Stupid people

1048 Kata
Kaylee menjadi panik membayangkan jika seisi kampus mengetahui jika dia seorang p*****r. Bagaimana jika pria bernama Shawn ini memberitahu semua kalau dirinya berada di club malam dengan pakaian super minimnya. Batin Kaylee was-was takut jika Shawn bermulut besar. Kaylee mencoba untuk berpikir positif jika Shawn bukan lah pria yang bermulut besar yang mengatakan semua yang dia tahu. Dan Kaylee juga tidak yakin jika Shawn mengetahui jika dia lah yang ada diclub. Setidaknya itulah yang bisa Kaylee pikirkan agar tidak terlalu panik. Kaylee hendak pergi tapi kaki nya benar-benar tidak bisa diajak diajak kompromi, bahkan Kaylee hendak jatuh kembali tapi dengan cepat Shawn menangkap pinggang Kaylee agar tidak terjatuh. Kaylee dengan cepat menjauh dari Shawn yang sedang menempel pada. "Kau baik-baik saja? Tanya Shawn kembali. Terlihat jika pria itu khawatir? Kaylee hendak mengatakan dia baik-baik saja dan berterimakasih sudah menolongnya. Tapi dari belakang tubuh Shawn ada ptria yang membuli Kaylee siang dengan tinjuannya ke arah Shawn. "DIBELAKANGMU.." Teriak Kaylee. Shawn sepertinya sudah tahu jika pria itu akan menyerangnya dari belakang. Dengan cepat Shawn lebih dahulu melayangkan tinjunya ke wajah pria itu. Hanya satu pukulan saja membuat pria itu tergeletak tak berdaya. Kaylee dan orang-orang disana yang melihat itu memekik tidak percaya dengan yang dilihat. Hanya satu pukulan saja membuat orang itu jatuh tak sadarkan diri, bagaimana jika berkali-kali. "Kita pergi." Shawn menggendong brydal Kaylee dan membawanya ke UKS. Para wanita yang melihat Kaylee diperlakukan seperti itu menjerit iri. Kaylee tidak tahu jika sosok Shawn itu sangat-sangat populer di kampus. Dan Kaylee satu dari sekian banyak wanita yang dianggap paling beruntung. Siapa tidak mengenal Shawn, pria tampan di kampusnya itu salah satu yang membuat para kaum wanita berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya. Sayang sekali jika Shawn tidak tertarik dengan wanita yang ada di kampusnya. Shawn tidak mau berurusan dengan salah satu wanita yang ada disitu. Bukan hanya tampan saja, keluarga Shawn adalah donatur terbesar dikampusnya. Bukan rahasia umum tentang itu, semua sudah mengetahui betapa kayanya keluarga Shawn. Tidak heran jika orang sekitar Shawn menjadi benalu karena kekayaannya. Shawn mendudukkan Kaylee di ranjang yang ada di UKS. Pria itu pergi lalu kembali lagi untuk mengambil sesuatu. Kaylee hanya diam memperhatikan Shawn yang sibuk sendiri. Setelah selesai mengambil apa yang dibutuhkan, Shawn berlutut dihadapan Kaylee dan mengambil kakinya yang terluka. Dalam diam Shawn membersihkan luka goresan di mata kaki Kaylee dengan alkohol. Saat Shawn ingin memperban kaki Kaylee, dengan cepat ia menahan Shawn. "Tidak perlu diperban. Aku bisa sendiri." Kaylee mengeluarkan plester dikantungnya sendiri. Shawn mengambil plester itu dari tangan Kaylee dan dia yang maruhnya di kaki luka itu. "Apa kamu sering diperlakukan seperti itu?" Tanya Shawn karena melihat Kaylee yang membawa plester dikantungnya. Dia menebak jika Kaylee memang sering diperlakukan seperti itu karena terlihat membawa kemana-mana plester luka. "Tidak." Jawabnya cepat. Kaylee tidak mau dianggap sebagai wanita lemah. Sejatinya Kaylee memang tidak lemah, hanya saja kaylee tidak mau berurusan dengan mereka jadi ia membiarkan semua yang dilakukan pembully padanya. "Begitu?" Tentu saja Shawn tidak dengan cepat percaya begitu saja. Karena memang bukan hanya sekali saja Shawn melihat Kaylee dibully. "Apa kamu tidak bisa membela saat diperlakukan seperti itu?" Ujarnya tiba-tiba. Kaylee mengangkat wajahnya mendengar ucapan Shawn. Dia sangat ingin membalas, hanya saja kembali lagi ke awal, Kaylee tidak ingin terlihat. "Terimakasih sudah menolongku." Kaylee berdiri dengan susah payah karena kakinya masih terasa sakit. Tapi dia tidak mau lama-lama berdekatan dengan Shawn. Shawn tidak membiarkan Kaylee begitu saja. Dia kembali menarik dan mendudukan Kaylee. "Kau masih terluka. Bagaimana jika orang itu mendatangimu kembali dan melakukan hal yang lebih kepadamu." Shawn memperingati Kaylee untuk tidak keluar lebih dulu. Karena sudah pasti pria itu akan membalas, meskipun Shawn tidak yakin itu akan terjadi sekarang karena pria itu tergeletak tak berdaya, entah pinsan atau mati di tangan Shawn. "Semua berkat kau." Kaylee mengatakan itu sambil menunduk, tidak berani menatap wajah Shawn. Dia juga tidak tahu kenapa mengatakan hal itu kepada orang yang sudah membantunya. Kayle hanya meraa kesal karena kejadian tadi membuatnya menjadi bahan perhatian oleh mahasiswa disana. "What?" Shawn merasa tidak percaya dengan yang dikatakan oleh Kaylee karena notabennya dia sudah menolong wanita itu. "Aku mau pergi." Kaylee bersikukuh ingin keluar dari ruangan itu. "Tidak sampai kakimu membaik." Shawn pun kukuh menahan Kaylee. "Aku tidak ingin kau tolong. Seharusnya kau membiarkanku sendiri. Kenapa kau melakukan itu." Kaylee berbicara tanpa menatap wajah Shawn. 'Karena dirimu, aku menjadi bahan perhatian..'' Batin Kaylee. "Sama-sama." Jawab Shawn dengan senyum tercetak di bibirnya. Kaylee benar-benar kesal karena Shawn seperti mempermainkannya. "Istirahatlah, aku ingin pergi keluar dulu membersihkan sampah. Dan jangan coba-coba untuk pergi dari ruangan ini. Aku hanya sebentar saja keluar dan akan kembali lagi untuk mengecekmu." Setelah itu Shawn pergi dari ruangan dengan menguci pintu itu, membiarkan Kaylee di dalam -ruangan kesehatan. Ternyata Shawn mendatangi pria yang sudah membully Kaylee. Kini pria yang terkena pukulan keras di wajah Shawn sudah tersadar. Pria itu langsung ketakutan saat Shawn mendekatinya. Orang sekitar pria itu pun menjauh saat Shawn semakin dekat. "Kau baik-baik saja?" Shawn kepada pria itu. "Ma-mau apa kau." Terlihat jelas jika pria itu sangat takut kepada Shawn. "Sayang sekali kau masih bisa bicara." Shawn berbicara biasa saja, tapi atmosfer mencengkam di tempat itu begitu terasa. "Mau apa kau kembali." Pria itu hendak berdiri tapi karena masih sakit atau pusing akibat pukulan dari Shawn membuatnya sulit untuk berdiri. "Untuk apa? Tentu saja ingin memperingati sampah sepertimu untuk tidak mengotori kampus ini. Ini peringatan pertama untukmu, jika tetap melakukan itu aku tidak segan untuk meminta pihak kampus mengeluarkanmu tidak terhormat." Setelah mengatakan itu Shawn pergi meninggalkan pria itu yang memucat akibat ancaman Shawn kepadanya. Tentu saja bukan hal yang sulit untuk Shawn melakukan itu. Shawn bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa ada yang melarang sedikitpun meskipun itu pihak kampus sekalipun. Seperti yang Shawn katakan sebelumnya jika dia akan datang kembali ruang kesehatan untuk mengecek kembali Kaylee. Shawn melihat Kaylee yang sedang duduk memperhatikannya dengan tajam, tentu saja dia akan marah, siapa yang tidak marah dikuncikan diruangan meskipun tidak lama. "Dasar tidak penurut." Shawn mendekati Kaylee. Tapi Kaylee tidak memperdulikan Shawn dan berlalu begitu saja dengan menyeret kakinya. Shawn berbalik dan menghadang jalan Kaylee, tidak mmembiarkan wanita itu pergi. "Bisakah kau pergi dari hadapanku?" kesal Kaylee. "Tidak mau." Kukuh Shawn. "Kenapa kau seperti ini." Kesal Kaylee karena Shawn yang menghalanginya. "Kenapa?" Shawn menjeda ucapannya. "Mungkin aku tertarik padamu." Jawabnya tanpa beban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN