9

1007 Kata
XABIRU Biru, begitulah banyak orang memanggilku. Aku memiliki perawakan yang tinggi besar dan berkulit putih. Rambut ikal dan hidung mancung adalah salah satu kelebihan penunjang ketampananku menurut teman-teman perempuanku. Lalu menurutku? Tidak. Tidak ada sesuatu yang lebih dari diriku. Aku bukan keluarga orang yang berada, tapi aku juga bukan orang yang kurang. Aku sekarang mengenyam pendidikan sebagai seorang mahasiswa jurusan teknik sipil di kampus negeri terbesar di Surakarta. Soal otak bisa dibilang encer walaupun penampilanku urakan. Aku bukan seorang playboy, tapi aku cukup banyak dekat dengan teman wanita. Tapi diantara semua wanita cantik yang pernah dekat denganku sesungguhnya hatiku bertaut pada satu orang, siapakah dia ? Aku sering memanggilnya Senja, gadis kecil dengan penuh kesederhanaan itulah yang telah mengambil hatiku. Sayangnya aku tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Jangan tanya kenapa ? Sudah berkali-kali aku menyatakan perasaanku padanya, tapi dia selalu menertawakanku, bukan dia tidak menghargai perasaanku, tapi karena dekatnya kami dari kecil membuatnya tidak percaya jika aku benar telah mencintainya. "Aku habis jadian sama Nesya." Kataku pada Senja saat aku patah hati akibat dia sudah menolakku kesekian kali saat aku mengutarakan perasaanku. "Wah serius ? Pajak jadian dong kak ? Aku mau di jajain es kapal belakang UNS yak ?" Tanyanya begitu exited. Kupikir dia akan cemburu, gak taunya dia malah sebahagia itu. Jangan heran ketika dia memanggilku dengan sebutan 'kak', karena Senja memang selalu menganggapku kakak, usia kita terpaut dua tahun, untuk itulah dia selalu memanggilku kakak dan menganggapku sebagai kakak. Senja seorang gadis yang manis, sayang keluarga dia begitu berantakan. Ayahnya pergi meninggalkannya dan ibunya kemana tidak ada yang tau. Rumah kami tidak dekat, kami tinggal beda desa, tapi pernah bersekolah di sekolah yang sama saat kami masih menduduki sekolah dasar. Ditolak Senja dan sering bergonta ganti pasangan bukan berarti aku sudah mengubur perasaanku padanya. Jangan bilang aku lelai melow, aku hanyalah seorang yang ingin jujur dengan perasaanku sendiri. Semenjak aku memasuki bangku perkuliahan memang pertemuanku dengan Senja menjadi jarang. Dia yang sibuk sekolah dan kegiatan OSIS dan aku yang sibuk dengan jam mata kuliahku yang berantakan, tapi setidaknya aku masih selalu berusaha untuk menemuinya sekedar untuk mengajak dia makan bakso makanan favoritnya . Pernah suatu ketika aku lama tidak menemuinya karena aku betul-betul kecewa padanya yang kutau dia ternyata jadian sama temen sekolahnya. Rasanya aku merasakan sakit hati begitu luar biasa. Aku memilih menjauh karena aku tak mau merasakan patah hati, walaupun aku sendiri saat itu sudah pacaran dengan Amel teman kuliahku. Kupikir Senja akan mencariku, tapi ternyata tidak. Rupanya memang benar jika dia tidak memiliki rasa itu padaku. "Kenapa harus kerja ? Kamu kan bisa ajukan beasiswa untuk kuliah kamu." Tanyaku saat aku tau dia tidak melanjutkan kuliahnya. "Ribetlah kak. Aku enjoy kok begini. Ga pa-pa kak, kerja juga lebih baik kan ? Ga usah terlalu memaksa untuk kuliah jika memang tidak ada biayanya." "Ya tapi kan sayang otakmu yang cerdas itu." Kataku sambil mengejek dia. Aku senang bisa melihat dia tersenyum kembali. Yang aku tau dia sudah putus dengan pacarnya, makanya aku berani menemuinya. Ya sekalian melepas rinduku padanya. Dia semakin cantik, wajahnya juga semakin terlihat ceria, mungkin efek kerja di salon membuat dia bisa merias diri. Bibir mungilnya sekarang berwarna merah jambu akibat lipstik, pipinya memerah dan melengkung ketika dia tersenyum. " Kak!" Bentaknya. "Hm..." Sahutku saat aku kepergok memandangi kecantikan wajah Senja. "Kenapa lihat aku seperti itu ?" "Gak ih, siapa juga yang lihat kamu ? Kegeeran deh." "Aku jelek ya kak pake make up ? Coba jujur sih." Katanya sambil menutup wajahnya. Aku tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Senja, dia sungguh membuatku gemas, ingin rasanya aku mencubit hidungnya, tapi sayangnya aku tidak punya keberanian untuk itu. "Mama .... " Mataku terbelalak ketika aku melihat anak kecil yang memanggil Senja dengan panggilan mama, bahkan dia juga mendatangi Senja. Aku benar-benar sempat merasa terpukul jika itu sungguh betul-betul anak dari Senja, karena aku tau bagaimana Senja dan bagaimana bisa dia hamil dan tiba-tiba memiliki anak dan kapan juga dia menikah. Fikiranku tiba-tiba dibayang-bayangi oleh pertanyaan-pertanyaan bodoh itu sampai pada akhirnya Senja memberiku penjelasan dan aku menjadi tenang. "Kenapa kamu melakukan hal itu ?" Tanyaku begitu Senja menceritakan padaku tentang kenekatan yang dia lakukan pada om Langit. Aku tak mengenal siapa itu om Langit, tapi aku banyak mendengar siapa dia dari Senja, dia adalah pemilik toko kue dan ayah dari teman sekolah Senja bernama Mentari. Aku begitu kaget saat dia datang menemuiku di kampus, matanya merah saat dia menelponku memintaku menemuinya di taman belakang kampus. Dia memelukku dan menceritakan padaku tentang apa yang baru saja dia lalukan pada ayah Mentari. "Aku tidak tau lagi kak bagaimana cara aku bisa mendapatkan uang, kakak tau kan gimana kondisi keuangan kami?" "Ya tapi tidak harus dengan mengaku bahwa kamu ini adalah calon istri dari ayah Mentari. Apa yang kamu lakukan itu sudah salah Senja." "Iya aku tau aku salah. Aku udah buntu banget kak soalnya." "Dia pasti merasa dipermalukan, apalagi kamu membicarakan itu di depan security kantor, dan pasti berita itu akan segera menyebar juga." "Aku akan minta maaf kak. Dia pasti marah besar padaku, dan Mentari aku yakin selepas ini dia akan menghukumku seperti dulu." Mentari atau kerap disapa Tari, gadis ayu yang berperawakan tinggi dan ramping, siapa saja pasti akan terpesona melihat parasnya. Dia memikili wajah yang bulat sempurna, kulit putih dan bibir yang tipis. Aku tau dia saat dia menjadi adik kelasku . Kami berada di sekolah yang sama, dia satu angkatan dengan Senja, Mentari memang memiliki tampang yang judes dan arogan, aku ingat dulu dia pernah membully Senja hanya karena sepatu Senja lepas saat pelajaran olahraga, dia bahkan mempermalukan Senja di sekolahan hingga membuat Senja sering dikucilkan. Aku juga baru tau jika dia adalah anak dari om Langit, dan juga kakak dari anak kecil yang bernama Bintang itu. Mentari sempat mencuri pandang padaku saat dia menjadi tim cheerledance di sekolahan, beberapa kali dia sempat memberiku perhatian kecil, tapi mengingat dia menyakiti Senja membuatku menjadi ilfee padanya. Aku tidak pernah lagi bertemu dengannya semenjak kelulusan sekolah, namun di angkatan adik tingkatku aku sempat melihat dia menjadi mahasiswa baru di kampusku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN