Ruang Sidang

1463 Kata
Pagi itu tidak setenang biasanya, terlebih di dalam lingkungan rumah sakit. Dini hari tadi, seorang tabib yang bertugas untuk mengecek kondisi para korban keracunan di sayap kiri menemukan bahwa semua pasien itu telah berbaring kaku dengan bibir membiru. Hal itu sontak menyebabkan keributan di dalam rumah sakit, dan hanya dalam beberapa menit semua orang di kastil telah mengetahuinya. Awalnya, sidang tentang pembunuhan delapan pelayan dan lima belas penjaga itu tertunda karena kurangnya bukti dan juga Azure harus menunggu sembilan saksi untuk bangun dan bertanya, tapi setelah kabar pagi itu, Azure tidak membuang waktu dan memerintahkan penghuni kastil untuk berkumpul di ruang sidang. Tiba-tiba saja, lingkungan kastil yang biasanya ramai menjadi sepi, hanya beberapa penjaga sesekali terlihat berpatroli. Untuk menghadiri sidang hari itu, Bella secara khusus mendandani dirinya agar terlihat kuyu dan lelah, dengan lingkaran hitam mengerikan di bawah matanya. Begitu dia masuk ke ruang sidang dan melihat Azure duduk di kursi kebesarannya, Bella langsung berlutut dan menangis. “Yang Mulia, Disan dan Disi menghilang sejak semalam dan belum ditemukan hingga pagi ini, aku takut sesuatu terjadi kepada mereka.” Raut wajah Azure yang awalnya terlihat buruk semakin mengerikan. “Menghilang? Bagaimana bisa menghilang.” Bella menggeleng keras. “Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar suara teriakan singkat, lalu saat aku keluar, pintu kamar Layla terbuka lebar dan tidak ada satu orang pun di dalamnya, kamar Chloe juga seperti itu.” “Mengapa kau baru memberitahuku sekarang?” Bella menunduk, menopang tubuhnya dengan kedua tangan di lantai. “A-aku ingin memberitahumu, tapi... “ Bella mencuri pandang ke arah dua penjaga di belakang Azure. “ Tapi mereka mengatakan bahwa Yang Mulia sedang beristirahat dan tidak bisa diganggu.” “Mereka?” Azure mengerutkan kening, namun melihat Bella terus mencuri pandang ke belakangnya, Azure langsung tau siapa mereka yang Bella maksud. Azure segera berbalik ke arah Max dan Bert. Semalam, sebelum dini hari, mereka berdua adalah yang menjaga di depan pintu Azure. Melihat tatapan marah Azure, Bert dan Max segera berlutut. “Maafkan kami Yang Mulia, beberapa hari ini kami melihatmu lelah dan sulit untuk tidur, jadi karena akhirnya semalam Yang Mulia akhirnya bisa tidur, kami tidak ingin mengganggu waktu istirahat Yang Mulia,” ujar Bert. “Kalian ingin aku beristirahat dengan tenang tapi membiarkan kejadian seperti ini terjadi di kastilku? Dua wanita di dalam harem menghilang begitu saja! Menurutmu bagaimana orang-orang di luar akan menilaiku?” Bert dan Max menunduk semakin dalam, menyembunyikan wajah mereka. Bert kemudian berkata lagi, “Kami sudah mengirim Oslo dan Skye untuk mencari namun mereka berdua juga belum kembali pagi ini.” Azure tiba-tiba tertawa keras, namun siapa pun bisa melihat bahwa dia tidak benar-benar tertawa. “Bagus, Bagus sekali. Hanya beberapa minggu dan kalian telah berani untuk bertindak tanpa perintahku, di masa depan apa yang akan kalian lakukan? Menggulingkan tahta ku ketika kalian merasa tidak puas padaku?” Max dan Bert menunduk semakin dalam hingga dahi mereka hampir mencapai lantai. “Kami tidak akan berani Yang Mulia.” Azure mendengus keras, namun sebelum dia bisa mengeluarkan suara lagi, Jude dan Hawk masuk ke dalam ruagan bersama kepala penjaga kastil. Sedangkan di belakang mereka sejumlah prajurit memikul sembilan mayat tertutup kain di atas tandu. Ruangan tiba-tiba menjadi ramai dengan kasak kusuk pelayan dan juga penjaga yang berkumpul di sana. Mendengar berita dan melihatnua secara langsung memiliki sensasi yang berbeda. Beberapa pelayan dan prajurit yang memiliki hubungan baik dengan para korban tidak bisa lagi menahan tangis mereka, bahkan salah seorang pelayan wanita yang merupakan istri dari salah satu penjaga itu jatuh pingsan dan harus dievakuasi ke ruangan lain. “Berdiri, kalian akan menerima hukuman nanti.” ujar Azure kepada Max dan Bert, sedangkan Bella juga sedang berjalan ke tempat duduknya dibantu oleh pelayan pribadinya. Azure terlalu malas untuk menangani keributan karena suasana hatinya, jadi dia menyerahkan semua tugas itu kepada Blake (Kepala penjaga kasti), Jude dan hawk. Setelah akhirnya suasana menjadi terkendali, rombongan lain masuk ke dalam ruangan, Fern membawa seorang gadis berambut pirang panjang dengan tubuh dan pakaian yang kotor juga lusuh, rambutnya berantakan, menyembunyikan wajah yang pastinya tak kalah berantakan. Kedua tangan dan kaki gadis itu dirantai oleh rantai besi yang terus mengeluarkan bunyi ketika bergerak. Azure di atas singgasana menegang, hanya sanggup menatap sekilas ke arah Ruby sebelum mengalihkan tatapannya ke arah lain. Kemudian ketika Fern menekan bahu Ruby agar berlutut ke lantai, Azure memejamkan mata dan menghembuskan napas pelan untuk mengendalikan emosinya. Zera menatap Ruby dengan teliti, kemudian menoleh ke arah Yuyu dengan mata penuh tanya. Yuyu hanya memberikan senyum tipis dan anggukan sangat pelan dan Zera akhirnya tersenyum lebar. Dengan kehadiran saksi dan tersangka, sidang seharusnya bisa dimulai. Tapi karena kondisinya saat ini para saksi telah berubah status mejadi korban, dengan semua bukti yang mereka miliki, Ruby jelas adalah pelakunya. Jadi banyak yang berpikir sidang hari ini hanya berupa sikap formal Azure kepada Ruby karena bagaimana pun gadis itu telah merawat Azure cukup lama. Azure menangkan diri dan akhirnya bertanya. “ Ruby, kau menjadi tersangka pembunuhan delapan pelayan, lima belas prajurit dan penyerangan terhadap kedua selirku, apakah kau punya pembelaan?” Sejak masuk ke dalam ruangan, tak sekali pun Ruby mengangkat wajahnya untuk melihat Azure. Bahkan ketika dia menjawab pertanyaan Azure, dia masih betah menatap lantai. “Aku tidak membunuh mereka.” Suara Ruby terdengar sangat serak, seperti korban kekeringan yang tidak pernah minum selama berhari-hari, seseorang bahkan tidak bisa menahan diri mengerutkan kening tidak nyaman mendengar suara serak itu. “Apa yang terjadi? Apa kalian tidak memberinya minum?” Azure menoleh ke arah Blake. Karena kasus pembunuhan ini sangat besar hingga menewaskan banyak orang, Blake secara pribadi meminta izin kepada Azure agar ditugaskan untuk menjaga penjara Ruby dan Azure mengizinkan. Jadi ketika mendengar suara Ruby yang sangat kering hingga sulit dikenali, orang pertama yang Azure tanyai adalah Blake. “Kami memperlakukannya seperti tahanan lain, tapi dia menolak untuk makan dan minum sejak dia masuk ke penjara dan bahkan tidak bergerak dari tempat duduknya selama berhari-hari.” Blake dengan cepat membela diri. Meski dia berbohong ketika mengatakan memperlakukan Ruby sama dengan tahanan lain, tapi Blake memang memberi Ruby makan dan minum sekali dalam dua hari, namun seperti yang dia katakan, Ruby tidak menyentuh makanan dan minuman apa pun selama berhari-hari. Sangat luar biasa karena gadis itu masih bisa berdiri dan berjalan. Azure benar-benar ingin marah dan bertanya lebih banyak kepada Blake, namun juga sadar bahwa tersangka yang harus dia pertanyakan bukan pria itu. Jadi dia menoleh lagi ke arah gadis di lantai. “Kau tidak membunuh mereka? Tapi menurut saksi, kau menyerang mereka terlebih dahulu sebelum akhirnya racun itu bereaksi.” Ruby berkata lagi dengan suara pecahnya. “Aku menyerang mereka karena mereka menyerangku dan pelayanku lebih dulu, selain itu. Hari itu ketika mereka mengundangku, aku sama sekali tidak membawa apa-apa selain pakaian di tubuhku sebelum masuk ke dalam ruangan...” batuk menghentikan kata-kata Ruby sejenak. “...Dan juga, aku sama sekali tidak tau kalau mereka akan mengundangku hari itu, jadi bagaimana bisa aku punya waktu menyiapkan racun untuk mereka.” Bella di sisi lain tiba-tiba terisak, menatap Ruby dengan mata berlinang. “Jadi kau sekarang memindahkan semua kesalahan di kepala Chloe dan Layla karena mereka tidak ada di sisi?” Dia menoleh ke arah Azure dengan mata besar berkaca-kaca. “Yang Mulia aku tau bukti yang memberatkan Nona Ruby tidak lagi cukup kuat karena meninggalnya semua saksi kunci, tapi saat itu kepala penjaga adalah orang pertama yang hadir di tempat kejadian, tidakkah kesaksiannya cukup?” Bella menunjuk ke arah Blake. Azure mengerutkan kening dan menoleh kepada Blake. Setela berpikir kata-kata Bella cukup masuk akal, dia akhirnya mengeluarkan pertanyaan. “Ceritakan kepadaku apa yang kau tau tentang kejadian ini.” Blake menatap Ruby di lantai dengan mata penuh kebencian. “dia adalah pelakunya Yang Mulia, saat aku membuka pintu, dia jelas berencana melarikan diri dengan membawa dua pelayannya.” “Tapi, ruangan itu telah diperiksa berkali-kali, dan tidak ada jejak racun arsenik di dalamnya, menurutmu bagaimana dia bisa meracuni orang sebanyak itu dalam waktu bersamaan?” Blake memutar mata dan berpikir dan tiba-tiba mengeluarkan suara terkejut di tenggerokannya. “Aku ingat hari itu aku mencium bau menyengat di dalam ruangan. Dia bisa saja mencampur racun itu ke dalam parfum dan meracuni semua orang di ruangan.” Zera tiba-tiba menyela. “Kau berkata dia menyemprotkan parfum dengan racun ke tubuhnya sendiri? Bukankah itu terdengar seperti percobaan bunuh diri?” dengusnya. “Dia seorang tabib, dia pasti punya cara agar racun itu tidak berpengaruh padanya. Dia adalah satu-satunya yang tidak terpengaruh oleh racun di dalam ruangan itu, bukankah sudah cukup mencurigakan?” Azure mengangguk mengerti. Ketika Bella berpikir bahwa rencana telah sepenuhnya berhasil, Azure tiba-tiba menatap sekeliling ruangan dan kembali menatap Blake. “Jika aku mengingat dengan jelas, kau menangkap Ruby bersama tujuh penjaga lain yang bersamamu hari tiu, bagaimana bisa mereka tidak ada di sini hari ini?” Azure mengetuk-mengetuk lengan singgasananya. “Jika kau bisa menjadi saksi, maka rekanmu yang lain juga perlu memberikan kesaksian.” Tiba-tiba saja, Bella menjadi panik. Entah mengapa, nada Azure kepada Blake terdengar seperti nada untuk menginterogasi orang. Bersambung...

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN