"Bibir Nyonya berdarah?" Serra terjingkat kaget saat Bi Yuna tiba-tiba muncul di hadapannya. Tangannya kembali meraih bibirnya yang bengkak lalu secara tak sadar menutupinya dengan kedua tangan. "Hanya luka biasa," Bi Yuna manggut-manggut sambil tersenyum penuh arti mendengar jawaban tersebut. "Apa itu karena Tuan?" "Ya- ... Eh- Maksudku tidak. Bagaimana mungkin ini karena dia? Ha-ha ...." Wajah Serra bersemu merah karena malu. Dia hampir keceplosan di depan Bi Yuna tentang apa yang terjadi, beruntung dia masih sangat sadar sehingga dapat segera menarik kembali perkataannya. Bi Yuna kembali menganggukkan kepala. Senyumnya yang penuh makna membuat Serra merasa dicurigai. Untuk melepaskan dirinya dari situasi yang canggung ini Serra berdehem dua kali, lalu segara mengalihkan topik p