Tiba-tiba lift itu malah mati.
"Oh apa yang terjadi?" Ucap Jupiter cukup lirih namun cukup untuk di dengar oleh Vario, tapi Vario memilih mengabaikan hal itu karena pikirnya itu mungkin kesalahan teknis atau mungkin mati lampu dan hal ini sering terjadi dan biasanya hanya berlangsung sekitar sepuluh sampai lima belas menit.
"Oh shitt. Jangan bilang lift ini macet!" Jupiter menebak-nebak dengan sedikit panik berusaha memencet beberapa tombol di dinding lift berharap cara itu bisa membuat lift itu kembali berfungsi dengan normal tapi ternyata angan-angan Jupiter tidak sejalan dengan kenyataan, lift itu tidak bergerak sama sekali dan ya mereka terjebak di dalam.
"Come on. Come on. Jangan membuatku terjebak dengan dosen gila ini. Sumpah aku lebih rela terjebak bersama Maria Mercedes dibanding dengan dosen gila yang satu ini!" Ucap Jupiter dengan sangat lirih sambil memukul dinding pintu lift, tapi apa reaksi Vario ? Vario malah terkekeh dengan segala omelan Jupiter yang sangat tidak masuk akal untuknya karena jika pun dia bisa memilih dia tidak akan sudi terjebak di dalam lift bersama mahasiswa begal seperti Jupiter yang sok berkuasa padahal yang dia banggakan hanya harta dan kekuasaan orang tuanya.
Vario hanya diam menyaksikan segala yang Jupiter lakukan pada dinding pintu lift tersebut. Terlihat aneh dan lucu untuk Vario mengingat Jupiter yang terkenal angkuh, sombong, sok berkuasa itu kini terlihat panik hanya karena terjebak di dalam lift.
"Come on. Come on. Terbukalah. Terbukalah!" Ucap Jupiter sambil terus mencongkel sisi tengah dari dinding lift tersebut berharap cara itu bisa membuka pintu lift itu, tapi sayang semua percuma untuk dilakukan karena pintu lift itu tetap tertutup rapat dan aksi itu justru hanya bisa menyakiti tangan Jupiter. "b******k. Kenapa aku harus terjebak sama wanita gila ini ? Oh ya Tuhan ampunilah dosaku!" Kesal Jupiter saat lagi Dan lagi usahanya gagal untuk membuka pintu lift tersebut. Jupiter menghentakkan kakinya berkali-kali berharap lift itu akan kembali bergerak, dan justru itu membuat Vario semakin ingin tertawa dengan sikap panik dan frustasi yang saat ini Jupiter alami.
"Berhenti membuang-buang tenaga dan energimu. Diam dan tenanglah. Akan Ada petugas yang akan datang untuk memperbaiki dan membuka lift ini. Jadi simpanlah tenaga dan oksigen mu karena kita tidak tahu berapa lama lift ini akan macet." Ucap Vario dari belakang punggung Jupiter dengan hanya menyandarkan punggungnya pada dinding lift dan pastinya dengan segala ketenangannya.
"Bagaimana bisa Anda setenang ini? Apa Anda tidak tahu jika ini artinya,,,"
"Kita terjebak di lift dan ini tidak berarti kita akan mati. Kau hanya perlu tenang kendalikan pikiranmu karena semakin kamu panik oksigen yang tersimpan dalam tubuhmu akan lebih cepat terkikis." Potong Vario dengan sangat santai dan ya, kali ini mau tidak mau Jupiter terpaksa mengikuti apa yang wanita gila itu ucapkan. Jupiter duduk sambil menahan kepalanya yang jadi ikut nyeri sambil memeluk kedua lututnya. Raut wajah takut Jupiter terlihat begitu jelas di hadapan Vario, ke mana sifat sombong itu sekarang? 'Dasar labil!' batin Vario.
Di lain tempat.
"Pokoknya aku tidak mau tau, dosen itu harus di pecat!" Murka King pada sang rektor saat Vario tak kunjung datang untuk menemui mereka di ruangan sang rektor.
"Tenang dulu pak, kita masih bisa membicarakan ini dengan baik-baik. Aku yakin Nyonya Vega punya alasan kuat kenapa sampai Nyonya Vega mengirimkan surat skorsing untuk putra Anda." Rektor universitas Merah Putih yang bernama Yama itu kali ini terang-terangan membela Vario. Seperti yang sebelumnya Vario katakan, dia akan membimbing kelas spesial itu dengan cara dia sendiri dia juga berjanji untuk memberi hasil atau nilai murni pada mahasiswa special itu , tapi tentu surat skorsing yang Vario keluarkan secara sepihak ini membuat mereka berada di posisi serba salah. Di satu sisi King Orion merupakan investor terbesar di kampus merah putih namun di sisi lain Vario juga menjaminkan sumbangan dengan nilai fantastis hanya karena ingin memberi pendidikan layak untuk kelas spesial agar lulus dengan nilai murni. Yama menghormati maksud dan niat baik Vario itu Tapi tentu King Orion akan berpikir lain ketika menerima surat skorsing putranya.
"Lalu ke mana dia? Kenapa dia tak kunjung datang? Apa aku perlu menunggunya seharian hanya untuk mendengar alasannya menskorsing putraku?" Tolak King Orion.
"Dia mengatakan sudah berada di kampus saat ku telepon tadi. Dan mungkin sebentar lagi dia pasti datang!" Yama mencoba menenangkan emosi King Orion karena hampir satu jam Vario tak kunjung datang menemuinya ke ruangannya.
Di sini lain.
Video antara Jupiter dan Vario kemarin siang ketika Vario terjatuh di lantai kini beredar di dunia maya. Para pengguna dunia maya ramai membicarakan insiden yang itu dan mengecap jika adegan itu adalah adegan m***m antara dosen dan mahasiswanya.
"Oh, gue nggak nyangka jika dosen gila itu nekat melakukan hal ini pada bos kita! Apa ini alasan kenapa dosen gila itu terus saja menentang segala tindakan Jupiter ketika ingin keluar dari kelasnya?" Ucap Reyza masih dengan fokus pada layar ponselnya, menonton adegan manis antara Jupiter dan Vario di koridor kampus tanpa mereka tahu jika sebenarnya Vario dan jupiter kemarin sedang berdebat.
"Yang nggak gue habis pikir, Kenapa mereka melakukannya di area kampus?" Timpal Noy Doris yang sama seperti Reyza sedang menonton cuplikan video tanpa suara yang di publik oleh salah satu akun media sosial.
"Gue nggak heran sih. Secara Jupiter tampan, kaya raya dan yang pasti Jupiter punya pesona tersendiri baik untuk kalangan remaja ataupun sekelas dosen Vega!" Ovan ikut menimpali ucapan Reyza dan Noy Doris.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Ini sama saja artinya mencoreng nama baik kampus kita! Dan yang harus disalahkan di sini adalah dosen baru itu. Gue yakin pasti dosen baru itu yang sudah merencanakan ini semua karena dia ingin viral!" Sambung Noy Doris dengan wajah memerah karena kesal dengan apa yang saat ini dia tonton.
"Gue setuju. Dosen baru itu harus keluar dari kampus ini." Reyza kembali mengemukakan pendapatnya dan mahasiswa lain mendukung gagasan Reyza.
Tidak hanya di kalangan kampus video antara Jupiter dan Vario tengah menjadi topik perbincangan, tapi video itu juga turut Alexander dapatkan, dan sudah dari tadi Alex berusaha menghubungi nomer ponsel Vario tapi ponsel itu tidak bisa di hubungi.
"Nomer yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan." Hanya suara operator yang terdengar merdu setiap kali Alex menghubungi nomor ponsel Vario. Kembali Alex menghubungi nomor ponsel Vario, tapi lagi-lagi hanya operator yang menjawab panggilan itu.
"Lu kemana Rio? Kenapa ponsel lu tiba-tiba tidak bisa dihubungi? Oh lu bener-bener bikin gue kesal, Rio!" Mengomel pada ponsel di tangannya karena sudah lebih dari sepuluh kali dia menghubungi nomor ponsel Vario tapi nomor ponsel itu benar-benar tidak bisa dihubungi.
Alex dengan jelas melihat jika Itu memang Vario dan Jupiter, mahasiswa yang kemarin berulah di kelas bimbingan Vario, mahasiswa yang juga mendapat surat skorsing dari Vario. Dari cuplikan video itu jelas terlihat jika di sana Jupiter sedang duduk bersandar di kursi besi sementara Vario mengunci tubuh Jupiter di sisi kiri dan kanannya dengan posisi menunduk, dan jika dilihat sepintas adegan itu nyaris terlihat seperti Vario yang sedang berusaha mencium Jupiter dan oh,,, rasanya kali ini Alex sendiri tidak terima dengan adegan itu karena dia sangat mengenal sifat dan karakter Vario, Vario tidak mungkin melakukan hal serendah itu terlebih lagi kepada mahasiswanya meskipun mahasiswa itu bisa dibilang tampan.
"Aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Namun satu yang harus Anda lakukan pak Yama, Anda harus memecat dosen baru itu. Aku tidak mau tau apapun alasannya!" Ucap King Orion lagi karena dia sudah duduk hampir empat jam di ruang kerja rektor universitas merah putih itu, dan sampai detik itu Vega tidak kunjung datang untuk menemui dirinya dan King Orion menganggap ini adalah sebuah penghinaan untuknya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Kenapa dia belum sampai di sini!" Ucap pak Yama dengan sangat frustasi karena sesungguhnya rektor universitas merah putih itu juga menaruh harapan besar pada sosok Vega, dosen pertama yang berani menentang dan anti bullying.
King Orion merogoh ponsel di saku celananya. Maksud hati ingin menghubungi putranya untuk memastikan jika putranya sudah berada di kampus namun nomor ponsel putranya justru tidak bisa dihubungi, begitu juga dengan Pak Yama yang berusaha menghubungi nomer ponsel Vario namun nomor ponsel Vario juga benar-benar tidak bisa dihubungi sedari empat jam yang lalu.
Sudah empat jam Jupiter dan Vario terkurung dalam ruangan sempit itu, dan rasa takut, rasa haus, juga rasa panas kini Jupiter dan Vario rasakan, tapi sebisa mungkin Vario tetap bersikap tenang, meskipun sejatinya Vario juga diam-diam merasakan ada rasa takut yang ikut mendera hati dan pikirannya namun dia tak ingin menunjukkannya di hadapan mahasiswa begal ini.
Nafas Jupiter sudah terasa terengah-engah seolah pasokan oksigen dalam tubuhnya sudah mulai menipis. Baju kemeja juga baju kaos yang dia gunakan juga sudah terlepas dari tubuhnya untuk menghindari panas berlebih pada tubuhnya. Dia hanya meringkuk di salah satu sudut ruangan sempit itu dan Vario hanya duduk bersila sambil memejamkan mata dengan kepala yang bersandar pada dinding ruangan itu.
"Apa Anda benar-benar tidak merasa takut? Aku rasa kita benar-benar akan mati di sini!" Ucap Jupiter lirih sambil menatap ke arah Vario yang terlihat memejamkan mata dengan kepala bersandar, tenang.
"Takut!" Jawab Vario singkat.
"Lalu kenapa Anda juga tidak berusaha memikirkan Bagaimana cara kita bisa keluar dari tempat ini?" Tanya Jupiter setelahnya dan kali ini Vario sedikit terkekeh,
"Apa yang bisa kita lakukan di tempat ini? Bukankah kau sudah melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, memencet tombol darurat juga berteriak meminta tolong pada speaker khusus di sisi dinding, aku juga melihat kau sudah berusaha membuka belah pintu itu tapi kau gagal kan jadi sudah pasti jika aku juga berusaha membuka belah pintu itu, aku juga akan gagal!" Jawab Vario sama lirihnya karena dia berusaha menahan nafasnya agar pasokan oksigen dalam tubuhnya tetap terjaga.
"Mceeh." Jupiter berdecak. "Kenapa Anda tidak menyerah saja dari kampus ini? Jujur aku sendiri tidak suka berada di kampus ini!" Ucap Jupiter tiba-tiba yang mana kata-kata tadi sukses membuat kedua mata Vario yang sebelumnya terpejam rapat kini menatap tajam pada pemuda tampan di depannya.
"Why?" Tanya Vario.
"Entahlah. Aku hanya merasa bosan menjadi mahasiswa. Tidak hanya itu aku juga merasa bosan dengan kehidupan ini!" Jawab Jupiter lagi dan kali ini Jupiter menyandarkan punggungnya sambil menselonjorkan kakinya, menarik nafas lalu menghembuskannya mencoba bersikap tenang seperti yang dari tadi dosen gila itu katakan padanya.
"Aku juga pernah menjadi mahasiswa sepertimu, tidak ingin diatur juga selalu ingin menang tapi hanya untuk kau tahu menjadi dosen adalah impianku dan aku tidak akan mundur hanya karena mendapat mahasiswa yang terlalu kreatif seperti kalian. Aku akan membuktikan pada papaku jika aku sudah berhasil menjadi seperti yang dia inginkan." Jawab Vario lirik namun kini tatapan mata keduanya saling beradu di udara.
"Jadi menjadi dosen adalah cita-cita Anda? Dan itu pula yang Papa Anda inginkan?" Kutip Jupiter menyimpulkan apa yang baru saja Vario ucapkan. "Oh kenapa semua orang tua harus selalu menuntut anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan?" Sambung Jupiter.
"Mereka tidak menuntumu untuk menjadi seperti yang dia inginkan. Ini murni untuk masa depan kamu, begitu juga dengan papaku , dia tidak pernah memintaku untuk menjadi apapun, tidak. Dia hanya memintaku untuk menjadi putri kesayangannya tapi aku sendiri yang ingin menjadi seorang dosen dan papaku hanya mendukung apa yang aku inginkan!" Balas Vario meluruskan apa yang baru saja pemuda di depannya ini ucapkan tentang papanya.
"Berarti Anda salah satu orang yang beruntung!" Ucap Jupiter lagi tapi kali ini dengan nafas tersenggal dan tubuh yang semakin lemah, lalu menjatuhkan tubuhnya untuk berbaring di lantai lift karena ternyata dia sudah merasa tidak sanggup untuk sekedar menopang tubuhnya untuk tetap tegak.
"Ya. Aku memang beruntung memiliki Papa seperti dia. Dan kadang aku merasa dia bukan papaku, tapi sahabat, Mama, juga guru terbaikku!" Jawab Vario tapi kali ini Jupiter sudah tidak lagi merespon ucapannya. Matanya sudah terpejam sempurna dan Vario hanya kembali menghela napas dalam-dalam untuk menahan dirinya untuk tetap tersadar.
Vario beringsur mendekat ke arah duduk Jupiter, kemudian menepuk pipi Jupiter, berusaha membangunkan Jupiter yang sudah tidak sadarkan diri karena kehabisan oksigen karena dari tadi dia terus saja berusaha membuka pintu baja itu, dan alhasil dia kehabisan banyak tenaga untuk satu hal yang sia-sia.
"Payah." Lirih Vario kembali bersandar setelah meletakkan tas ransel Jupiter sebagai alas kepala Jupiter, sementara dirinya masih tetap duduk tapi kali ini sedikit lebih dekat dengan Jupiter.