16 - Rencana Beatrice!

2427 Kata
Langkah kedua kaki Crisstian terhenti ketika melihat Olivia yang saat ini berdiri di depan lift, menunggu lift terbuka. Steve yang sejak tadi berjalan di belakang Crisstian juga ikut menghentikan langkahnya. Steve menatap bingung sang atasan yang tiba-tiba berhenti, bahkan nyaris membuatnya menabrak Crisstian. Kedatangan Crisstian dan Steve di sadari oleh Olivia. Secara spontan, Olivia menoleh ke arah Crisstian dan Steve. Crisstian, Steve, dan Olivia baru saja selesai meeting. Setelah meeting selesai, Olivia langsung keluar dari ruang meeting, sedangkan Crisstian dan Steve memilih untuk mengobrol dengan para dewan direksi. Senyum manis di wajah cantik Olivia hilang begitu melihat raut Crisstian yang tak bersahabat. "Sebenarnya dia kenapa sih?" gumam Olivia yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Kemarin Olivia sempat berpikir kalau Crisstian marah padanya, dan hari ini, Olivia semakin yakin kalau Crisstian memang marah padanya Olivia ingin sekali bertanya pada Crisstian, apa dirinya sudah melakukan kesalahan? Tapi niat tersebut langsung Olivia urungkan ketika ia yakin kalau dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. "Biarkan saja lah." Akhirnya Olivia memilih untuk tak ambil pusing. "Ada apa, Tuan? Apa ada barang yang tertinggal?" Crisstian menjawab pertanyaan Steve dengan gelengan kepala. Crisstian kembali melanjutkan langkahnya, begitu juga Steve. "Pak." Mau tak mau, Olivia menyapa Crisstian. Crisstian tidak membalas sapaan Olivia. Olivia melangkah mundur, membiarkan Crisstian dan Steve berdiri di hadapannya. "Dasar pria menyebalkan!" Umpat Olivia dalam hati. Olivia seketika merasa jengkel karena Crisstian tidak membalas sapaannya. "Olivia." Nama Olivia yang di panggil, tapi yang menoleh pada asal suara bukan hanya Olivia tapi juga Crisstian, dan juga Steve. Raut wajah Crisstian tetap datar, berbeda dengan Olivia yang mimik wajahnya langsung berubah. "Leo?" Gumam Olivia dengan kedua mata melotot. Reaksi Olivia tak lepas dari pengamatan Leo. Leo tersenyum lebar, tahu kalau Olivia pasti terkejut begitu melihatnya. Leo berlari mendekati Olivia. Olivia dan Leo memang saling mengenal, mengingat keduanya pernah berkuliah di kampus yang sama dengan jurusan yang sama pula. "Pak." Leo terlebih dahulu menyapa sang atasan, Crisstian. Crisstian hanya mengangguk, setelah itu kembali fokus pada lift di hadapannya. "Lo beneran Leo kan?" tanya Olivia sambil memindai penampilan Leo, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tawa Leo lolos. "Iya, gue Leo, Olivia." "Omg!" Pekik Olivia dengan binar bahagia yang terlihat jelas di wajahnya. "Mau makan siang bersama?" Leo bertanya dengan pelan, tapi Crisstian yang saat ini berdiri di hadapan Olivia dan Leo bisa mendengar jelas pertanyaan Leo pada Olivia. "Tolak, Olivia!" ucap Crisstian dalam hati. Crisstian mau, Olivia menolak ajakan Leo untuk makan siang bersama. Olivia terkejut, sama sekali tak menyangka kalau Leo akan mengajaknya makan siang bersama. Lift terbuka. Crisstian dan Steve melangkah memasuki lift. Crisstian melangkah dengan perasaan campur aduk. Crisstian berharap kalau Olivia mengikuti langkahnya, lalu menolak ajakan makan siang dari Leo. "Ok, ayo kita makan siang bersama." Sayangnya, Olivia malah setuju untuk makan siang bersama Leo. Senyum di wajah Leo semakin lebar. Ketika Crisstian berbalik menghadap ke arah lift, Olivia dan Leo melangkah pergi. Leo mengajak Olivia untuk makan di restoran terdekat. Saat ini, Olivia dan Leo sudah berada di restoran favorit Leo. Keduanya memilih untuk makan di ruang terbuka. "Saat pertama kali gue dengar kalau lo bekerja sebagai sekretaris Pak Crisstian, jujur aja gue shock." "Cih!" Secara spontan, Olivia berdecak, sedangkan Leo malah tertawa terbahak-bahak. "Gue serius, Olivia," balas Leo disela tawanya. "Dan tadi, gue juga terkejut saat melihat lo," balas Olivia. "Lo beneran kerja di perusahaan Pak Crisstian, kan?" "Iya, gue udah kerja di perusahaan Pak Crisstian sejak 4 tahun yang lalu." "Wow, lama juga ya." Olivia terkejut, tak menyangka jika Leo sudah lama bekerja di perusahaan Crisstian. "Lo kerja di bagian apa?" Leo lantas memberi tahu Olivia apa jabatan yang saat ini dirinya pegang. Leo tiba-tiba membicarakan tentang Crisstian. "Btw, apa Pak Crisstian punya kekasih?" Pertanyaan Leo mengejutkan Olivia. "Loh, kenapa lo nanya sama gue? Kan lo yang udah lama kerja sama Pak Crisstian." "Ya emang sih, tapi kita kan di tempat yang berbeda, dan gue juga enggak sedekah lo sama dia." "Setahu gue si belum." Olivia menjawab tenang pertanyaan Leo sebelumnya. "Apa jangan-jangan Pak Crisstian belok ya?" gumam Leo. "Dia enggak belok kaya lo ya!" Sahut tegas Olivia sambil menoyor kepala Leo. Leo terkekeh. "Tapi asal lo tahu ya, gue itu udah tobat ya." Olivia melototkan kedua matanya, menatap Leo dengan raut wajah shock. "Serius?" tanyanya dengan nada tinggi. "Iya dong," jawab Leo penuh kebanggaan. "Sejak kapan?" "Sejak 2 tahun yang lalu mungkin." "Leo, lo enggak bercanda, kan?" "Gue serius, Olivia." "OMG! Syukurlah." Olivia langsung mengucap syukur. Olivia benar-benar merasa sangat bahagia karena sekarang Leo sudah kembali pada kodratnya. "Jadi ... sekarang lo jomblo atau?" Olivia sengaja menggantung ucapannya. "Sampai saat ini gue masih jomblo, tapi gue naksir sama salah satu pegawai di tempat kita kerja saat ini." Untuk kedua kalinya, Olivia terkejut. "Wah, lo emang penuh kejutan," ucap Olivia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo suka sama siapa?" tanyanya penasaran. Obrolan antara Leo dan Olivia harus berakhir ketika makanan yang keduanya pesan telah datang. Jika Olivia dan Leo tampak bahagia, maka hal sebaliknya justru terjadi pada Crisstian yang saat ini di selimuti oleh Aura hitam. "Akh!" Crisstian mengerang sambil mendang sofa. Alasannya tentu saja karena Olivia yang saat ini sedang makan siang bersama Leo. Crisstian merasa resah sekaligus gelisah. "Kenapa dia belum kembali juga?" Keluh Crisstian sesaat setelah melihat meja kerja Olivia masih dalam keadaan kosong, tapi tak lama kemudian, atensi Crisstian beralih pada kamera yang mengarah ke arah lift. Crisstian bernafas lega setelah melihat Olivia baru saja keluar dari dalam lift. "Ck! Kenapa dia terlihat sangat bahagia?" gerutunya dengan raut wajah masam. Olivia keluar dari lift dengan senyum lebar di wajahnya, dan itu membuat Crisstian merasa tak senang. Olivia pergi bersama Leo, jadi Crisstian langsung berpikir kalau Leo lah orang yang sudah membuat Olivia tersenyum lebar. Crisstian yang saat ini diselimuti oleh emosi melangkah keluar dari ruang kerjanya. Pintu ruang kerja Crisstian yang terbuka secara kasar mengejutkan Olivia yang baru saja akan duduk di balik meja kerjanya. Senyum di wajah Olivia hilang begitu melihat aura Crisstian yang sangat menyeramkan. Jantung Olivia langsung berdetak cepat saat tahu ke mana tujuan Crisstian. "Bagaimana makan siangnya? Enak?" Crisstian bertanya sinis. Pertanyaan bernada sinis Crisstian mengejutkan sekaligus membuat bingung Olivia. Pertama, Olivia terkejut karena pertanyaan Crisstian, lalu yang kedua, Olivia bingung karena nada bicara Crisstian yang sangat sinis. "Sebenarnya apa yang terjadi pada pria menyebalkan ini?" Umpat Olivia yang kini menatap sinis Crisstian. Sekarang Olivia benar-benar berpikir kalau Crisstian marah padanya. Olivia tidak mau marah-marah, jadi Olivia menarik dalam nafasnya, kemudian menghemuskannya secara perlahan-lahan. "Makanan yang saya makan siang ini rasanya sangat enak, Pak," jawabnya penuh ketenangan meskipun sebenarnya Olivia ingin sekali menjawab ketus pertanyaan Crisstian. Crisstian berdecak. "Apa saya melakukan kesalahan?" Olivia melembutkan tatapan matanya. Bukannya menjawab pertanyaan Olivia, Crisstian malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Rasanya Crisstian ingin sekali mengangguk, lalu memberi tahu Olivia, kesalahan apa yang sudah Olivia lakukan sampai akhirnya ia marah pada kekasihnya itu. Setelah melihat reaksi Crisstian, Olivia semakin yakin kalau Crisstian memang marah padanya. "Kembalilah bekerja," ucap lirih Crisstian. Crisstian pergi dari hadapan Olivia dan kembali memasuki ruang kerjanya. Olivia memilih untuk tidak mengejar Crisstian. Pekerjaan Olivia masih menumpuk, dan itu semua harus segera Olivia selesaikan hari ini juga. Nanti setelah semua pekerjaannya selesai, Olivia akan mencoba untuk berbicara dengan Crisstian. Olivia tidak akan bisa tenang sebelum tahu, kesalahan apa yang sudah ia lakukan pada Crisstian. "Sekarang lebih baik lo fokus sama pekerjaan lo, Olivia." Olivia menyemangati dirinya sendiri. *** Olivia baru saja akan memasuki mobil ketika ponsel yang ada dalam genggaman tangan kanannya berdering. "Daddy," gumam Olivia sesaat sebelum mengangkat panggilan dari Hamond. "Halo, Dad," sapanya penuh keceriaan. "Hai, Sayang." "Ada apa, Dad?" Olivia melanjutkan langkahnya memasuki mobil. "Apa kamu tidak merindukan Daddy, Sayang?" "Tentu saja Olivia sangat merindukan Daddy." "Kalau begitu, datanglah, Daddy ingin bertemu." "Ok, Olivia akan datang menemui Daddy." Olivia tidak akan menolak ajakan Hamond, karena Olivia juga sangat merindukan Hamond. "Ok, Daddy tunggu. Bye, Sayang." "Bye, Dad." Setelah sambungan teleponnya dengan Hamond berakhir, Olivia lantas memberi tahu Vero ke mana tujuan mereka selanjutnya. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit lamanya, Olivia akhirnya sampai di mansion milik orang tuanya. Kedatangan Olivia di sambut hangat oleh para pelayan. Olivia baru saja memasuki ruang keluarga ketika mendengar suara yang berasal dari arah lift. "Olivia!" Hamond tersenyum lebar, dan langsung melangkah mendekati sang putri sambil merentangkan kedua tangannya. Olivia terkekeh, Hamond dan Olivia berbasa-basi, saling menanyakan kabar satu sama lain. Setelah itu, keduanya duduk di sofa yang sama. "Kak Ariana mana, Dad?" "Dia sedang pergi jalan-jalan bersama degan teman-temannya, Sayang." "Oh, kalau Mommy?" "Mommy ada di kamar, sebentar lagi juga turun kok." Olivia hanya mengangguk. "Daddy dengar, kamu kembali bekerja sebagai sekretaris, apa itu benar?" Hamond terus mengusap penuh kasih sayang rambut panjang Olivia yang terjuntai. "Benar, Dad. Olivia kembali bekerja sebagai sekretaris." Olivia memang belum memberi tahu Hamond tentang kegiatan barunya. "Apa uang Felix berikan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kamu, Olivia? Sampai-sampai kamu memilih untuk bekerja lagi sebagai sekretaris?" Pertanyaan bernada sinis tersebut terlontar dari mulut Beatrice yang sedang menuruni anak tangga, dan kebetulan mendengar pembicaraan antara Hamond dan Olivia. Hamond dan Olivia sontak menoleh ke arah Beatrice dengan raut wajah berbeda. Hamond menatap tajam Beatrice, sedangkan Olivia hanya bisa tersenyum simpul begitu mendengar pertanyaan sinis dari sang Ibu tiri. Ini bukan kali pertama Olivia mendengar Beatrice berbicara secara sinis padanya, karena ia sudah mendengarnya sejak ia masih kecil, tapi entah kenapa, sampai saat ini Olivia masih saja selalu merasa sakit hati. Olivia sudah berulang kali mencoba untuk tak merasa asakit hati, namun nyatanya itu semua tidaklah mudah. "Uang yang Felix berikan jauh lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan Olivia, Mom. Alasan Olivia bekerja lagi karena Olivia merasa bosan di mansion, toh Felix juga sama sekali tidak melarang Olivia untuk kembali bekerja, begitu juga dengan Daddy Darius dan Mommy Emily, mereka mendukung keputusan Olivia untuk kembali bekerja," balas Olivia sambil tersenyum lebar. Beatrice tidak menanggapi ucapan Olivia, tapi jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Beatrice merasa kesal begitu tahu kalau Darius dan Emily mendukung keputusan Olivia untuk kembali bekerja. Beatrice tahu kalau Olivia tidak sedang membual. Beatrice pergi meninggalkan Hamond dan Olivia, sama sekali tidak berniat untuk menyapa Olivia. Hamond mengulurkan tangan kanannya, mengusap penuh kasih sayang kepala Olivia. "Tolong maafkan ucapan Mommy ya, Sayang." "Iya, Dad," jawab Olivia sambil tersenyum lebar. Olivia tidak mau memperlihatkan kesedihannya pada Hamond. "Jadi ... di mana kamu bekerja?" Semenjak Olivia menikah dengan Felix, Hamond menarik orang-orang yang sebelumnya ia kerjakan untuk menjaga Olivia, jadi sekarang, Hamond tidak terlalu tahu, apa saja yang terjadi pada Olivia. Hamond tidak mau membuat Olivia merasa terkekang, meskipun sebenarnya Olivia sudah mengatakan sama sekali tidak keberatan jika harus dikelilingi oleh para pengawal. Tapi setelah Hamond pikirkan secara matang-matang, Hamond memutuskan untuk memberi Olivia kebebasan. Hamond yakin kalau Olivia pasti akan baik-baik saja selama bersama dengan Felix. Hamond tahu kalau Olivia sudah kembali bekerja dari Darius. Sama seperti Darius, Hamond juga sama sekali tidak keberatan atas keputusan Olivia. Hamond mendukung penuh apapun keputusan yang Olivia ambil. Jika itu memang bisa membuat Olivia bahagia, kenpa tidak? "Olivia bekerja di perusahaan No One, Dad." Ekspresi wajah Hamond berubah menjadi terkejut, tapi tak lama kemudian, senyum lebar menghiasi wajah Hamond. Perubahan ekspresi wajah Hamond di sadari oleh Olivia. "Kenapa Daddy terlihat sangat bahagia?" "Tentu saja Daddy merasa bahagia, Sayang." "Kenapa?" tanya Olivia sambil bersedekap. "Karena Daddy tahu, kamu bekerja di tempat yang tepat." "Maksudnya tempat yang tepat?" "Apa kamu tahu, kalau sangat sulit untuk bisa bekerja di sana? Bisa bekerja di sana adalah suatu kebanggaan, Sayang. Daddy yakin, kamu pasti akan mendapatkan banyak sekali pengalaman sekaligus tantangan baru." "Olivia sama sekali tidak merasa bangga, Dad. Justru Olivia menyesal," balas Olivia dalam hati. "Kamu bekerja sebagai sekretaris dari ....?" "CEO utama mereka, Dad." "Crisstian?" Tebak Hamond. "Iya," jawab Olivia sambil mengangguk. "Apa Daddy mengenal Crisstian?" "Tentu saja Daddy mengenal Crisstian. Daddy pernah beberapa kali bertemu Crisstian saat menghadiri acara-acara penting seperti ulang tahun perusahaan, rekan bisnis, acara amal, atau acara-acara lainnya. Lagipula siapa yang tidak mengenal Crisstian?" "Apa dia sangat terkenal?" Olivia jadi penasaran, sebenarnya seberapa terkenalnya Crisstian? "Tentu saja, Sayang," jawab Hamond sambil tersenyum lebar. "Dia sangat terkenal di kalangan para pembisnis, karena di usianya yang masih terbilang sangat muda, dia sudah sukses mengembangkan perusahaan yang didirikan oleh Daddynya. Bahkan ada banyak sekali rekan bisnis Daddy yang menginginkan Crisstian menjadi menantu mereka." "Benarkah?" gumam Olivia shock. "Tentu saja, Sayang. Daddy juga mengenal orang tuanya, terutama Daddynya, karena dulu, kita pernah menjalin kerja sama." Olivia tiba-tiba merasa deg-degan setelah mengetahui fakta kalau Hamond mengenal orang tua Crisstian. Sepertinya keduanya mengenal dekat. "Ah, begitu," gumamnya sambil tersenyum tipis. "Dari gosip yang beredar, katanya sampai saat ini, Crisstian masih single? Apa itu benar?" Hamond tiba-tiba merasa penasaran tentang kehidupan pribadi Crisstian. Pertanyaan Hamond mengejutkan Olivia, membuat pikiran Olivia berubah menjadi negatif. "Ke-kenapa Daddy menanyakan hal itu pada Olivia?" "Karena kamu kan sekretarisnya, yang itu artinya, ada banyak waktu yang kamu habiskan bersama Crisstian. Siapa tahu, kamu tahu sesuatu tentang Crisstian." "Oh begitu," balas Olivia sambil tersenyum lega. "Setahu Olivia, dia memang belum memiliki kekasih, Dad." Olivia tidak akan mengatakan pada Hamond kalau Crisstian sudah memiliki kekasih, karena sampai saat ini, dan selamanya, Olivia tidak pernah merasa jika dirinya adalah kekasih Crisstian. Tanpa Hamond dan Olivia sadari, pembicaraan keduanya sejak tadi didengarkan oleh Beatrice. Binar bahagia terlihat jelas di kedua mata Beatrice begitu tahu kalau Crisstian belum memiliki kekasih. Beatrice tiba-tiba memiliki rencana untuk mendekatkan Ariana dengan Crisstian. Saat ini keduanya sama-sama single. Jadi tidak ada salahnya kan untuk mencoba mendekatkan keduanya, siapa tahu keduanya cocok. "Tentu saja Ariana harus memiliki suami yang jauh di atas suami Olivia dan sepertinya, orang yang tepat untuk menjadi suami Ariana adalah Crisstian," gumam Beatrice sambil tersenyum lebar. Hamond sudah lama tidak bertemu Olivia karena sibuk dengan urusan pekerjaannya di luar kota, jadi Hamond meminta Olivia untuk tinggal lebih lama. Olivia juga masih merindukan Hamond, jadi Olivia tak menolak ketika sang Daddy memintanya untuk tinggal lebih lama. Saat dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya, Olivia sudah mengirim pesan pada Felix, memberi tahu Felix kalau dirinya langsung pergi menuju rumah orang tuanya. Seperti biasa, Felix tidak membalas pesannya, bahkan Olivia yakin kalau Felix tidak membacanya. Olivia tahu kalau percuma saja ia memberi tahu Felix ke mana dirinya pergi, karena sang suami pasti tidak akan peduli, tapi meskipun tahu kalau itu semua percuma, Olivia tetap memberi kabar pada Felix, berharap kalau suatu saat nanti, Felix akan membalas pesannya. Olivia pergi meninggalkan kediaman orang tuanya seusai menikmati makan malam bersama Hamond dan Beatrice. Sesampainya di mansion, Olivia mendapati fakta kalau sang suami belum pulang. Olivia yakin kalau Felix pasti lembur, jadi Olivia memutuskan untuk langsung istirahat dan tidak menunggu Felix pulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN