?" Sein menatap Crisstian dengan kening yang berkerut. "Malam ini, Crisstian mendapat undangan makan malam dari salah satu rekan kerja Crisstian, Mom, Felix." "Ya sudah, tidak apa-apa. Tapi ... setelah makan malam, kamu harus langsung pulang ya, Crisstian." Sein berbicara sambil menatap lekat Crisstian. "Iya, Mom. Crisstian pasti akan langsung pulang." Crisstian tahu kalau Sein pasti takut kalau dirinya akan pergi ke club. Setelah itu, Crisstian kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Waktu yang Crisstian habiskan untuk bersiap tak lebih dari 1 jam. Setelah pamit pada Sein juga yang lainnya, Crisstian menghampiri Carlos yang sudah menunggunya sejak tadi. "Bagaimana penampilan saya, Carlos?" "Perpect, Tuan." Senyum tipis menghiasi wajah Crisstian. "Kalau begitu, ayo kita berangkat." "Baik, Tuan." Carlos membuka pintu mobil untuk Crisstian, setelah memastikan sang atasan duduk dengan nyaman, barulah Carlos memasuki mobil, duduk tepat di hadapan Crisstian. Tak sampai 20 menit kemudian, mereka sampai di kediaman Felix. Kedatangan Crisstian di sambut hangat oleh Felix selaku tuan rumah. Setelah berbasa-basi, Felix membawa Crisstian menuju ruang tamu. Crisstian dan Felix mulai mengobrol, saat itulah Crisstian tahu apa tujuan serta maksud Felix mengundangnya untuk makan malam. Felix mengajak Crisstian untuk berinvestasi di proyek yang perusahaan Felix akan kerjakan. Crisstian tidak langsung menyetujui permintaan Felix, dan meminta waktu kurang lebih 1 minggu untuk memikirkan semuanya. Crisstian dan Felix tengah asyik mengobrol ketika seorang pelayan datang, memberi tahu Felix kalau makan malam sudah siap. "Tolong panggilkan istri saya." "Baik, Tuan." Pelayan yang bernama Gina lantas pergi meninggalkan ruang tamu. Gina pergi menuju lantai 2 untuk memanggil istri Felix. Ucapan Felix mengejutkan Crisstian. "Saya baru tahu kalau Anda sudah menikah." Setahu Crisstian, Felix belum menikah. "Saya sudah lama menikah, lebih tepatnya sejak 2 tahun yang lalu," jawab Felix sambil tersenyum tipis. "2 tahun yang lalu?" tanya Crisstian memastikan. "Iya, saya sudah menikah sejak 2 tahun lalu, tapi pernikahan saya memang sengaja disembunyikan." "Kenapa harus disembunyikan?" Tak lama kemudian, Crisstian menyesali ucapannya. "Maaf, saya tahu kalau saya lancang, tidak seharusnya saya bertanya tentang urusan pribadi Anda." "Tidak apa-apa, Crisstian," balas Felix sambil tersenyum tipis. "Saya tidak suka jika urusan pribadi saya menjadi bahan konsumsi awak media, atau publik. Itulah sebabnya, saya tidak mempublikasikan pernikahan saya, dan hanya diketahui oleh orang-orang terdekat saya." "Ah, begitu," gumam Crisstian sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Entah kenapa, Crisstian sama sekali tidak percaya pada penjelasan yang baru saja Felix berikan. Crisstian merasa jika ada yang Felix sembunyikan. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mendekat. Crisstian dan Felix sama-sama menoleh untuk melihat siapa yang datang.. Raut wajah Crisstian yang awalnya datar perlahan tapi pasti mulai berubah. "Kenapa dia ada di sini? Apa yang sedang dia lakukan di sini?" Teriak Crisstian dalam hati. Tanpa sadar, secara bergantian, Crisstian menatap ke arah Felix dan Olivia. "Please, jangan bilang sama gue kalau dia adalah istrinya Felix?" lanjutnya dengan jantung yang kini berdetak lebih cepat dari biasanya. Bukan hanya Crisstian yang terkejut, tapi wanita yang juga baru saja memasuki ruang tamu sama terkejutnya dengan Crisstian, bahkan tanpa sadar menghentikan langkahnya sambil terus menatap ke arah Crisstian. "Olivia!" Felix menegur Olivia yang malah diam di tempat. Teguran dari Felix bukan hanya menyadarkan Olivia, tapi juga Crisstian. Olivia segera mengalihkan pandangannya ke arah Felix, begitu juga Crisstian. Crisstian segera merubah mimik wajahnya, menjadi datar. Crisstian tidak mau Felix menyadari perubahan raut wajahnya. Sama seperti Crisstian, Olivia juga segera merubah mimik wajahnya, kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertunda. Felix meminta Olivia menyapa Crisstian, dan Olivia pun melakukannya. Tak lupa, Felix memperkenalkan Olivia sebagai istrinya. Crisstian luar biasa terkejut, tak menyangka ternyata, apa yang ia takutkan malah benar-benar terjadi. "Sialan! Sebenarnya apa yang terjadi?" Teriaknya dalam hati. Olivia mencoba untuk terlihat santai ketika menyapa Crisstian, namun sayangnya, Olivia terlihat sekali sangat gugup, berbanding terbalik dengan Crisstian yang terlihat sekali sangat santai. Untungnya, Felix tidak menyadari kegugupan Olivia. Felix mengajak Crisstian makan malam bersama. "Semoga Anda menyukai semua makanan yang saat ini tersaji di atas meja makan, Crisstian." Crisstian tidak langsung menanggapi ucapan Felix. Crisstian malah menatap satu-persatu menu makanan yang saat ini ada di hadapannya. "Anda tidak perlu khawatir, saya menyukai semua menu makanan yang saat ini terhidang di meja." Felix pun tertawa. "Syukurlah kalau begitu." Crisstian hanya tersenyum. Makan malam pun di mulai. Selama sesi makan malam berlangsung tak banyak obrolan yang terjadi. Ketiganya fokus menikmati makanan. Tak lama setelah selesai menikmati makan malam bersama Felix dan Olivia, Crisstian pamit undur diri. Saat ini Crisstian sudah dalam perjalanan pulang menuju mansion. Felix dan Olivia kembali memasuki mansion setelah melihat mobil yang Crisstian naiki pergi. Olivia kembali ke kamar, sedangkan Felix memilih untuk bersantai di ruang keluarga. Felix meraih dokumen yang ada di meja, kemudian membaca setiap kata yang ada di dalamnya secara seksama. "Semoga aja Crisstian menerima kerja sama yang gue tawarkan." Felix berharap besar kalau Crisstian mau menjadi investor dalam proyek yang akan ia kerjakan mengingat proyek tersebut membutuhkan dana yang sangat besar. Seandainya nanti Crisstian menolak, maka Felix harus mencari orang lain supaya mau berinvestasi dalam proyeknya, dan itu akan memakan waktu lama, membuat proyeknya terpaksa harus mundur dari jadwal yang sudah ditentukan. Suara dari lift yang baru saja terbuka mengejutkan Olivia, sekaligus menyadarkan Olivia dari lamunannya. Olivia bergegas keluar dari lift, melangkah menuju kamar dengan langkah tergesa-gesa. Olivia langsung mentup pintu kamar, menyandarkan punggungnya di pintu sambil memejamkan matanya, lalu meraba dadanya, saat itulah ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Olivia melangkah menjauhi pintu, mulai berjalan mondar-mandir sambil terus memikirkan, kira-kira apa alasan Crisstian datang menemui suaminya? "Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Crisstian bisa ada di sini? Apa Felix yang mengundangnya?" gumamnya dengan raut wajah panik. Sebelumnya Felix tidak memberi tahu Olivia kalau malam ini akan ada tamu yang datang, itulah alasan kenapa Olivia berpikir kalau Crisstian datang sendiri, bukan datang karena undangan dari Felix. Langkah Olivia terhenti. Raut wajahnya berubah panik, bahkan kedua matanya kini melotot. "Jangan-jangan dia mau memberi tahu Felix tentang kejadian kemarin?" Tak jauh berbeda dengan Olivia yang saat ini sedang memikirkan Crisstian, saat ini, Crisstian juga sedang memikirkan Olivia. "Carlos." "Iya, Tuan." "Apa kamu sudah berhasil mendapatkan informasi tentang wanita yang bertabrakan dengan saya di club?" "Belum, Tuan." "Belum?" Crisstian tak bisa menutupi rasa terkejutnya, karena seharusnya, hari ini, ia sudah berhasil mendapatkan informasi tentang wanita itu. "Iya, Tuan." Carlos sadar kalau saat ini, sang atasan sangat kesal. "Kenapa belum juga?" Crisstian membentak Carlos. "Tidak mudah untuk mencari tahu informasi tentang wanita itu, Tuan." "f**k!" Umpat Crisstian. "Kira-kira, butuh berapa lama?" "Saya usahakan, besok pagi Tuan akan menerima informasi tentang wanita itu." "Ok, dan saya punya permintaan lagi." "Katakan saja, Tuan." "Cari tahu informasi tentang Felix, semuanya. Keluarganya, sahabatnya, dan juga temn-temannya. Termasuk tentang rahasia kotornya." Semakin banyak ia tahu tentang Felix, maka itu akan semakin baik. "Baik, Tuan. Saya akan segera mencari informasi tentang Tuan Felix." Crisstian mengucap terima kasih, setelah itu menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memijat pelan kepalanya. Crisstian kembali memikirkan Olivia. Crisstian terlalu fokus memikirkan Olivia membuat Crisstian tidak sadar kalau mobil yang ia tumpangi sudah sampai di mansion. "Tuan, kita sudah sampai." Carlos menegur Crisstian yang tak kunjung keluar dari mobil, padahal pintu mobil sudah terbuka. Crisstian tersadar dari lamunannya. Crisstian bergegas keluar dari dalam mobil. Suasana mansion yang sunyi sepi langsung menyapa Crisstian begitu kedua kakinya melangkah memasuki mansion, membuat Crisstian langsung berpikir kalau semua orang sudah istrirahat. Crisstian melangkah menuju lift. Tanpa Crisstian sadari, ada orang yang mengikuti langkahnya, dan orang itu adalah Sean. Sean melangkah dengan pelan, jadi Crisstian tidak sadar kalau ada orang yang mengikutinya. "Crisstian!" Sean menegur Crisstian sambil menepuk ringan kedua bahu Crisstian. "Akh!" Secara spontan, Crisstian berteriak, dan dengan cepat berbalik menghadap ke arah Sean. Tawa Sean pecah ketika melihat betapa lucunya raut wajah Crisstian saat ini. "Kakak!" Teriak Crisstian yang kini memasang raut wajah marah. "Maaf, maafin Kakak," ucap Sean disela tawanya. Sekuat tenaga, Sean mencoba untuk menghentikan tawanya. Crisstian mendengus, lalu menggerutu. Sean menarik dalam nafasnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan, sekuat tenaga mencoba untuk menahan diri supaya tidak lagi tertawa. Sean tahu kalau saat ini Crisstian sangat kesal padanya, dan ia tidak mau membuat Crisstian semakin kesal. "Mau kopi?" tanyanya sesaat setelah tawanya mereda. Crisstian mengangguk sebelum akhirnya menjawab ketus pertannyaan Sean. "Boleh." Sean terkekeh, tahu betul kalau sampai saat ini Crisstian masih kesal padanya. Sean merangkul Crisstian, membawa Crisstian menuju bar yang ada di samping kanan dapur. Sean tahu apa kopi kesukaan Crisstian, karena itulah Sean langsung membuat kopi tanpa terlebih dahulu bertanya. "Terima kasih banyak, Kak," ucap Crisstian sesaat setelah Sean meletakkan segelas cangkir kopi di hadapannya. "Sama-sama," balas Sean sambil duduk di hadapan Crisstian. Crisstian menyeruput kopi buatan Sean, begitu juga dengan Sean. "Jadi ... apa tujuan Felix George Grissham mengundang kamu untuk makan malam di mansionnya?" Sean tahu siapa Felix George Grissham, dan Sean bukan hanya sekedar tahu nama juga orangnya, tapi kurang lebih juga tahu, bagaimana seorang Felix, meskipun tidak tahu banyak. "Kakak mengenalnya?" Sean mendengus, kesal karena Crisstian malah balik bertanya, dan tidak menjawab pertanyaannya. "Jawab dulu pertanyaan Kakak, Criss, jangan malah balik bertanya." "Kakak jawab dulu pertanyaan Criss, setelah itu Criss akan menjawab pertanyaan Kakak," balas Crisstian sambil tersenyum lebar. Sean memutar jengah matanya, kemudian menegakan posisi duduknya. "Kakak tidak terlalu mengenalnya, Criss. Tapi Kakak pernah bertemu dengan Felix ketika kita menghadiri acara-acara penting, seperti acara ulang tahun dari perusahaan mitra bisnis kita, atau di acara-acara amal, saat itulah Kakak mendengar desas-desus tidak baik tentang Felix." Ucapan Sean barusan membuat Crisstian semakin penasaran akan sosok Felix. "Dia meminta Criss untuk menjadi investor dalam proyek yang akan dia kerjakan." "Proyek apa?" "Dia mau membangun sebuah resort." "Skala besar atau kecil?" "Skala besar, Kak." "Lalu, apa kamu tertarik untuk menjadi investor dalam proyek itu?" "Tadi Felix sudah memberikan dokumennya. Rencananya, besok Criss akan menyerahkan dokumen itu pada Steve. Criss akan meminta Steve untuk mempelajarinya." "Bagus. Kamu memang harus berhati-hati, karena dari yang Kakak dengar, Felix itu sangat licik." Sebenarnya Sean ingin sekali melarang Crisstian terlibat dengan Felix, tapi begitu mengingat fakta kalau Crisstian orang yang jauh lebih licik dari Felix, Sean langsung mengurungkan niatnya tersebut. Sean juga tahu kalau Crisstian tertarik pada Felix, membuat Sean jadi penasaran, apa yang membuat sang adik tertarik pada pria itu? Crisstian tidak mungkin menyukai Felix kan? Tanpa sadar, Sean menggelengkan kepalanya. "Itu enggak mungkin," gumamnya. "Ada apa, Kak?" Crisstian menatap bingung Sean. "Eh, enggak ada apa-apa kok," jawab Sean sambil tersenyum lebar. "Ceritakan semua yang Kakak ketahui tentang Felix." "Kakak tidak tahu banyak tentang Felix, Criss. Kalau kamu memang ingin tahu tentang dia, sebaiknya kamu meminta Steve untuk mencari tahunya." "Oh, itu sudah Criss lakukan, Kak. Tapi Criss meminta pada Carlos, bukan Steve, karena Steve sedang sibuk dengan pekerjaan lain." Total waktu yang Crisstian dan Felix habiskan untuk mengobrol adalah 2 jam. Obrolan antara keduanya mau tak mau harus berakhir ketika Sein datang, lalu meminta keduanya untuk pergi istirahat mengingat malam yang sudah semakin larut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN