Aku buru-buku menekan lift ketika dari kejauhan melihat Anggia yang baru saja memasuki pintu lobi. Aku baru saja habis membeli minuman di mini market yang berada di lobi. Aku merasa cukup tenang dua mingguan ini karena dia tidak mengunjungi Fero ke kantor, namun ketenangan itu kembali terusik akan kedatangannya. Keluar dari lift, aku mempercepat langkahku menuju ruangan Fero. Ide licik muncul begitu saja di kepalaku, aku akan membuat Anggia mundur perlahan. Bagaimana kalau dia mendadak migrain atau malah pingsan? Tak mungkin orang-orang di sini bakal diam saja. Bukannya aku jahat, aku hanya ingin mempertahankan apa yang menjadi milikku. Lagian, semisal sakitnya leukemianya sudah parah, ngapain dia masih berkeliaran keluar rumah sendirian? Apa dia tidak takut kalau tiba-tiba saja pingsan d
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari