• ENAM *

988 Kata
 Seattle Coffee Shop. Ketika semua orang sibuk mendatangi rumah sakit untuk mencecar Matthew dengan beragam pertanyaan terkait insiden kecelakaan tersebut, Noel dan Smith justru memilih menjauh dari keramaian yang sudah diprediksi pasti akan terjadi dalam konferensi pers itu. Bagaimana tidak, New Diamond Group memang selalu menjadi perhatian publik sejak awal kebangkitan mereka beberapa tahun lalu. Perusahaan berlian itu berkembang dengan pesat dan langsung memiliki banyak cabang di kota lain. Nilai investasi asing juga semakin tinggi dan perusahaan berlian yang sering menggaet artis-artis terkenal itu semakin menunjukkan pamornya. Semakin besar kesuksesan yang diraih oleh New Diamond Group, semakin besar pula perhatian publik terhadap anggota keluarga Harrison. Namun tampaknya, Noel sama sekali tidak tertarik. Selain karena sudah lama tinggal di kota New York, Noel memang belum tidak tertarik dengan kehidupan sosialita atau pebisnis yang kerap kali memanfaatkan polisi. Noel dan Smith kini tengah duduk berhadapan di salah satu sudut kedai kopi yang letaknya tak jauh dari rumah sakit untuk sekadar menikmati sarapan sebelum mereka kembali ke kantor dan melanjutkan penyelidikan tentang kasus kematian Louis ini. Maklum, Noel dan Smith semalaman tidak bisa tidur karena harus ikut menjaga lokasi kejadian yang dikerumuni oleh banyak wartawan dari berbagai media. Media cetak, media penyiaran bahkan media daring sekalipun. Kasus kematian Louis benar-benar menghebohkan seisi kota dan Noel tidak berekspektasi tinggi terhadap kasus tersebut. Selagi menunggu kopi di atas meja menghangat, pandangan keduanya kini tertuju pada sebuah televisi berukuran tipis yang menempel di tengah-tengah dinding kedai kopi tersebut. Layarnya yang lebar sedang menampilkan salah satu saluran televisi nasional yang tengah menyiarkan konferensi pers terkaitan kematian Louis Harrison secara langsung. Suasana di sana tampak ramai dan ribut. Beberapa wartawan berdesakan dan mendorong microphone kepada Direktur utama New Diamond Group tersebut. "Menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Smith seraya menyesap kopinya yang masih mengepulkan sisa-sisa uap panas. Americano, tanpa gula sama sekali. Ia butuh sesuatu yang pahit untuk menyegarkan matanya dari kantuk sisa semalam. "Penyelidikan diam-diam? Apa tidak terlalu berisiko?" Noel menoleh dan menggumam. "Aku mungkin akan mulai investigasi ini dari orang-orang yang ada di rumahnya. Sementara itu, bisakah kau terus mencari identitas pelapor misterius itu untukku? Kita harus menemukannya dan memastikan apakah dia terlibat atau tidak." Kemudian meneguk sedikit kopi miliknya sebelum melanjutkan. "Sayang, Tuan Harrison sangat peduli pada kolega bisnisnya dibanding putranya sendiri." "Entahlah, mungkin hubungan antara ayah dan anak di antara mereka tidak berjalan dengan baik." Pria dengan pakaian serba hitam-hitam itu lalu mengusap dagunya yang dipenuhi brewok tipis lamat-lamat. "Jika dugaan kita benar, mungkin penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku merupakan sebuah kekerasan fisik yang keji dan terencana," tutur Noel. "Melihat pola dan metode yang digunakan pelaku, ada ambisi besar di dalamnya. Kupikir ini bukan hanya sekadar tentang uang, Smith." Smtih mendecak dan menggelengkan kepala. "Pembunuhan yang terencana dan sangat berhati-hati sepertinya menjadi musuh utama polisi sekarang." Noel hanya mengangguk setuju sebelum mengambil cangkir kopi miliknya dari atas meja. Ia kemudian kembali menyesap pelan kopi caramel yang menjadi sarapannya pagi itu sebelum tiba-tiba ia mendengar suara ketukan langkah yang mendekat di belakangnya. Noel sejatinya tidak penasaran, tapi dari langkahnya yang kecil dan terburu-buru, ia bisa langsung tahu bahwa ada seorang wanita yang tengah menghampirinya. Jika ia tidak, wanita itu pasti .... Noel berbalik dengan cepat dan ia langsung mendapati Alexandra di sana. Pandangan mereka bertemu dan jelas keduanya sama-sama terkejut. Smith yang baru menyadari momen tak terduga itu beberapa saat setelahnya, kemudian menengahi, "Nona Morran?" Ia tersenyum sopan dan menyambut wanita muda itu dengan hangat. "Aku tidak tahu anda akan datang ke kedai ini juga. Apa anda datang untuk memesan kopi juga?" Alexandra menatap Smith sebelum beralih pada Noel. "Tidak." Mulut Smith pun membentuk huruf O kecil dan menganggukan kepalanya dua kali. Sedangkan Noel masih menatapnya dengan ekspresi yang tidak mudah dimengerti. "Apa yang kau lakukan di sini?" Nada suaranya ketus dan singkat. Ia jelas terusik dengan keberadaan Alexandra di hadapannya. "Aku datang ke sini karena ingin bergabung dalam penyelidikan," ujar Alexandra tanpa berbasa-basi. "Aku melihatmu datang ke tempat ini dan kurasa di sinilah saat yang tepat untuk membicarakan maksudku kepadamu. Aku. ingin. bergabung." Smith seketika melotot tak percaya dan tampak lebih syok dibandingkan dengan Noel yang hanya mendengkus geli. "Memangnya wanita manja sepertimu bisa apa?" Ia mengangkat satu alisnya dan menyilang kedua tangannya di depan d**a. "Kudengar kau adalah seorang model terkenal di Seattle. Bagaimana jika kau duduk manis dan menunggu saja? Membiarkan penyelidikan ini berada di tangan kami akan menjadi satu keputusan yang bijak untukmu." "Aku tidak bisa!" Kening Noel pun berkerut dalam. "Aku akan tetap bergabung dalam penyelidikan ini karena dia adalah kekasihku. Bukankah kau seharusnya juga memahami perasaan keluarga korban dengan tidak mengabaikannya?" Smith lalu bangkit untuk menengahi situasi di hadapannya. "Begini, Nona, rekanku hanya mencoba mengatakan bahwa penyelidikan ini mungkin terlalu berbahaya untuk anda dan-" "Aku bermaksud mengatakan bahwa kau tidak akan bisa, bahkan satu kali pun," potong Noel tanpa babibu. Smith yang merasa keadaan semakin memburuk hanya bisa menatap kedua orang di hadapannya cemas. "Aku tahu Tuan Harrison mengubah keputusannya karena mempertimbangkanmu. Tapi jika harus menerimamu dalam tim, kami tidak bisa." "Noel--" Wanita bertubuh ramping itu lalu tertawa pahit dan bersedekap. Menyela ucapan Smith bahkan sebelum ia sempat menyelesaikannya. "Kau bahkan tidak akan mendapatkan kasus ini tanpaku, Detektif. Itulah fakta yang tidak bisa kau hindari," ucapnya sarkastik. "Begini saja, biarkan aku bergabung dalam penyelidikan ini dan aku tidak akan terlibat dalam urusan pribadimu." Alexandra mengangkat kedua bahunya acuh. "Lagipula, aku juga tidak peduli." Butuh beberapa menit sampai akhirnya Noel kembali bersuara, "Baik. Kau kubiarkan bergabung tapi dengan satu syarat." "Sungguh?" kata Smith tak percaya. Namun bukannya menggubris pertanyaan Smith, Noel justru kembali menambahkan, "Aku tidak akan menahanmu jika kau ingin berhenti di tengah penyelidikan ini. Aku akan dengan sangat senang hati membiarkanmu pergi meninggalkan kasus ini." Alexandra mengangguk setuju. "Kalau begitu, aku juga akan mengajukan satu syarat untukmu." "Hey! Kau tidak berhak melakukan itu!" tandas Noel tak terima. "Ingat, jika bukan karena aku, kau tidak akan mendapatkan kasus ini. Mari kita melakukan sebuah kesepakatan yang adil." Smith melirik Noel dan mendapati rekannya itu tengah mengumpat menahan kesal di kursi. Sementara Alexandra terus melanjutkan kata-katanya dengan penuh penegasan, "Jangan. Jatuh. Cinta. Padaku." Noel terdiam beberapa saat sebelum terkekeh geli di tempatnya. "Apa kau sedang bergurau?" []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN