06 - Sekretaris baru.

2570 Kata
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat, 2 minggu sudah berlalu sejak Crisstian tahu jika Queen dan Olivia adalah orang yang sama. Sampai saat ini, Crisstian belum lagi bertemu Olivia. Pertemuan terakhir keduanya adalah ketika Crisstian datang mengunjungi mansion Felix, setelah hari itu, keduanya tidak pernah lagi bertemu. Crisstian sempat pergi mengunjungi club Heaven, berharap kalau dirinya akan bertemu Olivia, sayangnya, Olivia tidak pernah datang lagi mengunjungi club. Crisstian sudah meminta penjaga di club memberi tahu Carlos jika Olivia datang, tapi sampai saat ini, pihak club belum menghubungi Carlos, itu artinya Olivia belum datang mengunjungi club. Crisstian kecewa, tapi sedikit bisa mengerti apa alasan Olivia tidak lagi datang mengunjungi club. Crisstian yakin kalau Olivia pasti tidak mau lagi bertemu dengannya. Crisstian mencoba berpikir positif, mungkin ada alasan lain kenapa Olivia tidak datang mengunjungi club. Saat ini, Crisstian dan Steve tengah berdiskusi, membahas tentang proposal kerja sama yang beberapa hari lalu Felix berikan pada Crisstian. "Bagaimana menurut kamu, Steve?" "Menurut saya, lebih baik kita menerimanya, Tuan." Steve akhirnya memberi tanggapan. "Ok, itu artinya kita sependapat." Crisstian tak bisa menutupi rasa senangnya begitu tahu kalau Steve memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya. "Kalau begitu, segera hubungi sekretaris Felix, katakan pada mereka kalau kita siap menjadi investor dalam proyek yang akan mereka kerjakan." "Baik, Tuan." Steve keluar dari ruang kerja Crisstian, untuk menghubungi sekretaris Felix, sedangkan Crisstian kembali melanjutkan pekerjaannya yang sangat menumpuk. Awalnya Crisstian meminta waktu 1 minggu pada Felix untuk memperlajari proposal kerja sama yang Felix berikan, tapi karena pekerjaan Crisstian sangat banyak, Crisstian meminta waktu lebih, dan Felix memberikannya. Sementara itu di tempat yang berbeda, saat ini, Felix sedang berada di ruang keluarga, duduk santai sambil menikmati secangkir kopi di temani beberapa kudapan lainnya. Hari ini Felix tidak pergi ke kantor karena kondisinya yang kurang fit. Felix mendengar suara langkah kaki mendekat, dan Felix tahu, siapa yang datang menghampirinya. "Felix." "Ada apa?" tanya Felix tanpa berbalik menghadap ke arah Olivia yang baru saja memanggilnya. "Hari ini aku mau pergi untuk melakukan wawancara." Kemarin Olivia baru saja menerima email pemberitahuan kalau hari ini dirinya harus melakukan wawancara, jadi Olivia akan pergi. "Jadi kamu benar-benar serius untuk kembali bekerja?" Fokus Felix masih tertuju pada layar ponselnya, sama sekali tidak berniat untuk menatap Olivia yang saat ini duduk di hadapannya. Felix pikir, ketika beberapa hari yang lalu Olivia meminta izin padanya untuk bekerja, Olivia hanya sedang bercanda, tapi ternyata Olivia serius ingin bekerja. Felix tidak akan melarang Olivia kembali bekerja, dan malah akan mendukung keputusan sang istri. "Iya," jawab lirih Olivia sambil terus menatap Felix. "Silakan." Felix menanggapi dengan singkat, dan tidak mengatakan kalimat lainnya, seperti mengucapkan kata-kata motivasi, misalnya mengatakan, semoga wawancaranya berjalan lancar ya, atau kalimat lainnya. Olivia pergi meninggalkan mansion dengan perasaan kecewa, kecewa karena respon yang Felix berikan sangat dingin, tidak sesuai harapannya. Tak lama setelah Olivia pergi, Felix memutuskan untuk pergi. *** Telepon yang ada di atas meja kerja Crisstian berdering. "Ada apa?" "Tuan, ada kabar baik." "Kabar baik apa?" Crisstian terdengar sekali sangat tidak bersemangat, alasannya karena pekerjaan Crisstian hari ini sangat banyak, cukup menguras pikiran serta tenaganya, membuat Crisstian merasa sangat lelah. "Dari informasi yang baru saja saya dapatkan, kemarin Olivia baru saja melamar di perusahaan kita, dan hari ini dia baru saja selesai melakukan sesi wawancara." Jawaban yang baru saja Steve berikan langsung membuat Crisstian menjadi kembali bersemangat. "Kemarin Olivia melamar pekerjaan di perusahaan kita?" Tanpa sadar, Crisstian bertanya dengan nada tinggi. "Iya, Tuan." Senyum lebar menghiasi wajah Crisstian. "Steve, kamu tidak sedang bercanda kan?" "Saya sama sekali tidak sedang bercanda, Tuan. Hari ini Olivia baru saja selesai melakukan sesi wawancara." "Saya mau dia jadi sekretaris saya, Steve." Tanpa pikir panjang, Crisstian langsung menjadikan Olivia sebagai sekretarisnya. Crisstian tidak akan melewatkan kesempatan yang ada, ia akan memanfaatkannya sebaik mungkin. "Baik, Tuan. Saya akan segera memberi tahu pihak HRD untuk menerima Olivia, menjadikan Olivia sebagai sekretaris Anda." "Ok, terima kasih banyak, Steve." "Sama-sama, Tuan." Awalnya Crisstian memang tak bersemangat, tapi informasi yang baru saja Steve berikan berhasil membuat semangat Crisstian langsung membara. Crisstian bahagia karena akhirnya ia bisa berdekatan dengan Olivia tanpa harus bersusah payah, Olivia yang secara tidak langsung datang sendiri padanya. Tak jauh berbeda dengan Crisstian, saat ini Olivia juga merasa sangat bahagia. Olivia bahagia karena sesi wawancara hari ini berjalan lancar. Kebahagiaan Olivia semakin bertambah ketika dalam perjalanan pulang ia mendapat email yang memberi informasi kalau dirinya di terima bekerja sebagai sekretaris. Kepulangan Olivia di sambut oleh Emily, dan itu membuat rasa bahagia Olivia naik berkali-kali lipat. "Mom!" Teriak Olivia sambil tersenyum lebar. "Hai, Sayang," balas Emily sambil merentangkan kedua tangannya. Olivia berlari menghampiri Emily. Keduanya berpelukan, tak lupa untuk menanyakan kabar satu sama lain, mengingat keduanya sudah lama tidak bertemu. "Mommy ke sini sama siapa?" Olivia melerai pelukannya begitu juga dengan Emily. "Tentu saja bersama Daddy, Sayang." "Lalu di mana Daddy?" "Daddy di sini Olivia." Olivia dan Emily sama-sama menoleh ke samping, ke arah Darius yang baru saja menjawab pertanyaan Olivia. "Dad!" Olivia menghampiri Darius, lalu keduanya berpelukan. "Bagaimana kabar kamu, Sayang?" Darius membelai penuh kasih sayang kepala Olivia. "Seperti yang Daddy lihat, Olivia baik-baik saja," jawab Olivia sambil tersenyum lebar. "Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, Daddy senang mendengarnya." Emily menghampiri Darius dan Olivia yang kini asyik mengobrol, lalu mengajak keduanya pergi menuju ruang keluarga. Emily dan Olivia duduk berdampingan di sofa yang sama, sedangkan Darius duduk di sofa yang berbeda dari keduanya. "Daddy dan Mommy sudah datang dari tadi?" "Daddy dan Mommy baru saja datang sekitar 10 menit yang lalu, Sayang." Emilylah yang menjawab pertanyaan Olivia. "Oh, Olivia pikir, Daddy dan Mommy sudah datang dari tadi." Tanpa sadar, Olivia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, mencari keberadaan sang suami, Felix. "Kita berdua baru saja datang, Sayang." Sekarang giliran Darius yang berbicara. "Daddy dan Mommy sudah bertemu dengan Felix?" Darius dan Emily kompak menggeleng. "Kita berdua belum bertemu dengan Felix, Sayang. Pelayan bilang kalau Felix pergi ke kantor tak lama setelah kamu pergi." Olivia terkejut, tapi dengan cepat, kembali menormalkan mimik wajahnya. Olivia tidak tahu kalau Felix pergi setelah dirinya pergi, karena memang tidak ada yang memberi tahunya, terlebih setahu Olivia, hari ini Felix izin tidak masuk kantor karena sedang tidak enak badan, jadi begitu tahu kalau ternyata Felix pergi ke kantor, Olivia terkejut. "Kamu dari mana, hm? Kenapa hari ini kamu terlihat sekali sangat bahagia, Sayang?" Emily menatap Olivia sambil terus membelai kepala sang menantu. Awalnya Emily berpikir kalau Felix dan Olivia sedang pergi jalan-jalan bersama ketika tahu kalau keduanya tidak ada di mansion, tapi begitu pelayan mengatakan kalau keduanya pergi di waktu yang berbeda, Emily akhirnya tahu kalau keduanya tidak pergi bersama. "Iyakah?" tanya Olivia sambil merangkum wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya sendiri. "Iya, Sayang. Kamu terlihat sekali sangat bahagia." Olivia baru saja akan memberi tahu Emily apa alasan dirinya merasa sangat bahagia ketika mendengar suara mobil milik Felix memasuki halaman mansion. Olivia pamit untuk menyambut kepulangan Felix, sedangkan Darius dan Emily memilih untuk tetap berada di ruang keluarga. Tidak biasanya Olivia menyambut kepulangannya, tapi Felix tahu, apa alasan Olivia menyambut kepulangannya. Olivia hanya akan datang menyambut kepulangannya jika ada orag tuanya, itu artinya, saat ini, orang tuanya sedang datang berkunjung. "Sejak kapan Daddy dan Mommy datang?" "Belum lama kok." Setelah itu Felix tidak lagi berbicara, begitu juga Olivia. Sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Olivia ajukan pada Felix, termasuk bertanya bagaimana kondisi Felix saat ini? Tapi jika Olivia perhatikan secara seksama, Felix terlihat jauh lebih baik dari tadi pagi. Tadi pagi, Felix terlihat sekali sangat murung. Felix terlebih dahulu menyapa Darius, setelah itu barulah menyapa Emily. Olivia kembali duduk di samping Emily, sedangkan Felix memutuskan untuk duduk di sofa yang sama dengan Darius. Tak lama kemudian pelayan datang, membawakan minuman untuk Felix yang baru saja pulang. "Kamu belum memberi tahu Mommy apa alasan kamu merasa sangat bahagia hari ini?" "Ternyata Mommy masih mengingatnya," ucap Olivia dalam hati. Olivia pikir, Emily sudah melupakannya, tapi ternyata Emily malah kembali membahasnya. "Olivia diterima bekerja, Mom." Olivia menjawab dengan pelan pertanyaan Emily. "Kamu melamar pekerjaan?" Tanpa sadar, Emily berteriak. Olivia meringis, sama sekali tidak terkejut atas respon yang baru saja Emily berikan. Olivia sudah menduganya, Emily pasti akan berteriak. "Iya, Mom." Atensi Emily langsung tertuju pada Felix. "Mom, jangan marahi Felix." Olivia tahu kalau Emily pasti akan memarahi Felix. "Olivia sendiri yang mau bekerja, Mom," lanjutnya. "Lalu kenapa kamu tidak melamar pekerjaan di kantor suami kamu, Sayang?" "Tidak ada lowongan pekerjaan di kantor Felix, Mom." Dengan santainya, Felix menjawab pertanyaann Emily. "Alah, alasan aja," balas Emily sambil memutar jengah matanya. "Jadi ... di perusahaan mana kamu bekerja, Sayang?" Darius tahu kemampuan Olivia, jadi ia sangat penasaran, perusahaan mana yang sudah menerima Olivia. "Olivia di terima di perusahaan CRI, Dad, dan Olivia akan bekerja sebagai sekretaris dari CEO CRI," jawab Olivia sambil tersenyum lebar. CRI adalah salah satu perusahaan paling terkenal sekaligus juga bergengsi, jadi Darius, Emily, dan Felix sama-sama terkejut. "Uhuk... Uhuk... Uhuk...." Felix tersedak kopi yang baru saja di minumnya, terlalu terkejut ketika tahu di mana Olivia akan bekerja. Tersedaknya Felix tentu saja menarik perhatian dari semua orang. "Makanya kalau minum itu pelan-pelan," ucap ketus Emily. "Daddy yakin kalau Felix tersedak karena dia terlalu terkejut ketika tahu di mana Olivia akan bekerja. Iya, kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Darius, Felix malah tersenyum tipis. "Kenapa kamu tersenyum?" Emily menatap bingung Felix yang baru saja tersenyum. Felix berdeham, kemudian kembali memasang raut wajah datar. "Tidak apa-apa, Mom." Atensi Felix sepenuhnya tertuju pada Olivia. Tatapan intens Felix membuat Olivia merasa tidak nyaman. "Kamu di terima bekerja sebagai sekretaris CEO CRI?" "Iya," jawab lirih Olivia. "Baguslah kalau kamu akan bekerja sebagai sekretaris dari CEO CRI." Felix tak bisa menutupi rasa bahagianya. "Kamu terlihat sangat bahagia, Felix." Emily tidak akan berhenti bertanya sebelum tahu apa alasan Felix terlihat sangat bahagia. "Tentu saja Felix bahagia, Mom," jawab santai Felix. "Apa Mommy tidak merasa bahagia atas apa yang baru saja Olivia raih? Dia akan bekerja sebagai sekretaris dari CEO CRI, Mom, salah satu perusahaan paling bergengsi di negara kita. Kita semua tahu bagaimana sulitnya bekerja di sana, mengingat tahap seleksinya sangat sulit, dan hanya orang-orang terpilih yang bisa bekerja di sana." "Tentu saja Mommy bahagia." Dengan cepat, Emily menanggapi ucapan Felix. "Daddy juga bahagia, selamat ya, Sayang." Darius langsung memberi Olivia selamat, setelah itu giliran Emily, sayangnya, Felix tidak memberi ucapan selamat, padahal Olivia berharap kalau sang suami juga akan memberinya ucapan selamat. "Mungkin kita akan sering bertemu, Olivia." "Maksud kamu apa, Felix?" Darius menatap bingung Felix, begitu juga dengan Emily dan Olivia. Pertanyaan yang baru saja Darius ajukan mewakili Olivia yang juga mau mengajukan pertanyaan yang sama. "Tadi siang, Steve, asisten pribadi CEO CRI baru saja menghubungi sekretaris Felix, Dad, memberi tahu sekretaris Felix kalau CEO CRI, Crisstian, mau berinvestasi di proyek yang akan perusahaan Felix kerjakan." Felix terlihat sekali sangat bahagia. Darius, Emily, dan Olivia sama-sama terkejut. Darius dan Emily terkejut begitu tahu kalau perusahaan Felix akan bekerja sama dengan CRI, sedangkan Olivia terkejut begitu mendengar nama Crisstian. "Ada banyak pria yang bernama Crisstian di dunia ini, mereka pasti bukan orang yang sama. Mereka pasti orang yang berbeda." Olivia terus meyakinkan dirinya sendiri kalau Crisstian yang Felix maksud bukanlah Crisstian yang sama dengan Crisstian yang sudah menghabisi malam dengannya. "Jadi ... perusahaan kalian berdua akan bekerja sama?" "Iya, Dad." Pembicaraan antara Darius dan Felix terus berlanjut, keduanya membahas tentang awal mula kenapa Felix bisa mengajukan proposal pada Crisstian. "Sayang!" Emily menegur Olivia. "Kamu kenapa? Kok melamun?" Olivia tersadar dari lamunannya. "Olivia tidak apa-apa, Mom." "Olivia, apa kamu ingat dengan pria yang datang berkunjung ke mansion beberapa minggu yang lalu?" "Tolong jangan katakan kalau pria itu adalah CEO CRI!" Teriak Olivia dalam hati. "Tentu saja aku mengingatnya, apa dia CEO CRI?" Olivia tidak mungkin melupakan hari itu, hari di mana dirinya kembali bertemu dengan pria yang sudah melakukan hubungan seks dengannya. Olivia menunggu jawaban Felix dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Olivia berharap Felix menggeleng, mengatakan kalau Crisstian yang itu bukanlah CEO CRI. Sayangnya, doa dan harapan Olivia tidak terkabul, karena bukannya menggeleng, Felix malah mengangguk. "Iya, dia Crisstian, CEO CRI." "Sial! Ternyata mereka orang yang sama!" Umpat Olivia dalam hati. Olivia mencoba untuk tetap terlihat santai meskipun sebenarnya saat ini Olivia sedang merasa panik sekaligus shock. "Ya Tuhan, kebetulan macam apa ini?" Dalam hati, Olivia terus menggerutu, benar-benar tak menyangka jika ternyata CEO CRI adalah pria yang sama. "Kapan kamu akan mulai bekerja sebagai sekretaris Crisstian?" "Besok," jawab pelan Olivia. Felix tidak lagi memberi tanggapan. Darius dan Felix mulai mengobrol, membahas tentang proyek yang sebentar lagi akan perusahaan Felix kerjakan, begitu juga dengan Emily dan Olivia yang kini membahas tentang pekerjaan Olivia sebagai sekretaris. "Dad, Mom, Olivia ke kamar dulu ya." "Kamu pasti lelah, istirahatlah." "Iya, Mom." Olivia pergi ke kamar setelah pamit pada Darius, Emily, dan juga Felix. Meskipun saat ini ada Darius dan Emily, tapi Olivia memutuskan untuk pergi ke kamarnya sendiri. Kamar yang sudah lama tidak Olivia datangi. Sesampainya di kamar, Olivia melemparkan tasnya ke sofa, lalu duduk di depan meja kerjanya. Olivia mengetikan nama CRI, tak lama kemudian muncul semua informasi tentang perusahaan tersebut, termasuk informasi tentang sang CEO, Crisstian. "Crisstian Immanuel Rodriguez," gumam Olivia tanpa sadar. Olivia terus membaca informasi tentang Crisstian. "Sial! Seharusnya gue cek dulu, siapa CEO CRI sebelum gue melamar kerja di sana." Olivia tidak tahu apa yang terjadi padanya pada hari itu, padahal sebelum melamar pekerjaan ke perusahaan lain, ia terlebih dahulu melakukan riset, tapi kenapa ia malah bisa lupa, lupa tidak melakukan riset pada CRI. "Dasar bodoh! Bodoh!" Umpat Olivia sambil memukul ringan keningnya sendiri. "Sial! Sekarang apa yang harus gue lakukan?" Tanpa sadar, Olivia menggigit ujung kukunya. Saat gugup, maka tanpa sadar Olivia akan menggigit ujung kukunya. Untungnya kebiasaan buruk tersebut hanya berlaku ketika Olivia sedang sendiri. Awalnya Olivia merasa sangat bahagia karena berhasil mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan paling bergengsi, tapi rasa bahagia Olivia langsung hilang begitu tahu kalau CEO CRI adalah pria yang sudah melakukan hubungan one nigth stand dengannya, lain halnya dengan Crisstian yang sampai saat ini masih merasa sangat bahagia begitu tahu kalau Olivialah yang akan menjadi sekretaris barunya. Saking bahagianya, Crisstian bahkan sampai semangat bekerja. Seharusnya sejak 1 jam yang lalu, Crisstian sudah pulang, tapi karena pekerjaan Crisstian hari ini sangat banyak, Crisstian memutuskan untuk tinggal lebih lama di kantor. Crisstian sudah menghubungi Sein, memberi tahu sang Mommy kalau hari ini ia akan pulang terlambat, jadi Sein tidak harus menunggunya untuk makan malam. Crisstian tidak sendiri, tapi di temani oleh Steve. Crisstian sudah meminta Steve untuk pulang, tapi Steve menolak, dan memutuskan untuk menemani sang atasan lembur. "Steve." "Iya, Tuan." "Kapan Olivia akan mulai bekerja?" Crisstian takut kalau Olivia akan mengurungkan niat bekerja di perusahaannya begitu tahu kalau dirinya adalah orang yang akan menjadi atasan Olivia, karena itulah, tadi Crisstian sudah memberi perintah pada Steve untuk langsung menghubungi Olivia, meminta Olivia untuk menandatangani kontrak kerja sama. Olivia sudah melakukannya, membuat Crisstian luar biasa lega. "Besok lusa, Tuan." Crisstian tersenyum lebar, seketika merasa tidak sabar, ingin segera bertemu dengan Olivia. Crisstian tiba-tiba merasa sangat penasaran, apa sekarang Olivia sudah tahu tentangnya? Atau sampai saat ini, Olivia belum tahu tentang dirinya? "Lalu kapan meeting dengan perusahaan Felix akan dilakukan?" "Sampai saat ini saya masih berdiskusi dengan asisten pribadi Tuan Felix, Tuan. Kita masih mencoba mencari hari di mana jadwal Anda dan Tuan Felix sama-sama kosong." Jadwal Crisstian untuk beberapa hari ke depan sudah sangat padat, begitu juga Felix, membuat Steve dan asisten pribadi Felix sedikit kesulitan untuk mencocokkan jadwal keduanya. "Ok," jawab Crisstian. Crisstian kembali fokus pada pekerjaannya, begitu juga Steve.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN