Kami masih di Villa. Kemarahan Farel belum reda dengan leher dan wajah yang mengeras, ia kembali meneriakiku dengan ucapan yang merendahhak, aku tidak bergeming aku hanya diam melihatnya marah. “Ka. Kamu memang sudah terbiasa dipegang dan memegang lelaki!” teriak Farel. Semakin Farel memaksa dan merendahkanku semakin aku membencinya. Cinta tidak menyakiti, cinta itu melindungi dan membuat pasangan merasa nyaman, bukan malah membuat tertekan. Farel selalu menganggapku rendah, hanya menganggap wanita pembawa kantung bayi untuknya. Ia tidak pernah menganggapku layak untuk dicintai, itulah yang aku lihat darinya, jadi, jangan salahkan diri ini, selalu menolaknya. Aku melihat ia hanya ingin menyelesaikan obsesi. Ingin membuktikan kalau ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, dengan kek