12 - Kecurigaan Olivia.

2008 Kata
Seperti biasa, kepulangan Olivia ke mansion di sambut oleh para pelayan. "Apa suami saya sudah pulang?" Mobil yang Olivia tumpangi berhenti tepat di depan mansion, bukan di garasi, jadi Olivia tidak tahu, apa Felix sudah pulang atau belum. "Tuan Felix belum pulang, Nyonya." Langkah kedua kaki Olivia secara spontan terhenti. Olivia berbalik menghadap sang pelayan yang berdiri tepat di belakangnya. "Suami saya belum pulang?" "Iya, Nyonya, Tuan Felix belum pulang." "Ok, terima kasih." "Sama-sama, Nyonya." sang pelayan pun kembali ke belakang, sedangkan Olivia kembali melanjutkan langkahnya sambil meraih ponselnya kemudian menghubungi nomor sang suami. "Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi." "Kenapa malah suara operator?" Keluh Olivia dengan raut wajah bingung. Tidak biasanya nomor Felix tidak bisa dihubungi. Olivia tidak menyerah dan kembali menghubungi Felix, tapi hasilnya tetap sama, Felix tidak bisa dihubungi. 1 jam sudah berlalu sejak Olivia pulang dari kantor. Saat ini Olivia sedang bersantai di ruang keluarga, menunggu kepulangan Felix. "Kenapa belum pulang-pulang juga ya?" gumam Olivia sesaat setelah melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kanannya. "Nyonya, makan malam sudah siap." Ucapan dari sang pelayan mengejutkan Olivia. "Ok, terima kasih banyak, Bi." "Sama-sama, Nyonya." Pelayan kembali ke ruang makan, meninggalkan Olivia yang kini terus menatap ke arah pintu, berharap kalau ia akan melihat kedatangan Felix. "Tunggu 10 menit lagi deh." Olivia memutuskan untuk menunggu Felix. 15 menit sudah berlalu, dan sampai saat ini, Felix belum juga menunjukkan batang hidungnya. Olivia akhirnya sadar kalau Felix pasti tidak akan pulang dalam kurun waktu dekat ini, jadi Olivia memutuskan untuk makan malam di luar. Saat ini Olivia sudah berada di salah satu restoran favoritenya yang terletak cukup dekat dengan mansion. Olivia baru saja akan memilih tempat duduk ketika melihat siluet dari seorang pria yang sangat ia kenali. Senyum lebar yang awalnya menghiasi wajah Olivia langsung hilang begitu tahu siapa pria tersebut. "Kenapa gue harus ketemu lagi sama Crisstian sih?" Tanpa sadar, Olivia menggerutu. Olivia tidak mau jika Crisstian menyadari kehadirannya karena itulah Olivia ingin segera pergi meninggalkan restoran. Olivia langsung mengurungkan niatnya untuk makan di restoran tersebut. Olivia akan mencari tempat makan lain yang pastinya tidak didatangi oleh Crisstian. Sayangnya, Crisstian menyadari kehadiran Olivia tepat ketika Olivia berbalik. Begitu melihat Olivia keluar dari dalam restoran, Crisstian langsung berlari mengejar Olivia. "Kok kaya ada yang ngikutin gue sih?" Olivia membatin ketika merasa jika ada orang yang mengejar dirinya. Karena merasa penasaran, Olivia menghentikan langkahnya lalu menolehkan kepalanya ke belakang, raut wajahnya langsung berubah masam ketika melihat Crisstian berdiri tepat di belakangnya. Jika Olivia terlihat sangat kesal, maka berbanding terbalik dengan Crisstian yang malah terlihat sekali sangat bahagia. "Kamu mau kabur, hm?" Crisstian melingkarkan tangan kanannya pada pinggang ramping Olivia, sedangkan tangannya yang lain langsung merapikan rambut Olivia yang sedikit berantakan. Olivia melototkan kedua matanya, shock dengan apa yang baru saja Crisstian lakukan. "Ih, jangan peluk-peluk!" Pelukan Crisstian langsung membuat Olivia panik. Olivia mencoba untuk melepaskan pelukan Crisstian, tapi sayangnya tidak bisa. Olivia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, mengamati suasana di sekitarnya yang untungnya sangat sepi, tidak ada orang satupun selain dirinya dan si menyebalkan Crisstian. "Untung aja enggak ada orang," ucap Olivia dalam hati. Saat ini, Crisstian dan Olivia berada di tempat parkir paling pojok, jadi wajar kalau suasana di sekitar keduanya sangat sepi. "Kenapa enggak boleh?" Crisstian bertanya dengan kedua alis yang kini saling bertaut. "Nanti kalau ada yang melihat kita berdua bagaimana?" Olivia menatap Crisstian dengan mata melotot, dan Olivia tak bisa menutupi rasa kesalnya atas pertanyaan yang baru saja Crisstian ajukan. Menurut Olivia, Crisstian tidak seharusnya bertanya, karena seharusnya Crisstian sudah tahu, apa yang ia takutkan. "Lepasin ih!" Crisstian tidak mau membuat Olivia semakin marah padanya, jadi Crisstian segera melepaskan pelukannya. "Kamu belum makan malam, kan?" Olivia menjawab pertanyaan Crisstian dengan gelengan kepala, tapi selang beberapa detik kemudian, Olivia menyesali jawabannya. "Seharusnya gue bilang aja kalau gue udah makan." Olivia membatin, menyesali jawaban yang tadi ia berikan pada Crisstian. "Aku juga belum makan malam," sahut Crisstian sambil tersenyum lebar. "Aku enggak nanya," sahut ketus Olivia sambil memutar bola matanya. Respon ketus Olivia malah membuat Crisstian tertawa. "Aku tahu, jadi ayo kita makan." Tanpa menunggu persetujuan dari Olivia, Crisstian membawa Olivia kembali memasuki restoran. Crisstian mau membuat Olivia makan malam dengan nyaman, jadi Crisstian memilih untuk makan di ruangan yang tertutup. Lagi-lagi Crisstian memperlakukan Olivia dengan romantis. "Kamu mau makan apa?" Olivia mulai menyebutkan makanan yang ia mau, dan setelah mendengar apa saja makanan yang Olivia pesan, Crisstian memutuskan untuk memesan makanan yang sama. Crisstian terus menatap Olivia, membuat Olivia merasa tak nyaman. "Stop!" Olivia baru saja meminta Crisstian untuk berhenti menatapnya. "Apa yang akan kamu lakukan kalau aku menolak untuk berhenti menatap kamu Olivia?" "Mungkin aku akan menampar kamu," jawab ketus Olivia. Crisstian terkekeh, kemudian menegakkan posisi duduknya. "Apa kamu tahu, apa alasan aku terus menatap kamu, Olivia?" "Tentu saja karena aku cantik," jawab Olivia penuh percaya diri. Tawa Crisstian semakin terdengar jelas. Crisstian mengangguk-anggukan kepalanya. "Kamu benar, alasan kenapa aku terus menatap kamu adalah karena kamu sangat cantik, Olivia." Wajah Olivia langsung merah merona ketika mendapatkan pujian dari Crisstian. Olivia tidak mau Crisstian melihat rona merah di wajahnya, jadi dengan cepat, Olivia menundukkan wajahnya. Sayangnya, Crisstian melihat perubahan ekspresi wajah Olivia. "Jangan menunduk, Olivia," bisik mesra Crisstian sambil mengangkat wajah Olivia menggunakan jari telunjuk tangan kanannya. Senyum Crisstian semakin lebar ketika akhirnya bisa kembali melihat wajah Olivia. Crisstian memiringkan wajahnya, kemudian mengecup pipi kanan dan kiri Olivia yang merah bagai kepiting rebus. Olivia terkejut, saking terkejutnya, kedua matanya bahkan sampai melotot. Ekspresi wajah Olivia mengundang tawa Crisstian. Secara refleks, Olivia memukul bahu Crisstian. Tawa Crisstian malah semakin menjadi. "Jangan tertawa!" Peringat tegas Olivia sambil menatap tajam Crisstian. Olivia mencoba menutupi kegugupannya dengan cara memasang raut wajah marah. Dengan cepat, Olivia mendorong Crisstian. Crisstian terkejut, tapi akhirnya tahu apa alasan Olivia mendorongnya. Crisstian membenarkan posisi duduknya. Makanan yang Crisstian dan Olivia pesan akhirnya datang. Setelah menikmati makan malam bersama Crisstian, Olivia langsung pulang ke mansion. Tanpa Olivia sadari, Crisstian mengikuti Olivia dari jarak yang terbilang sangat aman. Saat tahu kalau Olivia pergi sendiri, Crisstian yang takut kalau akan terjadi sesuatu yang buruk pada Olivia memutuskan untuk mengantar Olivia pulang. Crisstian tidak memberi tahu Olivia, karena Crisstian tahu kalau Olivia pasti akan menolak untuk ia antar pulang. Olivia baru saja akan memasuki mansion begitu mendengar suara gerbang yang terbuka. Olivia memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang datang. Awalnya Olivia berpikir kalau yang datang adalah Felix, tapi ternyata tebakannya salah. Mobil yang baru saja datang bukanlah mobil milik Felix. "Siapa ya?" gumam Olivia dengan kening yang semakin lama semakin berkerut. Mobil tersebut berhenti tepat di depan Olivia. "Kak Ariana." Kedatangan Ariana mengejutkan Olivia, tapi tak lama kemudian, senyum lebar menghiasi wajah Olivia. "Hai, Olivia," sapa Ariana yang baru saja keluar dari dalam mobil. Olivia langsung berlari mendekati Ariana, keduanya berpelukan, dan tak lupa untuk menanyakan kabar satu sama lain. "Kakak dari mana?" "Kakak baru aja menghadiri acara ulang tahun teman Kakak yang kebetulan diadakan di daerah dekat sini. Karena lokasinya kebetulan dekat, jadi Kakak memutuskan untuk mampir ke sini," jawab Ariana sesaat setelah melepaskan pelukannya. "Ah begitu, sekarang sudah malam, lebih baik Kakak menginap di sini." "Ide bagus," sahut Ariana sambil tersenyum lebar. Olivia membawa Ariana memasuki mansion. Saat Olivia dan Ariana memasuki ruang keluarga, di saat yang sama, Felix baru saja keluar dari dalam lift. "Ah, ternyata dia sudah pulang." Olivia membatin, luar biasa bahagia ketika melihat Felix. Olivia pikir Felix masih di kantor, dan akan pulang larut malam. Olivia mengajak Ariana untuk menyapa Felix. Felix dan Ariana pun bertegur sapa. "Kak Ariana mau menginap di sini? Boleh, kan?" "Silakan," sahut santai Felix. "Terima kasih, Felix," ucap Ariana sambil tersenyum. Felix hanya mengangguk. Felix pergi menuju dapur, sementara Olivia langsung membawa Ariana menuju kamar yang malam ini akan Ariana tempati. Setelah mengantar Ariana, barulah Olivia pergi ke kamar. Selang beberapa menit kemudian, Felix datang. Kedatangan Felix bertepatan dengan Olivia yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. "Kenapa hari ini kamu pulang telat?" Olivia melangkah mendekati meja rias, sedangkan Felix langsung menaiki tempat tidur. "Pekerjaan di kantor aku banyak," sahut santai Felix. "Oh," sahut singkat Olivia. Olivia mulai melakukan rutinitasnya, sedangkan Felix yang merasa sangat lelah memutuskan untuk langsung tidur. *** Tepat pada pukul 01.00 dini hari Olivia terbangun dari tidurnya. Secara spontan, Olivia meraba tempat tidur di hadapannya, kedua matanya terbuka ketika tak mendapati Felix di atas tempat tidur. "Ke mana dia?" gumam Olivia sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah kamar. Felix tidak ada di sofa, lalu pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka, sedangkan pintu ke arah balkon dalam keadaan tertutup, itu artinya Felix tidak ada di kedua tempat tersebut. Olivia menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, dan baru saja akan menuruni tempat tidur ketika pintu kamar terbuka, lalu masuklah Felix. Felix terkejut ketika melihat Olivia terbangun. Terkejutnya Felix disadari oleh Olivia. Dalam hati, Olivia jadi bertanya-tanya, kenapa Felix terlihat terkejut ketika melihatnya? "Kamu dari mana?" Olivia akhirnya bertanya. "Dari dapur, ambil air minum." Olivia tidak menanggapi ucapan Felix, tapi malah menatap ke arah kedua tangan Felix yang kosong, tidak membawa apapun. "Lalu mana air minumnya?" Olivia menatap lekat Felix. Pertanyaan kedua Olivia membuat Felix terlihat semakin gugup. Kegugupan Felix disadari oleh Olivia, membuat rasa penasaran Olivia semakin menjadi. "Kenapa dia terlihat sekali sangat gugup?" "Ah, aku tadi minum di dapur," jawab Felix sambil tersenyum, tersenyum canggung lebih tepatnya. "Oh, begitu," sahut Olivia secara singkat. Felix pergi menuju kamar mandi, sedangkan Olivia bergegas menuruni tempat tidur. Olivia keluar dari kamar, dan tujuan Olivia adalah dapur. Ketika Olivia baru saja keluar dari dalam lift, Olivia melihat Ariana baru saja keluar dari ruang makan. Sayangnya Ariana tidak melihat kedatangan Olivia. "Kak Ariana terlihat bahagia," ucap Olivia yang kini memasang raut wajah bingung. Olivia tidak berniat untuk menyapa Ariana, jadi Olivia membiarkan Ariana pergi. Olivia kembali melanjutkan langkahnya, pergi ke dapur. Olivia mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas, kemudian meminumnya. Saat itulah, Olivia tiba-tiba memikirkan tentang Felix dan Ariana. "Apa tadi Kak Ariana dan Felix baru saja melakukan pertemuan?" gumam Olivia yang tanpa sadar, mulai memperhatikan ruang makan. "Tapi kenapa mereka harus bertemu di sini?" lanjutnya dengan raut wajah bingung. Olivia menggelengkan kepalanya, menolak percaya pada pemikirannya sendiri. Tapi tak lama kemudian, raut wajahnya berubah murung. "Tapi ... bagaimana kalau keduanya memang bertemu?" gumamnya penuh kesedihan. Sejak melihat Ariana keluar dari ruang makan dengan raut wajah yang tampak berseri-seri, entah kenapa, perasaannya mulai tak tenang, dan Olivia juga tidak tahu kenapa ia bisa merasa seperti itu. "Tetaplah berpikir positif, Olivia," ucap Olivia pada dirinya sendiri. "Mereka berdua tidak mungkin bertemu di sini?" Setelah menghabiskan air minumnya, Olivia kembali ke kamar. Olivia meraih ponselnya yang ada di atas meja sebelum akhirnya duduk di sofa. "Crisstian." Tanpa sadar, Olivia bergumam, menyebut nama Crisstian ketika mendapatkan sebuah pesan masuk dari Crisstian. Ketika sadar kalau dirinya baru saja menyebut nama Crisstian, Olivia langsung menolehkan kepalanya ke arah Felix, menghela nafas lega ketika melihat Felix sudah tertidur pulas, itu artinya, Felix tidak akan mendengar gumamannya. Olivia merasa sangat penasaran, ingin tahu, apa yang Crisstian kirimkan, jadi Olivia 0 membaca pesan dari Crisstian. Tak lama kemudian, Crisstian kembali mengirim pesan pada Olivia, kali ini Crisstian bertanya, kenapa Olivia belum tidur? Olivia memilih tidak membalas pesan Crisstian. Olivia baru saja akan meletakkan ponselnya ketika ada panggilan masuk dari Crisstian. Olivia panik, jadi langsung menggeser ikon merah yang ada di layar ponselnya, menolak panggilan dari Crisstian. "Dasar pria gila!" Umpat Olivia sambil menatap horor ponselnya. Olivia tak menyangka jika Crisstian akan menghubunginya. Crisstian kembali menghubungi Olivia. Olivia yang sadar kalau Crisstian tidak akan berhenti menghubunginya langsung mengirim pesan pada Crisstian, meminta supaya Crisstian tidak lagi menghubungi. Setelah itu, Olivia mematikan ponselnya, lalu melanjutkan tidurnya. Tapi sayangnya, Olivia tidak bisa tidur. Olivia terus memikirkan Crisstian. "Sial! Kenapa pria b******k itu terus menghantui pikiran gue sih?" Olivia kesal pada dirinya sendiri yang terus memikirkan Crisstian. Olivia sudah mencoba untuk tidak memikirkan Crisstian, tapi semakin ia mencoba untuk tidak memikirkan Crisstian, otaknya malah berkianat. "Akh!" Erang Olivia frustasi. "Lupakan pria b******k itu, dan tidurlah, Olivia." Olivia mencoba kembali memejamkan kedua matanya, dan kali ini, Olivia berhasil tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN