11. Kamu Cemburu?

1227 Kata
Serra dan Lilya baru sampai di divisinya. Melihat anak-anak lain berkerumun di meja Cindy membuat mereka penasaran. "Berita apa yang kalian lihat? Sepertinya sangat seru, aku juga ingin melihatnya," Lilya mengintip dari samping. "Kak Lilya, Kak Serra, kalian harus melihatnya juga. Berita ini menjadi trending hanya dalam setengah jam!" Cindy melambaikan tangan. "Berita hubungan antara Presdir Max dengan artis pendatang baru, Melodi, sepertinya sungguhan. Seorang paparazzi berhasil mendapatkan foto Presdir Max saat berada di bandara. Kebetulan postingan Melodi juga menunjukkan dirinya berada di bandara yang sama. Sekarang banyak orang yang percaya dengan berita ini." Serra yang semula tidak begitu tertarik dengan berita ini sontak menghentikan langkah kakinya mendengar mereka menyebut Max. "Dia pergi ke luar negeri pagi ini. Tapi apakah mungkin dia pergi dengan artis pendatang baru itu?" Tidak! Serra menggelengkan kepala dengan tegas. Gosip ini memang sudah ada sejak beberapa minggu lalu. Tapi itu hanya gosip dari media yang ingin membuat berita viral. Dengan berusaha berpikir positif Serra melangkah ke mejanya. Dia duduk di sana lalu membuka berkas. Dia mencoba untuk fokus, tapi seolah semua inderanya tertuju pada berita tentang Max. Pada akhirnya dia tak bisa menahan diri untuk membuka ponselnya untuk mencari berita itu di internet. Dan benar saja, setiap halaman memuat tentang berita tersebut. Terdapat foto Max yang akan masuk ke dalam pesawat. Kemudian foto lain menunjukkan Melodi yang berswafoto dengan latar yang hampir sama. Serra jadi bertanya-tanya apa Max sendiri tahu jika seluruh media sedang membicarakannya? Harusnya dia tahu kan? Dia bukan orang yang menutup telinga dan mata pada berita. Tapi kenapa dia tidak melakukan sesuatu atas berita ini?! "Apa aku kirim saja padanya?" gumam Serra. Namun saat akan membagikannya dia menahan jempolnya dan kembali berpikir. "Serra, ada apa denganmu. Andai aku mengirim ini padanya dan memintanya memblokir berita ini, bukankah tindakanmu seperti seorang yang cemburu pada pasangannya?" Serra masih diam. Dia kembali berpikir dan bersiap menghapus pesan yang akan dia kirim. Akan tetapi saat ini dia kembali menahannya, diam dua detik lalu mengambil nafas sebelum menekan ikon pesawat. "Tidak, Ini bukan tentang cemburu atau apapun itu. Aku hanya tidak ingin berita ini merusak sandiwara di depan Oma." Dengan alasan yang dibuatnya Serra menyembunyikan kebenaran dan mengirim sebuah pesan kepada Max. Setelah itu dia meletakkan ponselnya sambil menunggu jawaban dari Max. Tapi karena mungkin saat ini Max sedang berada dalam pesawat jadi belum melihat pesannya. Serra menunggu balasan sampai waktu istirahat tiba. Pada saat itu bukan sebuah pesan tapi panggilan telepon. Serra melihat ke sekitar lalu beranjak dari kubikelnya pethi ke toilet. "Kamu ingin aku menghapus berita itu?" tanya Max saat pertama kali telepon tersambung. "Benar," jawab Serra cepat seperti sebuah perintah. Namun bukannya menjawab lagi, Max malah melontarkan pertanyaan tidak masuk akal. "Kamu cemburu?" Serra hampir terdiam karena tak menyangka pertanyaan ini. Dia memainkan keran air lalu menstabilkan raut wajahnya. "Kenapa aku harus cemburu? Bukankah hanya aku wanita yang ada di sampingmu? Aku yakin kamu tidak akan mencari wanita lain di luar sana. Aku melakukan ini karena khawatir berita ini sampai kepada Oma dan membuatnya curiga." "Sepertinya kamu sangat percaya diri," kata Max dari seberang sana. "Tentu saja, aku adalah istri orang terkaya Kota A. Bagaimana mungkin tidak percaya diri," balas Serra. "Ok, aku akan mengurusnya." "Aku akan pulang dalam lima hari. Tunggu aku di rumah, kita perlu 'berbicara' tentang hal yang tertunda kemarin malam." Setelah itu Max mematikan ponselnya. Berbeda dengan Serra yang masih mematung di tempat karena ucapan Max. "Berbicara hal yang tertunda? Apa maksudnya?" ... Di sisi lain Max benar-benar mengurus berita tentangnya. Melalui situs resmi perusahaannya dia mengungkap rencana perjalanannya ke luar negeri. Bukan untuk berlibur atau semacamnya, tapi mengurus masalah pekerjaan. Hal itu sama saja dengan membantah gosip miring tentangnya. Berita ini sekali lagi menyebar dengan cepat. Tidak terkecuali Cindy yang sangat antusias dengan berita-berita trending. "Ternyata berita itu tidak benar. Media hanya mencari berita viral dengan memanfaatkan nama Presdir Max," kata Cindy sambil berdecak. Teman-teman lain yang berdiri di belakangnya ikut mengungkap kekesalan karena telah dipermainkan media. "Padahal mereka cukup serasi. Siapa yang mengira itu hanya giringan media." "Tapi bukankah sedikit lambat reaksi yang ditunjukkan Presdir Max? Gosip ini sudah ada sejak satu minggu yang lalu, dengan kekuasaannya yang begitu besar dia dapat menutupnya dengan mudah. Tapi dia malah menunggu berita ini sampai menjadi lebih besar." Mereka terdiam, lalu Cindy mengelus dagunya dengan misterius. "Apa jangan-jangan ada yang mendorong Presdir Max melakukannya?" Serra yang mendengar dari kubikelnya hanya tersenyum melihat bagaimana yang lain sangat serius memikirkan berita itu. Dia menepuk meja lalu berseru pada mereka. "Waktu istirahat sudah berakhir. Kembali ke tempat masing-masing dan lakukan tugas dengan baik." "Ah Kak Serra tidak asyik. Kita masih penasaran dengan berita ini." Mereka mengeluh secara bersamaan. Tapi meski begitu mereka meninggalkan meja Cindy dan kembali ke meja masing-masing. Serra membuka ponselnya. Dia merasa puas setelah berita-berita tentang Max dan Melodi ditakedown. Dia senang karena tidak ada lagi yang membicarakan hubungan mereka. Serra hendak mematikan ponselnya. Tapi gerakan tangannya tertahan melihat satu highlight yang baru dirilis lima belas menit lalu. Tiga alasan Presdir Max membantah hubungan dengan artis pendatang baru Melodi ... Nomor 2, sudah punya istri? "Ada apa dengan berita ini? Kenapa sangat ...." Serra kehilangan kata-kata. Dia melihat topik ini sekarang sangat ramai dibicarakan. Istri rahasia Presdir Max. "Tidak! Pria idamanku sudah menikah. Aku patah hati!" Cindy meraung seperti wanita gila yang baru diputus pacarnya. Bukan hanya Cindy, yang lain pun ikut histeris setelah melihat berita terbaru tentang Max. "Satu lagi pria tampan yang sekarang sudah tidak lajang!" Serra memijat keningnya perlahan. "Kalian ini bukankah berlebihan?" tegur Serra berusaha mengingatkan mereka. "Kak Serra yang sudah menikah bagaimana mungkin tahu penderitaan kami yang belum menikah. Berita ini tidak akan mempengaruhimu kan?" Cindy menempel wajahnya di meja dan mengatakannya dengan spontan. Dia sungguh tidak tahu kenapa bicara seperti itu, ketika menyadarinya dia mengangkat wajahnya sambil membekap mulutnya. "Ah sial!" Cindy ingin menarik kembali ucapannya. Tapi satu divisi sudah mendengarnya dan delapan pasang mata sekarang menatap ke arahnya. "Kak Serra sudah menikah?" "Serra, kau sudah menikah?" Lilya beranjak dari kursinya dan berjalan ke tempat Serra. Serra terdiam, matanya menatap Cindy tajam. "Ah-ha-ha, sepertinya aku sudah gila. Aku mulai bicara melantur, jangan percaya ucapanku." Cindy tiba-tiba tertawa dan bicara seperti orang teler. Namun suasana di ruangan ini masih serius. Upayanya tidak berhasil, jadi Cindy hanya meminta maaf pada Serra melalui gerakan bibirnya. Lilya masih menunggu jawaban. Serra menghela nafas dan, "Ya, itu benar." "Eh, tunggu dulu! Presdir Max menyangkal gosip dengan Melodi karena diam-diam sudah punya istri, sekarang Kak Serra diam-diam ternyata juga sudah punya suami. Jangan-jangan ...." Feronika, wanita berkacamata yang duduk di sebelah Cindy menghubungkan dua hal ini menjadi satu. Analoginya berhasil membuat punggung Serra berkeringat dingin. Terlihat juga bagaimana reaksi satu divisi yang seolah percaya dengan hal itu. Namun Cindy tiba-tiba tertawa. "Haha-haha ... Feronika, kau yang benar saja. Bagaimana mungkin suami Kak Serra adalah Presdir Max. Itu hanya kebetulan." "Ya. Serra mungkin cantik, tapi selera Presdir Max pasti lebih tinggi. Benar begitu kan Serra?" tanya Lilya dengan tatapan yang sulit diartikan. Serra tersenyum canggung. "Kau benar. Bagaimana mungkin Presdir Max suamiku. Jika aku istrinya, aku juga tidak akan bekerja dengan kalian di sini." "Benar. Menjadi istri orang terkaya Kota A tidak perlu lagi bekerja. Hanya mengangkat tangan semua sudah datang dengan sendirinya," kata Feronika. "Tapi jika begitu siapa istri rahasia Presdir Max?" gumam Cindy yang dapat didengar semua orang. Serra berpura-pura tidak mendengarnya dan kembali fokus dengan pekerjaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN