Insiden

2257 Kata
Vario "Kata Papa ku,, fisik boleh perempuan, tapi jiwa dan keberanian harus seperti laki-laki. Mental harus lebih tangguh dari laki-laki, karena aku hanya mengenal sosok Papa, tanpa pernah tau bagaimana sosok seorang Mama." Monolog Vario Adolfo Vega "Hidup hanya untuk bertahan dan mempertahankan. Duniaku ada di bawah restu Mamaku, karena aku terlahir tanpa seorang Papa. Maka saat dunia bisnis bisa lebih kejam dari monster, hal yang harus aku selamatkan adalah Mamaku, karena dia adalah harta terbaikku." Vega K Dwayne Jupiter. "Aku adalah penguasa, dan takkan kubiarkan siapapun bisa menguasai ku." Satria. "Tak peduli ada berapa banyak wanita di luar sana yang mungkin lebih segalanya darinya, tapi hatiku hanya ingin memilih dia, sebagai pelabuhan terakhir ku!" Karisma. "Sekeras apapun rintangan dalam satu hubungan, setia dan bertahan dengan satu hati adalah satu bentuk ketulusan cinta. King. "Harta bisa saja membuatmu di atas angin, jabatan bisa saja membuatmu merasa berkuasa, tapi semua takkan ada artinya jika satu saja janji mu masih menjadikanmu berhutang.( Hutang nyawa)" Brak,,,, Sebuah mobil sport kuning baru saja terpental dan berguling di kilometer enam puluh. Bukan kecelakaan tunggal. Tapi kecelakaan yang di sengaja, karena setelah mobil sport kuning itu terpental dan berguling sampai berkali-kali, tiga buah mobil hitam juga mendekat ke arah mobil sport kuning itu dan beberapa pengemudi berbadan kekar keluar dari dalam mobil itu dan hanya berdiri menatap ke arah mobil sport kuning itu tapi tidak satupun dari orang-orang berbadan kekar itu ingin membantu pengemudi yang menggunakan mobil sport kuning tersebut. Seseorang kembali mendekat, dengan membawa satu cerigen merah di tangannya, dan orang itu langsung membubuhkan cairan yang di duga bahan bakar minyak ke arah mobil sports kuning tersebut, hingga mobil itu terlihat berlumuran bahan bakar. Tidak ada interaksi yang terjadi dengan pengemudi mobil sport kuning tersebut, dan detik berikutnya beberapa orang yang tadi hanya berdiri menyaksikan mobil sport kuning itu terbalik, kini sudah masuk ke dalam mobil mereka masing-masing dan meninggalkan tempat itu. Namun satu di antara sekian banyak laki-laki tadi memilih diam di sana, bukan untuk menolong sang pengemudi mobil sport kuning itu, tapi untuk menyalakan api untuk dia lempar pada mobil sport kuning itu hingga seketika mobil itu langsung di makan si jago merah, dan setelah memastikan mobil itu terbakar barulah orang itu meninggal tempat itu dan membiarkan mobil sport kuning itu terbakar sendiri. Nyaris seperti tabrakan tunggal. Seorang wanita cantik tengah berdiri di antara bukit kecil dan menyaksikan pemandangan mengenaskan di sana. Motornya sedang kehabisan bahan bakar, dan jalur yang saat ini dia lalui sangat sepi. Dia melihat bagaimana kecelakaan itu terjadi, tapi karena dia hanya seorang diri, dia memilih diam di tempatnya dan menunggu orang-orang tadi meninggalkan lokasi tersebut. Dan saat dia merasa sudah tidak lagi ada orang di sana, barulah dia mendekat ke arah mobil sport kuning itu dengan membasahi seluruh tubuhnya agar tidak ikut terkena percikan api, guna melihat lebih dekat pengemudi di balik mobil sport kuning itu. Seorang wanita dengan rambut pirang. Ya, pengemudi mobil sport kuning itu adalah seorang wanita. Hanya seorang wanita. Vario langsung memaksa untuk mencoba membuka pintu mobil sport itu, saat kobaran api juga melahap mobil itu, namun karena api yang terlalu besar dan panas membuat Vario nekat memasukan tangannya untuk membuka sabuk pengaman wanita di dalam mobil itu lalu dengan tenaga penuh Vario menarik tubuh wanita itu dari dalam mobil, hingga keduanya, Vario dan wanita berambut pirang itu berguling ke dasar jurang, dan menit berikutnya mobil sport kuning itu juga langsung meledak di atas aspal. Vario menahan pahanya yang ikut terjepit karena tubuh wanita berambut pirang itu, dan menarik tubuhnya untuk bersandar pada pohon besar di sampingnya. "To,,long. To,,,long selamatkan mamaku." Lirih suara wanita berambut pirang itu dan Vario semakin mendekatkan tubuhnya untuk mendengar lebih jelas suara wanita itu, karena ternyata wanita itu masih hidup. "Apa yang kau katakan?" Tanya Vario saat mendekatkan wajahnya pada wajah wanita itu, wanita yang baru saja menjadi korban tabrakan, eh bukan , tapi lebih ke korban perencanaan pembunuhan. "To,,,long se,,,la,,matkan mamaku. Mamaku da,,lam ba,,ha,,ya. To,,,long, lindu,,dungi mamaku. Ak,,u mo,,hon." Ucap wanita itu terbata tapi cukup jelas untuk Vario dengar dan detik berikutnya, wanita itu juga langsung diam dan menutup matanya. Vario mengecek nadi wanita itu, masih ada, meskipun sangat pelan, dan detik berikutnya Vario mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang untuk membantunya. Panggilan tersambung, dan tepat di dering ke tiga panggilan itu di terima. "Hallo. Lu kemana aja sih, kita udah siap nih." Sapa seseorang di seberang telpon. "Lex, gue dalam keadaan darurat. Tolongin gue. Gue sedang berada di kilometer enam puluh. Ada kecelakaan mobil di mari, dan gue kejebak di dasar jurang. Tolongin gue. Gue share lokasi gue sekarang!" Balas Vario dengan napas berat dan lelah. "Oh my God. Pa yang terjadi ama lu? Tetap bertahan di sana. Gue ama anak-anak kesana sekarang!" Imbuh Alex di seberang telpon dan langsung meluncur ke lokasi yang Vario kirim padanya dengan membawa dua orang teman lagi bersamanya. Vario diam dengan menahan kepala wanita itu di pangkuannya, sementara dirinya duduk bersandar pada akar pohon saat seluit cahaya mobil menyorot ke arah di mana dirinya berada dan Vario buru-buru menutup tubuh wanita itu dengan dahan daun yang asal Vario raih dengan tangannya tanpa harus melepas kepada wanita itu dari pangkuannya. Takut jika laki-laki berbadan kekar tadi kembali dan mencari keberadaan wanita itu dan malah dirinya yang akan ikut terseret kedalam masalah mereka. "Rio. Lu da di mana?" Teriak suara memanggil nama Vario dan kali ini Vario yakin jika itu adalah Alex, sahabatnya. Vario menghidupkan layar ponselnya, lalu melambaikan tangannya ke arah atas agar Alex atau orang yang Alex bawa untuk menolongnya, dan Alex langsung melihat pancaran layar ponsel itu dan Alex yakin jika itu adalah Vario. Buru-buru Alex dan dua anak lainnya menuruni jurang itu dengan memutar arah kemudinya lewat jalur lain dan saat Alex sudah menemukan lokasi Vario, Alex langsung bergegas untuk mengangkat Vario dari tempat itu, tapi siapa sangka jika ternyata Vario tidak sendiri, ada wanita lain yang bersama Vario, dan wanita itu terluka parah, bahkan separuh dari tubuh wanita itu sudah terbakar, dan wajahnya sudah penuh dengan darah, dan luka akibat benturan mobil yang dia kendarai. "Oh. Apa yang terjadi ama lu? Kenapa bisa ampe begini?" Tanya Alex saat mengangkat tubuh Vario dengan sebelah lengannya. "Jangan hiraukan gue. Gue gak pa pa. Tapi tolong selamatkan wanita ini. Dia masih hidup!" Pinta Vario enggan untuk melepas kepala wanita itu dari pangkuannya dan Alex langsung mengangkat tubuh wanita yang sedang Vario pangku untuk dia bawa ke mobil dan dua orang teman yang datang bersama Alex membantu Vario untuk naik ke dalam mobil yang Alex kendarai. "Kita ke rumah sakit!" Ucap Alex memerintahkan salah seorang teman yang datang bersamanya untuk mengambil alih kemudi mobil itu, sementara Alex ikut menahan tubuh wanita berambut pirang itu untuk lebih nyaman karena Vario terus berusaha untuk menahan kepala wanita itu, wanita yang bahkan tidak mereka kenal sebelumnya. Mobil melesat begitu saja, dan tidak butuh waktu lama, hanya sekitar tiga puluh menit berpacu dengan jalanan, akhirnya mereka, Vario dan Alex sampai di salah satu rumah sakit terdekat dari lokasi kecelakaan, tapi baru saja mobil Alex menepi di gerbang utama rumah sakit itu, Vario malah melihat dua orang laki-laki dengan tubuh kekar berdiri tidak jauh dari pintu kaca yang bertuliskan UGD dan Vario ingat dengan sangat jelas jika salah satu dari dua orang itu adalah orang yang juga ikut melihat atau terlibat dalam kecelakaan tadi, dan detik itu juga Vario meminta Alex untuk putar balik karena sepertinya nyawa wanita itu sedang di buru oleh sekelompok orang. Entah apa alasan atau yang telah wanita itu perbuat, tapi satu yang pasti dia harus menyelamatkan wanita ini dulu, dari orang-orang yang ingin membunuhnya. "Kita gak bisa membawanya ke rumah sakit ini, karena nyawa wanita ini akan menjadi taruhannya." Ucap Vario tiba-tiba dan Alex langsung meminta orang yang mengemudi mobil itu untuk berhenti. "Apa maksud lu?" Tanya Alex tidak mengerti dengan apa yang sedang Vario ucapkan. "Lu liat dua orang laki-laki yang berdiri di depan pintu UGD itu?" Tunjuk Vario pada dua orang yang berdiri di depan sana, dengan pakaian serba hitam, seperti kebanyakan pakaian para bodyguard. "Ya. Kenapa?" Kutip Alex saat mengikuti arah tunjuk Vario. "Gue liat salah satu dari mereka tadi ada di lokasi kecelakaan itu, dan gue yakin jika kecelakaan ini hanya sebuah sabutase. Dan gue yakin jika nyawa wanita ini sedang di incar oleh komplotan mereka!" Imbuh Vario dengan rasa lelah dan sesak di dadanya karena lelah menahan tubuh wanita itu juga lelah menahan rasa nyeri di pahanya akibat benturan saat tadi dia berguling ke dasar jurang, dan paha itu juga masih dia gunakan untuk menahan tubuh wanita berambut pirang itu. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya Alex setelahnya karena pikir Alex, hal yang paling tepat untuk mereka lakukan saat ini hanya membawa wanita ini ke rumah sakit, tapi Vario malah mengatakan jangan. "Putar balik. Kita pikirkan nanti!" Jawab Vario setelahnya meminta Alex putar balik mobil itu dan Alex langsung memerintahkan orang yang mengemudikan mobil itu untuk putar balik, dan meninggalkan area rumah sakit itu. Mobil kembali berbaur di padatnya jalan raya, dan baik Alex ataupun Vario sama-sama berpikir kemana mereka akan membawa tubuh wanita itu, karena tidak mungkin jika mereka terus berada di jalan raya, saat nyawa seseorang ada di ambang maut. "Gue tau, siapa orang yang bisa membantu kita!" Ucap Alex tiba-tiba saat mengingat seseorang yang kiranya bisa membantu mereka juga membantu wanita berambut pirang itu. "Siapa?" Tanya Vario ingin tau. "Sudah. Lu tenang aja. Gue bisa atasi ini!" Imbuh Alex lalu meminta satu orang itu untuk pindah ke belakang dan bertukar tempat duduk dengan orang yang mengemudikan mobil itu , agar Alex sendiri yang mengemudi karena dia harus cepat sampai di tempat orang itu, atau nyawa wanita di belakang menjadi taruhannya. Alex membawa mobil itu keluar dari jalan raya, menuju ke arah timur dan memasuki satu kawasan villa di pinggir kota yang jauh dari hiruk pikuk keramaian. Ada satu rumah dengan gaya klasik yang yang Alex tuju, dan Alex lebih dulu turun dari rumah itu untuk memencet bel di sisi pintu rumah besar itu. Cukup lama Alex berdiri di depan pintu rumah itu, karena malam memang sudah cukup larut, hingga seorang wanita dengan kaca mata tebal terlihat membuka pintu besar rumah itu. "Alex? Apa yang kau lakukan di sini selarut ini?" Tanya wanita itu saat melihat Alex ada di balik pintu rumahnya. "Alex butuh bantuan kakak." Jawab Alex singkat. "Apa?" Tanya wanita itu tidak mengerti, dan Alex langsung membawa lengan wanita itu ke arah mobilnya, lalu membuka pintu mobil bagian penumpang dan menunjukan pada wanita yang bernama Gabriela itu, jika dia membawa wanita yang butuh pertolongan. " Tolong selamatkan dia, kak!" Pinta Alex dan Vario langsung ikut menangkupkan kedua telapak tangannya pada Gabriela, karena Vario tau jika wanita itu adalah kakak perempuan Alex, yang juga seorang dokter bedah. "Apa yang kalian lakukan? Apa kalian menabrak wanita ini, dan sekarang malah meminta kakak untuk mengurusnya? Oh Alex,,, sampai kapan kau akan bertindak ceroboh seperti ini? Ini sudah menyangkut nyawa seseorang, Alex Vanhoten." Keluh Gabriela tapi Alex malah menggeleng karena apa yang sedang kakaknya pikirkan tidak sama dengan apa yang terjadi. "Ini tidak seperti yang kakak pikirkan. Nanti gue, eh aku jelaskan. Tapi untuk saat ini, tolong selamatkan nyawa wanita ini, kak Gabriel." Kali ini Vario yang memohon pada Gabriella dan Gabriella langsung meminta Alex untuk membawa wanita itu masuk, agar mereka bisa memberikan pertolongan pertama pada wanita itu. "Oh. Apa yang kalian lakukan? Kenapa tidak membawanya ke rumah sakit saja, sih? Kenapa malah membawanya ke rumah ku?" Protes Gabriella saat menggunting sisa pakaian yang melekat di tubuh wanita itu, lalu memasang infus di lengan kirinya setelah memastikan jika wanita itu masih bernyawa, kemudian membersihkan tubuh itu dengan air hangat agar sisa darah di tubuh wanita itu tidak mengering. Baru setelah itu Gabriella menjahit beberapa sobekan di pinggang dan punggung juga beberapa robekan di paha dan lengan wanita itu. Beruntung Gabriella punya alat medis lengkap di laboratoriumnya hingga cukup mudah bagi Gabriella untuk memasangkan wanita itu alat pendeteksi detak jantung juga nadi. Gabriella juga punya stok darah dengan golongan darah O+ jadi dia bisa melakukan transfusi darah pada wanita itu. Semua alat penopang kehidupan itu bekerja dengan sangat baik, hingga mereka bisa yakin seyakin-yakinnya jika wanita berambut pirang itu benar-benar masih bernyawa, meskipun detak jantungnya juga masih sangat lemah. Setelah memberikan pertolongan pada wanita itu, Gabriella juga keluar dan menuntut penjelasan pada Vario. Wanita barbar sahabat adik laki-lakinya itu. "Katakan pada kakak, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Gabriella sambil bersidekap d**a. "Dia korban pembunuhan!" Jawab Vario singkat. "Korban pembunuhan?" Kutip Gabriella dan Alex hanya menyimak apa yang sedang Vario jelaskan pada Gabriella, kakak perempuannya, mulai dari awal mula mobil wanita itu menabrak pembatas jalan, lalu di dorong oleh satu mobil kontainer hingga berguling, hingga pembakaran yang di lakukan oleh beberapa orang yang dia yakin adalah preman bayaran. "Sungguh kakak. Gue,,, eh maksudnya, aku bukan orang yang mencelakai wanita ini. Aku hanya membantunya. Tadi kami sudah membawa wanita ini ke rumah sakit, tapi aku juga melihat jika di rumah sakit itu, juga ada orang yang ikut mencelakai wanita ini, maka dari itu kami memutuskan untuk tidak membawa wanita ini ke rumah sakit, karena aku pikir, nyawa wanita ini benar-benar sedang di incar." Jelas Vario apa adanya dan Gabriella hanya mengangguk paham. "Apa kalian mengenal wanita ini?" Tanya Gabriella lagi dan baik Alex ataupun Vario sama-sama menggeleng karena mereka memang tidak mengenal wanita itu. "Oh sial. Bagaimana kalo dia adalah bandar narkoba, atau teroris yang sedang di cari pihak berwenang? Kenapa kalian selalu ceroboh melibatkan kakak dalam urusan kalian?" Sambung Gabriella merasa frustasi tapi baik Vario ataupun Alex sama-sama tidak mengerti dengan apa yang Gabriella takutkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN