KELULUSAN

1107 Kata
~Senja~ Sorak sorai masih terdengar riuh di sekolahan kami. Hari ini pengumuman kelulusan kami. Setelah berkutat selama 3 tahun akhirnya kami bisa lulus sekolah dengan nilai yang membanggakan. Terlebih aku, tak henti ku mengucap syukur ketika aku berhasil mendapatkan peringkat 3 paralel di sekolah. "Senja selamat ya, kamu dapat rangking nomer 3 paralel lho." Ucap Rini sahabatku. "Makasih ya Rini, kamu juga selamat mendapat peringkat ke 5 paralel." Balasku. "Tapi masih tetep kalah sama kamu Senja." "Heh gak boleh gitu, yang penting kan kita bisa lulus." "Iya deh. Oh iya, habis ini kamu mau lanjut kemana ? Kamu yakin gak mau kuliah ? Dengan prestasi kamu aku yakin kamu bisa lho dapat beasiswa di kampus negri." Aku menunduk. Sejujurnya aku ingin melanjutkan studiku di perguruan tinggi impianku. Tapi rasanya itu hanya angan-angan saja, karena mengingat kembali kondisiku yang hanya memiliki orang tua tunggal dengan kehidupan yang pas-pas.an. Senja Candrika Putri, atau biasa dipanggil Senja. Usia 18 tahun dan per hari ini resmi menjadi anak lulusan SMA N 3 SURAKARTA. Menjadi anak yatim piatu sejak dari usia 10 tahun. Ayahku pergi entah kemana bahkan ibukupun tidak tau. Ibu merawat dan membesarkanku sendiri dengan uang hasil berjualan nasi uduk di pinggiran jalan depan kampus di Colomadu. Meski begitu ibu tidak pernah mengajariku untuk putus asa dan malu dengan keadaan yang aku alami. Kata ibu aku harus menjadi perempuan yang seterang senja di sore hari, yang menjadi indah karena cahayanya. Brukkkkkk ! Tanpa sengaja aku menabrak seseorang hingga membuatku terjatuh. "Maaf." Kataku sambil membersihkan bajuku dan masih terduduk di lantai. Aku melamun menyusuri koridor sekolah selepas bercerita panjang lebar tentang masa depanku dengan Rini, aku memikirkan kembali tawaran Rini untuk bekerja di salon ibunya jika aku benar-benar tak melanjutkan kuliahku. Rasanya aku tak punya keahlian di bidang kecantikan bagaimana bisa aku bekerja disana, dan tanpa sadar aku menabrak seseorang. "Papa !" Teriak seseorang yang suaranya tak asing denganku. "Halo sayang." Sapa seseorang di depanku pada Mentari teman sekolahku. "Papa ngapain kesini ?" Tanya Mentari. "Papa mau memberikan ucapan selamat kepada anak papa tercinta atas kelulusannya dan mendapat juara 4 paralel di sekolahan." "Kok papa tau ?" Tanya Mentari dengan wajah berbunga. "Apa yang papa tidak tau dari anak gadis papa ?" "Ah papa makasih. Mentari sayang papa." Ucap Mentari sambil memeluk papanya. Aku mencoba bangun dari tempatku terjatuh tadi. Aku belum bisa melihat dengan jelas siapa sosok yang kutabrak atau mungkin bahkan aku yang ditabrak, karena dia berdiri membelakangiku. "Om maaf ...." Ucapku. Biar bagaimanapun aku lebih muda, jadi aku yang harus minta maaf. "Ngapain lo ?" Tanya Mentari padaku. "Aku gak sengaja tadi nabrak papamu, trus ..... " "Makanya punya mata tu dipakai buat ngelihat ! Jangan ngelamun aja lo ! Pasti bingung kan lo nanti mau dikemanain masa depan lo ? Miskin sih !" Ejek Mentari. "Mentari!" Bentak om itu. "Apa sih pa ?" "Jaga bicaramu ! Ayo kita pergi, adek-adek sudah menunggu di mobil. Kita bikin acara untuk kelulusan kamu." "Wah makasih pa. Yuk pulang." Ajak Mentari sambil melangkah ke arahku. "Minggir lo !" Bentak Mentari sambil menyenggol bahuku dengan sengaja. "Anak sama bapak ternyata sama- sama sombong ya." Ucapku setelah mereka pergi. **** Setelah memikirkan selama dua hari akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran Rini bekerja di salon milik mamanya. Ya meskipun aku sama sekali tidak berbakat dalam hal ini. "Emang bisa ?" Tanya tante Intan, mama Rini memandangiku dari atas sampai bawah. "Bisa ma, tapi ya tetep kudu diajarin dulu. Namanya juga kan baru." Jawab Rini meyakinkan. "Tapi penampilannya sama sekali tidak mencerminkan kalau dia suka dandan, bagaimana bisa masuk salon ?" "Lama-lama juga bisa ma. Ya gak Ja ?" Senggol Rini. "Iya tante. Kalau diajarin saya bisa kok. Tolong kasih kesempatan sama saya ya ?" "Oke. Saya terima. Latihan dulu coba kamu ngramasin Meka ya. Mek sini !" Panggil tante Irma mama Rini ke karyawannya. "Ya mi ?" Jawab Meka. "Dia Senja, karyawan baru temen Rini. Kamu ajarin dia ya, creambath sama hair spa dulu aja yang gampang dulu." "Langsung yang sulit juga dia pasti bisa mbak Meka, Senja ini cerdas gampang ngerti dia." Ceplos Rini. "Rini udah kamu diem aja." Kataku pelan karena merasa tak enak pada tante Intan dan mbak Meka. "Lah, emang bener." Hari pertama kerja di Salon, bukan pekerjaan yang susah ternyata. Syukurnya mbak Meka sabar banget ngajarin aku sampai bisa. Cuma butuh kekuatan sedikit aja buat mijet pas creambath dan keramas. "Besok belajar lulur ya, cepet juga ya kamu ngertinya kalo dikasih tau." "Makasih mbak Meka." Kataku. "Gih balik sana. Udah malem lho. Berani pulang ?" "Berani mbak, masih jam 8 malam. Jalanan masih rame mbak." "Yaudah ati-ati ya." Menyusuri malam di sepanjang jalan ir Sukarno Grogol, melewati Hartono mall Solo mall megah yang tak pernah sepi pengunjung. Pernah kesana dua kali dulu saat pulang sekolah nganter Rini ketemuan sama cowok dapet kenal di michat katanya, ganteng enggak m***m iya, lucu banget kalo inget jadi ketawa sendiri. Tintintintin ................. Suara klakson mengagetkanku bunyinya tepay di belakangku saat aku masih mengemudikan motorku. "Bisa minggir gak kamu ?" Teriak suara yang asing bagiku. "I .... Iiya om maaf." Kupinggirkan laju motorku. "Ini jalur cepat, jangan mengendarai motor sepelan itu, mengganggu kendaraan lain mau lewat." Teriak orang itu dari dalam mobil. "Iya om." Wussss mobil Pajero sport putih itupun kembali melaju kencang hingga membuatku sedikit oleng bersama motorku. **** Seminggu sudah aku bekerja di salon milik tante Intan, aku sudah mulai menemukan titik kenyamanan di salon ini. Mbak Meka dengan telaten mengajariki dari keramas,creambath, hairspa, dan pijet lulur. Aku sekarang juga sudah bisa belajar make up. Kata tante Intan pekerja salon itu harus cantik dan modis biar pelanggan juga tertarik untuk perawatan di salon ini. Kalau sekedar pakai lisptik dan bedak aku sudah bisa, karena setiap hari juga sebelum sekolah aku pakai lipgloss sama bedak. Tinggal belajar aja pakai yang lain-lain biar gak kemenoran kaya badut. "Hai mbak Tari ?" Sapa Meka. "Hai Mek. Apa kabar lo ?" "Baik dong, udah lama banget mbak gak ke salon ?" "Kemarin sibuk ujian gue. Sekarang udah lulus saatnya me time dong." "Ciet selamat ya, lanjut kuliah dimana mbak ?" "Pengennya di Jogja UGM, tapi gak boleh sama papaku. Katanya suruh di Solo aja, UNS yang deket." "Hmm betul mbak Meka, kan kasihan bapaknya ditinggal. Tar kalo ada yang nyolong gimana ?" "Silahkan deh kalo papa mau kawin lagi, kasian juga udah 8 taun jadi duda. Gue restuin asal bininya juga tajir, jadi gak ada niat buat cuma nyuri harta bokap gue." "Hahahhaha betul betul betul..... " 'Itu suara Mentari, teman satu sekolahku dan Rini. Jadi dia langganan salon punya tante Intan, kok Rini gak pernah ya cerita kalau Mentari ini pelanggan salon mamanya ?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN