4. Tim Pasukan Sold Out

1236 Kata
Eh itu cupu bikin mata minus aja sih Woi cupu lo cari tenar ya Udah cupu, miskin pula Si cupu jadi selir juga nggak pantes Mereka tak memperdulikan bisikan itu dan langsung menduduki singgasana yang memang dikhususkan untuk anak STONE. Sudah ada 20 anggota lainnya yang berjaga disana. “Ketua, mau makan apa? Biar gue pesenin,” tawar salah seorang anggota bernama Zelo. Landra mendengus, “Ck, lo frontal banget sih!” Zelo tersenyum tipis. “No problem ketua, disini kita semua mau kasih yang terbaik buat ketua.” Zelo Ferdinand, tangan kanan dari Landra tersebut sangat segan dengan ketuanya. Wajahnya yang manis dengan lesung pipi membuat semua orang terpukau. Kabar yang beredar, Zelo menyukai salah seorang anggota inti di STONE namun ia hanya berani menjadi Secret admirer. “Gimana? Lo nggak mau ngaku sama kita semua, siapa yang lo suka?” pancing salah satu anggota perempuan bernama Getha. Zelo menaikkan sebelah alisnya. “Buat apa? Ketua juga nggak pernah maksa buat jawab.” Landra menyeringai, “Lo orang kepercayaan gue kan, Zel?” Zelo mengangguk mantap. Terlihat seringai di wajah tampan Landra semakin lebar. “Jujur dan nyatakan perasaan lo buat cewek di anggota inti yang buat cowok manis berlesung pipi dengan sifat dingin ini bertekuk lutut.” Jesslyn bertepuk tangan. “Kak Zel, ngaku dong.” goda Jesslyn menaik turunkan alisnya. Zelo ini kelas 11 SMA, maka dari itu Jesslyn memanggilnya Kakak. Sedangkan seluruh anggota inti semua dari kelas 10. Namun Zelo tak memperbolehkan Landra memanggilnya Kakak, alhasil ia menurut dan hanya memanggil nama. Landra tersenyum tipis melihat wajah bahagia dari gadisnya. Senyum itu menjadi semangat untuk Landra. “Seneng banget sih godain Zelo.” ucap Landra dengan mengelus rambut Jesslyn. Jesslyn menyengir. “Dia sih, lama banget jujurnya,” bisik Jesslyn agar tak terdengar orang. Sementara itu, Alun tengah mengobrol dengan Agnes sambil memakan mie ayamnya. “Lo pindahan dari sekolah mana?” tanya Alun disela-sela kunyahan. “Aku dari mutiara bangsa.” Alun mengernyitkan dahinya. “Mana itu? Kok gue baru denger?” Agnes tersenyum kecil. “Di Bogor, aku pindah Jakarta karena bekerja.” Alun membulatkan mulutnya. “Kerja dimana lo?” “Di salah satu Cafe pusat kota,” jawab Agnes dengan menyeruput es teh nya. “Wow, lo pekerja keras ya,” puji Alun menatap kagum kearah Agnes. Agnes terlihat kikuk. “Aku cuma bantu Bunda aja kok.” Alun mengangguk paham. “Terus lo nggak capek? Setahu gue, itu pasti sampe tengah malem kan?” “Capek sih, tapi aku seneng punya banyak temen,” jawab Agnes dengan tersenyum kecil. Tidak ada pekerjaan yang membuat orang segar bugar tanpa ada rasa lelah. Jika tidak mengandalkan otak, ya mengandalkan tenaga. “Sekarang temen lo banyak kok, ada gue sama sahabat gue,” kata Alun santai. Agnes menunduk. “Aku nggak enak sama murid disini. Mereka nggak suka kalau aku deket kalian.” Entah keberuntungan apa yang menghampiri sehingga dia bisa bersama dengan anak-anak STONE. Alun mengetukkan jarinya ke meja. “Lo suka bela diri nggak?” Giliran Agnes mengerutkan dahinya “Kenapa memang?” “Kalau suka, gue minta Jesslyn ajarin lo bela diri. Ntar, lo bisa join di STONE sebagai pasukan anggota,” jelas Alun menatap penuh harap kearah Agnes. Alun percaya jika Agnes adalah orang yang jujur. “Bu—bukannya STONE itu geng motor ya?” tanya Agnes karena kaget. Bagaimana mungkin dia yang cupu diberi tawaran menjadi anggota geng motor? Mengendarai saja dia tidak bisa. Alun mengangguk. “Iya, lo juga bakal gue ajarin bawa motor. Sementara kalau belum bisa, lo bisa digonceng anak-anak dulu.” Agnes tersenyum miris, “Aku aja sekolah pakai sepeda, Lun. Nunggu beli motor berapa tahun lagi.” “Lo kerja di Cafe mana sih?” tanya Alun dengan mengecek ponselnya, takut ada info atau notifikasi penting. “Dems Cafe.” Alun menatap Agnes dengan terkejut, “Ntar malem gue minta Riel jemput lo. Pulang sekolah ini, ikut kita ya.” “Ta—tapi kerjaku nggak bisa ijin,” cicit Agnes pelan. Mau menolak sungkan, tidak ditolak takut berimbas pada pekerjaannya. Alun tertawa. “Itu Cafe punya nyokap gue, ntar gue tunjukin sesuatu. Dan lo akan berubah dalam sekejap.” Mata Agnes mengerjap bingung. Wajar saja, Agnes terkadang lemot. “Udah nggak usah bingung, nanti kita semua cewek-cewek bakal ajak lo ke suatu tempat. Tenang aja, bukan aneh-aneh kok,” ucap Alun meyakinkan. “Tap—” “MOHON PERHATIANNYA, GUE MAU KASIH LIHAT PERTUNJUKAN YANG NGGAK KALIAN DUGA SEBELUMNYA!” teriak Riel membuat seluruh atensi kantin melihat kearahnya. Alun yang sedang bermain ponsel terkejut saat Zelo berjalan kearahnya. Dia mengernyitkan dahi saat melihat Zelo berlutut dihadapannya. Mau apa nih orang? “Kak, ngapain lo jongkok gini?” tanya Alun bingung. Zelo tak menjawab, ia mengeluarkan sebuah kotak berisi kalung berlian dihadapan Alun. “Hai Alun, gue tau kalau selama ini lo sering disebut badgirl dengan segala hal buruk tentang lo. Tapi, gue nggak bisa hindari perasaan ini. Gue sayang sama lo dari pertama kali kita bertemu waktu SD. Dari situ gue selalu bertekad buat jaga lo, gue nggak mau ada yang nyakitin diri lo termasuk gue sendiri. So, lo mau nggak jadi cewek gue dan jadi cewek satu-satunya yang gue cintai selain nyokap dan Adek gue?" Alun melongo mendengar penuturan dari Zelo. Ia memang mengenal Zelo sangat lama. Bahkan sedari kecil mereka selalu bersama. Tetapi ia tak menyangka jika Zelo memiliki perasaan lebih padanya. Alun kan jadi ... Terima Terima Terima Sorakan dari penghuni kantin membuat Alun ingin menenggelamkan dirinya sendiri ke dasar jurang. Bagaimana mungkin dia malu hanya karena sorakan, sedangkan selama ini dia terkenal badgirl? “TERIMA LUN, KITA SEMUA MAKAN-MAKAN!” Sorakan dari Riel membuat Alun meringis. Alun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung karena mau menolak pun tak enak. “Eum ...” “Apa Lun, lo mau jawab apa?” tanya Zelo tak sabaran. Jantungnya sudah berdetak tak karuan sejak memutuskan untuk mengajak Alun menjalin hubungan. “Gu—” “Gue nggak masalah kalau emang lo emang masih belum bisa setia sama gue.” Bucin nya cowok dingin keluar saat menyatakan perasaan memang berbeda. “LUN JAWAB WOI, NANTI DIA KONSER LAGI KALAU LO GAK JAWAB!” teriak Kenand membuat suasana kantin semakin kacau. “ALUNARA JAWAB WOI GUE GAK SABAR!” timpal Grace dengan berteriak. “GAK SABAR APA LO ACE?” sambar Jesslyn bingung. “GAK SABAR BUAT DAPET TRAKTIRAN LAH, b**o!!” “Maaf Kak ...” Ucapan Alun menggantung dengan wajah menyesal, membuat Zelo menahan nafasnya. Satu Dua Ku menangis Membayangkan Betapa kejamnya dirimu atas diriku “HOK A HOK E!” Suara tepukan di galon membuat formasi seakan sedang melakukan konser. Terlihat wajah Zelo mulai menatap sayu kearah Alun saat mendengar kata 'Maaf' dari bibir Alun. Agaknya dia sudah merasa kalah meskipun Alun belum melanjutkan ucapannya. Hening Hening Para murid yang menonton ikut tegang karena Alun hanya menampilkan wajah datarnya setelah mengatakan maaf. Kapal yang baru saja berlayar mendadak karam. “MAAF GUE NGGAK BISA NOLAK LO, KAK ...” jawab Alun dengan berteriak. Asik couple goals baru nih Woi tim pasukan sold out satu Harapan gue ke Alun pupus njir Alun gue udah laku Cieeee Zelo sama Alun traktiran dong Zelo yang sedari tadi menunduk pun mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis menatap mata Alun. “Thank you, My little girl.” Alun yang ditatap pun gelagapan menutupi kecanggungan. Sialan! Perasaan apa ini? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN