Bastard gelo
Jam mengajar pertama sudah berakhir tapi hukuman Edsel belum selesai juga. Shaqilea dan Faeyza sudah pergi dari perpustakaan. Semangat yang semenjak tadi muncul itu kini telah lenyap bersamaan dengan keluarnya Shaqilea. Rasa letih itu kini baru terasa.
“Perasaan nih kerjaan kagak kelar-kelar dah,” celetuk Edsel.
“Lebih baik gue kabur aja, dari pada terus-terusan jadi babu disini,” batinnya.
Selagi penjaga itu sedang mengelilingi rak-rak yang ada di sana Edsel mencoba keberuntungannya untuk keluar dari perpustakaan itu. Berhasil, Edsel sudah keluar dari perpustakaan. Dengan tas yang ia gendong di sebelah kirinya dan tangan kanan yang ia masukkan ke dalam kantong celananya, Edsel berjalan dengan begitu santainya.
Edsel megeluarkan ponselnya dan membuka room chat dengan sahabatnya.
~Bastard gelo~
Edsel
Gue tunggu di rooftop sekarang!!
Kenzo
Tayi lo kagak masuk?
Edsel
Tayi gue udah gue siram di toilet njir.
Kenzo
Ok fix gue bunuh lo di sana!
Zelond
Yakin lo Zo berani bunuh Edsel, di tatap aja udah gemeteran gitu.
Kenzo
Diam lo ze.
Edsel
Cepatan lo semua kesini, kasih tau ke Raegan juga.
Raegan
Otw
Zelond
2
Kenzo
3
Edsel keluar dari room chat dan mengunci ponselnya. Ia berjalan ke arah rooftop dan menunggu sahabatnya disana.
Sambil menunggu sahabatnya datang ia mengeluarkan sebungkus rokok beserta dengan pematiknya. Di nyalakan pematik itu ke arah rokok yang sudah berada di mulutnya. Asap itu kini mengepul.
Di rooftop itu ia telah di pukul telak oleh seseorang yang dicintainya Shaqilea Alester. Edsel tersenyum getir mengingat kejadian kemarin yang di alaminya.
Pintu rooftop itu terbuka sosok sahabat Edsel telah datang. Ketika mereka sudah berada di sampingnya Edsel menyerahkan rokoknya untuk berbagi dan langsung diterima dengan baik oleh mereka.
“Bolos kagak ngajak-ngajak lo,” sindir Kenzo.
“Udah baikan lo Sel?” tanya Raegan.
“Seperti yang di liat.”
Zelond mengamati sekitar rooftop “Gila, kok gue jadi parno ya, gue keingat lo terkapar disini loh Sel,”
“Ckck.... Gak usah di inget makanya.”
“Jadi lo langsung ke rooftop dan nggak ketahuan sama Pak Hari?”
“Awalnya sih emang nggak ketahuan, cuman gara-gara berantem sama si Faeyza jadinya ketahuan.”
“Faeyza temennya Shaqilea?” tanya Zelond memastikan.
“Hm..”
Edsel menyalakan kembali rokoknya yang kedua. Memainkan kepulan asapnya ke udara dengan berbagai bentuk. Di ikuti juga dengan yang lain. Satu bungkus rokok sudah mereka habiskan.
“Yah habis,” ucap Kenzo.
Edsel melempar satu bungkus rokok yang masih baru dari dalam tasnya “Tenang stok gue masih banyak. Jangan kaya orang miskin deh.”
“Gue udahan, udah ngabisin tiga juga,” ucap Raegan.
“Baru juga tiga gue aja yang lima masih mau nambah,” sahut Kenzo.
“Itu sih emang lo yang gak ada puasnya,” timbal Zelond.
Mereka kembali mengisap kembali rokoknya hingga tandas tidak tersisa. Dirasa sudah cukup Edsel menggendong tasnya.
“Mau kemana lo,”
“Bentar lagi bel. Kalian mau tetap disini?”
“Kagak jadi bolos nih, gue pikir lo ngajak kita kesini buat ngebolos, ternyata cuman nemenin lo ngerokok doang,”
“Tapi lo juga ikutan kan? Kalau nemenin doang nggak mungkin lo ngikut ngerokok.”
“Ribut aja terus,” ucap Raegan.
Raegan berjalan mendahului mereka bertiga. Sampai di lorong pertigaan mereka bertemu dengan Shaqilea. Edsel tidak bergeming hanya berdiri terpaku di tempatnya. Begitupun dengan Shaqilea hanya melewatinya saja. Edsel dan teman-temannya hanya akan di anggap sebagai angin lewat saja.
Ingin rasanya Edsel mengejar Shaqilea, tapi lagi- lagi sosok Gavin mendahuluinya mereka bahkan berbincang-bincang dan berjalan beriringan.
“Panas-panas,” sindir Kenzo.
“Kelihatannya Shaqilea akrab bangetnya sama Gavin,” celoteh Zelond.
“Bukan akrab lagi itu udah lengket, wah lo kalah saing Sel,”
Mendengar kalimat-kalimat yang di lontarkan oleh Kenzo dan Zelond membuat emosinya menyulut. Wajah itu kelihatan menahan amarah, tangannya ia kepal. Ia siap untuk melayangkan pukulan kembali kepada Gavin seperti kemarin.
“Udah Sel nggak usah dengerin ucapan si dua kunyuk ini, bentar lagi bel istirahat akan berakhir!” ucap Raegan.
Persetan dengan ucapan Raegan ia pun berlari menghampiri keberadaan Shaqilea dan Gavin.
#BUGH
Edsel memukul Gavin dari arah belakang membuatnya tersungkur ke depan. Shaqilea yang berada di samping Gavin merasa kaget melihat Gavin yang tiba-tiba ada yang mukul dari arah belakangnya.
“Lo lagi?”
“Lo emang suka banget buat keributan ya..” sambung Shaqilea.
Edsel mengabaikan ucapan dari Shaqilea, ia meraih kerah seragam Gavin. Mengangkat tubuh Gavin untuk segera bangun dan langsung menyudutkannya ke arah tembok. Namun saat hendak melayang pukulan pada bagian wajahnya, tangan Edsel di cekal oleh sosok wanita yang berada di sampingnya yaitu Shaqilea.
Shaqilea menarik Gavin untuk berada di belakangnya. Posisi disini Shaqilea menyelamatkan Gavin dari amarah Edsel.
“Bisa nggak sih lo nggak usah pake kekerasan. Nggak semua hal itu bakal selesai dengan cara memukul,” jelas Shaqilea.
“Terus aja lo belain dia. Kalau lo terus-terusan belain kaya gini, dia bakalan besar kepala.”
“Gue lebih tau mana yang benar dan mana yang salah!”
Gavin tersenyum mengejek, memperlihatkan bahwa ia memang pantas mendapatkan perhatian dari Shaqilea. Melihat ekspresi yang di berikan oleh Gavin, Edsel semakin muak dan sedikit mendorong Shaqilea agar dapat meraih Gavin. Di tempelkanlah tubuh Gavin ke tembok, di pukul bagian rahangnya.
“Lo berdua sih, main manas-manasin Edsel jadinya beginikan,” ucap Raegan jauh di belakang perkelahian Edsel.
“Bantuin gue pisahin mereka,” lanjutnya.
“Lo sih Zo,”
“Lah, terus aja gue yang di salahin.”
Raegan, Kenzo dan Zelond berlari menuju tempat kejadian. Disana Shaqilea berusaha untuk menyelamatkan Gavin dari amukan Edsel.
“Dasar muka dua, terus aja caper seakan-akan terlihat tak berdaya agar dapat perhatian. Cuihhh muak gue lihatnya,” celoteh Kenzo.
“Kalau gak caper namanya bukan Gavin! Paham lo sampai sini,” balas Zelond.
Raegan menarik tubuh Edsel agar menjauh dari Gavin. Terlihat sudut bibir Gavin mengalir darah segar.
Edsel sungguh tidak bisa mengontrol emosinya. Edsel melepaskan tarikan dari Raegan dan maju kembali untuk mendekati Shaqilea. Ia ingin menarik dan membawa Shaqilea pergi dari sini. Keadaan lorong cukup sepi, semua murid sudah memasuki kelasnya.
“Edsel.......” teriak seorang guru.
Teriakan itu membuatnya mengurungkan niat untuk membawa Shaqilea pergi.
“Ikut saya ke ruangan,” guru itu mengintrupsikannya.
“Iya Pak nanti, urusannya saya belum selesai,”
“Beraninya kamu membantah saya? Urusan apa, urusan untuk memukul anak orang.”
“Cepat ke ruangan saya, atau saya akan kasih surat peringatan kepada orang tua kamu!”
Guru itu adalah guru BK yang terkenal dengan ketegasan dan kedisiplinanya. Guru yang paling di segani oleh semua kelangan siswa. Tapi tidak bagi Edsel, ia sudah sering berurusan dengan guru BK tersebut.
“Untung lo masih selamat,” ucap Edsel pada Gavin.
“Sha, lo jangan tertipu sama kebaikannya. Dia hanya sedang memakai topeng untuk menyembunyikan kebusukannya. Camkan itu.”
Setelah mengucapkan itu Edsel berlalu meninggalkan mereka semua. Diikuti oleh Kenzo, Zelond dan Raegan di belakangnya. Di perempatan jalan mereka berpisah Edsel akan menuju ruang Bk sedangkan ketiga sahabatnya akan kelasnya.
Edsel mengetuk pintu ruang BK itu dan melenggang masuk. Disana sudah ada ketua BK yang menunggunya, Pak Rusdi panggilannya.
Edsel duduk di depan meja Pak Rusdi tanpa rasa takut ataupun bersalah.
“Sampai kapan kamu akan terus seperti ini? Semua guru sudah pada mengeluh terhadap ulah yang selalu kamu perbuat. Kemarin kamu mukulin Gavin di kantin sekarang di lorong. Sebenarnya apa masalah kamu sama dia, Apa tidak bisa di selesaikan secara baik-baik?”
“Percuma saya jelaskan, nggak akan ada yang percaya.”
“Kalau kamu terus terusan seperti ini saya akan mengeluarkan kamu dari sekolah.”
“Terserah Bapak.”
Edsel bangkit dari tempatnya dan keluar melenggang pergi dari ruang BK tersebut. Biasanya setiap keluar dari ruangan tersebut ia akan mendapatkan hukuman atau sanksi tapi sekarang ia hanya di kasih penceramahan saja. Ia tidak butuh penceramahan itu lebih baik di hukum dari pada harus mendengarkan itu semua. Ia tau mau yang terbaik menurutnya.
“b******n akan selamanya jadi b******n. Kalaupun berubah ia akan kembali lagi menjadi b******n,” dumel Edsel.
Bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Ia sudah malas jika harus masuk ke dalam kelasnya akhirnya ia memutuskan untuk ke Danau belakang gedung. Mungkin disana dia bisa menjernihkan pikirannya yang sudah sangat kacau.
Sejuk, tenang dan nyaman suasana Danau disana. Pantas saja Shaqilea betah banget berlama-lama berdiam diri disana. Edsel duduk di bawah pohon rendang tempat biasanya Shaqilea termenung disana.
Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi game PUBG untuk menghilangkan rasa jenuh ya.
⛲⛲⛲⛲⛲
Shaqilea membawa Gavin ke ruang UKS sesaat setelah di pukuli oleh Edsel. Dengan telaten Shaqilea mengobati luka itu, yang ada pada wajah Gavin.
“Makasih udah nolongin gue,” ucap Gavin.
“Kalau buka gue siapa lagi yang bakal nolongin? Disana nggak ada orang cuman ada gue doang,”
“Sorry gara-gara ngobatin gue, jadinya lo nggak masuk kelas.”
“Kata siapa? Ini gue ngobatinnya udah selesai. Lo bisa ke kelas sendiri kan?”
“Iya gue bisa sendiri.”
“Yaudah gue duluan yaa,” ucap Shaqilea.
“Sekali lagi makasih ya,”
“Mmz,.”
Shaqilea meninggalkan Gavin di ruangan UKS sendirian. Ia tidak ingin lagi menunda keterlambatan pelajaran yang sedang berlangsung. Cukup kecerobohan tadi yang membuat ia meninggalkan pelajaran.
Tokkk.... Tokkk... Tokkk
Shaqilea mengetuk pintu kelasnya, di sana sudah guru yang sedang menjalaskan. Dengan sopan ia memasuki kelasnya.
“Kamu habis dari mana, kenapa baru masuk?” tegur guru tersebut.
“Saya dari ruang UKS Bu.”
“Kamu sakit?”
“Tidak Bu, saya habis membantu mengobatin teman saya yang terluka Bu,”
“Memangnya disana tidak ada petugas medis atau PMR?”
“Kebutulan UKS sedang sepi jadi saya harus turun tangan langsung.”
“Ya sudah sekarang kamu duduk dan dengarkan baik-baik penjelasan dari saya.”
Shaqilea berjalan menuju tempat duduknya. Dan langsung di serbu dengan berbagai pertanyaan dari Faeyza.
“Sha emang siapa yang sakit?” tanya Faeyza.
“Gavin.”
“Ya ampun kok bisa, kenapa?”
“Di pukul Edsel,”
“Lagi? Astaagaaa kebangetan ya tuh cowok. Benar-benar, awas aja kalau ketemu gue bakal gue bikin rempeyek. Awas liat aja nanti!”
Faeyza terus mendumel tidak jelas membuat telinga panas. Konsentrasi untuk mendengarkan penjelasan dari sang guru pun bunyar.
“Faeyza.....” teriak guru tersebut.
“Ahh iya Bu.”
“Kenapa kamu tidak mendengarkan dan malahan kamu ribut sendiri. Kamu mau menggantikan saya untuk menjelaskan di depan?”
“Ti..tidak Bu tidak saya tidak bermaksud begitu Bu,”
“Kalau saya lihat kamu masih mengobrol sendiri saya akan suruh maju ke depan atau bila perlu kamu keluar saja dari sini!”
“Eh jangan Bu jangannn...”
Setelah menegur Faeyza sang gurupun menjelaskan kembali tentang trygonometrinya. Keadaan kembali hening dan hanya di d******i oleh keterangan-keterangan dari sang guru.