Maxwell menarik tengkuk Kaylee lalu membuat tanda kepemilikan dileher jenjang Kaylee. Tubuh Kaylee seakan melemas dengan apa yang dilakukan Maxwell terhadapnya.
Maxwell tahu jika Kaylee membutuhkan pegangan. Diapun memegang pinggang rampingnya agar wanita itu tidak terjatuh. Sapuan dari Maxwell membuat Kaylee merasakan kepalanya ingin meledak.
Tidak lama, maupun tidak sebentar Maxwell melepas Kaylee. "Sudah." Maxwell menyeka bekas dirinya dileher Kaylee lalu mengacak-acak rambut Kaylee.
Kaylee tidak menjawab karena tidak tahu apa yang harus ia jawab untuk Maxwell. Jantungnya berdegup tidak beraturan. Kakinya seolah tidak bertulang saat bibir Maxwell menyentuh lehernya yang sensitif.
"L!!" Panggil b***h boss yang sudah berada di dalam kamar entah sejak kapan.
"Oh- ya." Kaylee mencoba bersikap biasa saja padahal ia belum sadar sepenuhnya dari keterkejutan tadi.
"Kau tampak berantakan, Baby." b***h boss melihat rambut Kaylee berantakan. Dia menganggap jika Kaylee sudah
'melakukannya' dengan Maxwell.
"Ada perlu sesuatu?" Tanya Maxwell dengan kedatangan b***h boss.
"Oh tidak!! Tadi saya kira anda membutuhkan ini. Tapi sepertinya kalian tidak memerlukannya." b***h boss mengeluarkan pengaman.
"Kami tidak memerlukan itu. Bukan begitu, Honey?" Maxwell menarik pinggang Kaylee.
Kaylee hanya tersenyum aneh. Entahlah, wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi padanya.
"Okay!! Kalau begitu aku pergi dulu. Maaf sudah mengganggu waktu panas kalian." b***h boss hendak pergi. Tapi sebelum benar-benar pergi, b***h boss itu menaikan ibu jarinya ke Kaylee. Entah apa maksud dari wanita paruh baya itu.
"Apa dia yang kau maksud 'mereka'?" Tanya Maxwell.
Kaylee mengangguk mengiyakan pertanyaan Maxwell.
"Sedikit aneh dia datang kesini. Biasanya wanita itu hanya ingin terima uang nya saja." Kaylee bergumam sendiri tapi terdengar jelas oleh Maxwell.
"Apa dia meminta bagian begitu besar?" Tanya Maxwell penasaran.
Kaylee gelagapan karena Maxwell mendengar ocehannya. Tapi memang sedikit aneh karena b***h boss datang untuk melihat bahkan berbohong ingin mengantar 'pengaman' untuk mereka.
"Itu.. sudah pasti. Maksudku bukan besar, tapi dia akan meminta bagian seperkian untuk dirinya." Kaylee berbicara lancar akhirnya.
Memang benar yang dikatakan Maxwell, b***h boss memang meminta bagian terlalu besar untuk nya yang tidak melakukan apapun. Tapi Kaylee tidak perduli, lagipula dia tidak menjual tubuhnya sungguh-sungguh, jadi dia tidak masalah harus memberikannya seperkian untuk b***h boss itu.
"Itu lebih baik kau simpan saja. Dan ini-" Maxwell memberikan satu lembar nominal lagi.
"Kau katakan kepadanya jika hanya itu yang kau dapat dariku." Maxwell berbaik hati memberikan nominal lagi untuk Kaylee. Tentu saja Kaylee terkejut dengan kebaikan hati Maxwell. Kenapa pria itu sangat peduli padanya.
"Dan ini kartu namaku. Kau bisa menghubungiku kapanpun kau mau jika kau membutuhkan sesuatu." Maxwell memberikannya kartu nama untuk Kaylee. Kaylee lagi-lagi dibuat terkejut. Bukan karena Maxwell memberikannya kartu nama, tapi perkataan Maxwell yang menyuruh Kaylee untuk menghubunginya kapanpun Kaylee mau. Apa maksud dari pria itu.
"Tapi-" belum Kaylee berbicara, Maxwell sudah memotong nya dengan ucapan yang membuatnya terenyah.
"Kau pantas mendapatkan itu. Aku bisa membiayaimu kuliah kembali. Jangan menjadi seperti ini." Ujarnya.
Kaylee mematung, apa-apaan pria itu, berkali-kali Kaylee dibuat terkejut dan spot jantung dengan semua yang diucapkannya hari ini. Maxwell terlalu baik sampai Kaylee merasa ini semua tidak nyata dan tanpa pikir panjang untuk menolaknya.
"Terimakasih atas kebaikan anda. Tapi ini profesi saya. Dan terimakasih juga untuk tipsnya." Kaylee menolak dengan halus. Ia tidak mau terbawa suasana indah sesaat. Kaylee berpikir jika Maxwell hanya membual dan pasti menginginkan sesuatu darinya. Pendirian Kaylee cukup kuat sampai saat ini untuk tidak termakan dengan semua yang diucapkan Maxwell.
Maxwell menatap Kaylee dalam. Tidak tahu apa yang sedang Maxwell pikirkan tentang Kaylee sampai menatapnya seperti itu. Kaylee sedikit risih karena Maxwell menatapnya.
"Baiklah!! Jaga dirimu, dan aku serius dengan semua yang aku ucapkan." Maxwell sudah rapih dan hendak pergi. Tapi dia ingin menatap wajah wanita itu untuk sekali lagi sebelum pergi.
"Kau sangat cantik. Aku pergi dulu." Maxwell mengacak pucuk rambut Kaylee sebelum benar-benar pergi.
"Apa-apaan pria itu." Kaylee berjalan untuk membereskan tas dan membenahi diri. Sambil berjalan, Kaylee memegang dadanya yang sedang berdetak dengan cepat akibat Maxwell.
**
Kaylee kembali ke club tempat b***h boss sudah menunggunya dengan pria muda tentu saja. Dan dengan pria berbeda dari sebelumnya. Kaylee langsung menghampiri tempat b***h boss berada.
Bitch boss itu menyambut Kaylee dengan senang karena tahu jika pelacurnya membawa uang lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Kaylee malas melihat wajah antusias b***h boss itu.
"Wah lihat siapa ini. Dan look, aku tebak pria itu pasti sangat luar biasa diatas kasur." Tebaknya dengan sangat semangat. Terlebih melihat tanda kissmark dileher Kaylee.
"Tentu saja, dia sangat luar biasa." Jawaban Kaylee membuat b***h boss bertepuk girang mendengarnya. Kalau saja b***h boss tahu jika selama ini dia tidak pernah melakukan seks bersama tamu-tamu nya, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh b***h boss itu?
Kaylee meneguk wine yang ada dimeja itu. Terlalu malas jika melihat b***h boss nya seperti kesetanan. Apapun yang menyangkut pria tampan ataupun pria seksi, dia akan sangat-sangat senang membicarakannya.
"Kau sangat beruntung, L!! Dia sangat tampan. Lihat tubuhnya penuh dengan otot-otot yang pas untuk dijelajahi." b***h boss itu sangat senang membicarakan Maxwell.
'C'moon.. Dia biasa saja.' batin Kaylee membohongi, tidak lebih tepatnya meyakinkan dirinya bahwa tadi ia tidak terpesona dengan Maxwell.
"So?" b***h boss mencondongkan wajahnya ke Kaylee.
Kaylee mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Jadi??" Kaylee bingung tidak mengerti apa yang dimaksud b***h boss.
"Mana bagianku?" b***h menadahkan tangannya meminta bagian.
Sudah Kaylee duga. Selain mata pria, b***h boss mata duitan. Kaylee pun merogoh tasnya untuk mengambil cek itu. Sesuai yang diperintahkan Maxwell, Kaylee memberikan satu cek yang nominalnya lebih sedikit dari pertama yang diberikan.
"Apa ini? Dia hanya memberikan ini?" b***h boss terlihat kesal melihat jumlah nominal yang jauh dari perkiraan dia.
"Hmm.." Jawab Kaylee dengan menyembunyikan wajahnya, takut jika dia ketahuan berbohong.
"Hah.. Mengecewakan." Kesalnya.
"Aku akan mengambil ini semua, dan aku akan mentransfer bagian mu." b***h boss mengeluarkan ponselnya dan mengetik nominal diponsel pintarnya untuk mentransfer nominal yang Kaylee dapat.
"Selesai. Apanya yang mobil, bahkan satu Minggu saja sudah habis." Grutu nya.
"I'm so sorry Baby. Aku tidak bisa menepati janji untuk memberikanmu mobil." b***h boss itu berbicara kepada brondongnya.
"Tidak apa-apa, tapi janji ya tidak akan berbohong lagi." Kata pria muda itu kepada b***h boss.
"Tentu saja aku tidak berbohong." Mereka pun saling berciuman dihadapan Kaylee tanpa ada rasa malu sedikitpun. Kaylee memalingkan wajahnya tidak mau melihat mereka sedang berciuman.
Kaylee mengingat tentang pertemuannya dengan Maxwell. Mengingat betapa baiknya pria itu memperlakukannya, setiap perkataannya yang membuat dirinya terdiam tidak mengatakan apapun. Dan juga mengingat sapuan bibirnya yang mengenai leher jenjangnya. Kaylee menyentuh leher bekas perbuatan Maxwell. Kaylee yang biasanya sangat anti dengan pria, kini dia merasakan gelenyar aneh saat Maxwell yang melakukannya.
Setiap hembusan nafas yang mengenai kulitnya, aroma tubuh Maxwell, dan semua tentang pria itu membuat Kaylee tidak mudah melupakannya.
Bahkan kini Kaylee berpikir mungkin tidak apa-apa jika Maxwell melakukan lebih dari itu.