Saat ini Raizel telah sampai di kediaman kakeknya. Isak tangis masih terdengar dari keluarga. Kakeknya belum dimakamkan karena sengaja menunggu Raizel pulang. Sebuah penyesalan teramat dalam merasuki Raizel. Kakeknya yang mengantarkannya oada posisi sekarang, tapi saat kakeknya tiada, ia tak bisa berada di sampingnya. Sejak kecil kakeknya selalu mendukung apa yang ingin ia lakukan. Cita-citanya, ambisinya, dan menjadi pemberi penyemangat kedua setelah ayahnya. "Raizel, kau pulang?" Sang ibu segera menyambut dengan kedua mata yang sembab. "Bagaimana bisa? Bukankah kakek masih baik-baik saja? Ia baru menghubungiku seminggu yang lalu," ujar Raizel yang kini terduduk menatap sang kakek yang telah tiada. Rasanya baru kemarin kakeknya menghubunginya bahkan bersenda gurau dengannya dengan mem