14. Tentang Rasa

1573 Kata
゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐ ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚  ┊ ⋆ ┊ . ┊         ゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆          ゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. ゚☆ 。 H A P P Y R E A D I N G ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. "Maaf, Mas. Mau pesan apa, ya?" Aku memperhatikan dengan saksama seorang cowok yang duduk seorang diri ini. Gerak-geriknya sungguh mencurigakan. "Pesen bakso merconnya satu porsi." "Hah? Pesen apa, Mas?" jawabku pura-pura tuli. Ini adalah trik aku agar nantinya cowok ini membuka masker. Jika tidak, maka sepertinya memang benar dia adalah seorang penjahat. "Bakso mercon satu porsi sama es teh." "Eh? Nggak denger, Mas. Jangan nggrenyem kalo ngomong." "Ish, cantik-cantik kok budeg, sih?" Aku mengambil topi yang dikenakan oleh cowok itu setelah mendengar jelas suaranya. "Loh? Kok elo?!" pekik aku melihat Argentum tertangkap basah. "Kenapa? Gue mau makan bakso, tapi kalo gue nunjukin muka gue lo ngusir gue lagi." Argentum membuka maskernya. Dia menatapku begitu tajam. "Ya nggak usah pake ginian segala. Kan gue jadi negatif thinking kalo lo itu penjahat! Apa jangan-jangan, lo emang penjahat, ya? Lo mau ngerampok kedai ayah gue?! Ngaku lo!" Argentum mengusap dadanya sendiri seperti mencoba menyabarkan dirinya. "Masa cowok ganteng jadi penjahat. Nggak ada sejarahnya, Aurum!" "Orang yang punya good looking nggak semuanya punya good attitude," jawab aku kepada Argentum. Argentum bertepuk tangan setelah aku mengatakan kalimat seperti tadi. Hah? Buat apa dia seperti itu. Dasar aneh. "Gue jadinya pesen 2, ya? 1 bakso mercon, satu bakso telor. Minumnya juga nambah jadi dua gelas es teh, ya." Aku memutar bola mataku dengan jenuh. Argentum rakus sekali ternyata. Lantas, aku memilih melangkah pergi menuju dapur ayah untuk memberitahu pesanan Argentum. Kedai malam ini sangat sepi. Bagaimana tidak, yang datang cuma Argentum seorang. "Ayah, lagi sepi banget, ya, malam ini?" Aku mendengar tawa kecil ayah. Dia sedang mempersiapkan bakso milik Argentum. "Ini kan masih jam segini, Aurum. Sebentar lagi juga pelanggan bakalan dateng." Ayah mengangkat nampan yang di atasnya ada bakso pesanan Argentum. "Nih baksonya kamu anterin." Aku mengangguk, menerima nampan dari ayah dengan hati-hati lalu membawanya kepada Argentum. Aku dapat melihat mata cowok itu berbinar-binar saat bakso pesanannya telah sampai. Aku meletakan dua mangkok berisi bakso dan dua gelas es teh di hadapan Argentum dan bersiap untuk kembali ke dapur. Namun, aku merasakan tanganku ditarik oleh Argentum. Dia menarikku untuk duduk di hadapannya. "Dimakan dulu. Bantuin orang tua juga butuh tenaga. Gue yakin lo belum makan, 'kan?" Aku mematung dibuatnya. Bahkan ibu saja tidak peduli. Tapi mengapa Argentum begitu peduli kepadaku? "Kamu temennya Aurum?" Aku menoleh ke kiri, rupanya ayah menghampiriku dan Argentum. Argentum tersenyum, dia mencium tangan ayah sebagai bentuk sopan. "Assalamu'alaikum, Om. Saya Argentum, teman dekatnya Aurum." Aku mendelik tajam ke arah cowok yang mengaku sebagai teman dekatku itu. Ingin sekali aku melemparinya dengan mangkok bakso. "Wa'alaikumsalam. Wah, Om baru tahu Aurum punya teman dekat." "Sebenernya si lagi otw buat jadi pacar Aurum, Om. Tapi Aurum susah dideketin. Ar minta restu dulu ke Om deh." Argentum ini, benar-benar ingin mencari keributan denganku! Tetapi, mengapa ayah tidak marah? Mengapa ayah justru terkekeh? "Asal kamu baik sama Aurum, Om kasih lampu ijo aja." Aku terperangah dengan jawaban ayahku sendiri. Bagaimana bisa ayah justru memberikan jawaban seperti itu. Lihatlah Argentum saat ini. Dia seperti mengejek diriku karena merasa dirinya menang. "Ayah, jangan dengerin dia. Dia itu--" keluhku yang tiba-tida ada suara menabrak omonganku. "Oh iya, Om, Aurum belum makan. Jadi Ar ngajakin dia makan dulu sebentar, nggak papa, Om? Ar nggak mau Aurum sakit. Dia abis ujan-ujanan juga soalnya," ujar Argentum memotong ucapanku. "Iya, nggak papa. Om malah seneng Aurum bisa diajak makan. Dia kalo udah mau bantuin Om jarang makan dulu. Makasih ya, Ar. Om tinggal kalian dulu." Ayah bergegas kembali ke dapur meninggalkan aku dan Argentum. Aku menatap bakso telor di hadapanku. Aku sama sekali belum menyentuh sendoknya. "Dimakan, Aurum, bukan ditatap terus. Natap tuh ke gue, bukan ke bakso. Lo aneh bener." Aku melihat bakso mercon Argentum. Ah, perutku inginnya bakso yang itu. "Tukeran," ujarku singkat. "Hah? Apanya? Tukeran gue jadi bakso, bakso jadi gue? Wah, jangan ngada-ngada ya lo." Untung saja aku sedang lapar jadi tak mempunyai tenaga untuk berseteru dengan Argentum. Padahal, ingin sekali aku maki-maki cowok itu. "Tukeran baksonya. Gue pengin yang pedes." Argentum langsung menyeret mangkok baksonya menjauhi pandangan mataku. "Nggsek boleh. Lo itu jangan makan pedes-pedes dulu. Makan yang bakso telor aja." "Tukeran." "Nggak. Susah banget si lo dibilangin?! Perut lo itu masih kosong, jangan makan yang pedes-pedes, Aurum. Lo itu mau olimpiade, harus jaga kesehatan, dong!" Aku menunduk lesu. Memang, apa yang dikatakan Argentun ada benarnya juga. Baiklah, aku memilih untuk mulai menikmati bakso telor di hadapanku. "Nah, Calon Pacar emang harusnya nurut kayak gitu." Argentung menopang dagunya dengan kedua tangannya. Dia menarik senyuman saat menonton aku makan. Aish, Argentum bisa tidak sih, biasa saja ketika melihatku? "Kalo makan cantik. Kalo tidur cantik. Kalo nangis cantik. Kalo ketawa cantik. Lo selalu cantik, Aurum." Aku menunduk, aku berussaha sebisa mungkin menahan senyumku. Ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku merasa berbunga-bunga? Kurang ajar, Argentum berhasil mengusik perasaanku. "Kalo baper bilang aja, Rum. Nggak usah sok-sokan galak sama gue. Bokap lo aja udah kasih lampu ijo. Yakin lo nggak mau buka hati buat gue? Gue cuma mau jagain lo, Rum." Aku bersikap acuh atas apa yang Argentum ucapkan. Sudahlah, aku tidak mau nendengarkan ocehannya lagi. Aku segera bangkit dari kursi yang tadi aku duduki begitu bakso telor di hadapanku sudah tuntas aku makan. "Makasih. Gue mau bantuin ayah. Kalo lo udah selese lo bisa langsung bayar terus pulang," ujarku kepada Argentun. Aku lantas bergegas mendekati para pelanggan yang sudah mulai berdatangan untuk menanyakan pesanan mereka. Berjanan mondar-mandir dari depan ke dapur, dapur ke depan. Menanyakan pesanan, mengambil bakso, dan mengantarkan pesanan untuk para pelanggan. Astaga, badanku begitu pegal. Untung saja tadi Argentum mengajakku makan. Jika tidak, mungkin kejadian aku pingsan kemarin akan terulang lagi. Di seka kesibukanku, aku sesekali melirik ke arah Argentum. Cowok itu belum bergi dan masih berada di kursi yang tadi. Benar kata ayah. Para pelanggan mulai membeludak saat ini. Ibu tak datang membantu ke kedai, karyawan juga tidak punya. Ya, hanya aku yang membantu ayah malam ini. Memang butuh tenaga ekstra, tapi tak masalah bagiku daripada nantinya aku melihat ayah sakit. Waktu begitu cepat berlalu. Bakso dagangan ayahku sudah habis bersih. Para pelanggan juga telah meninggalkan kedai. Hanya saja, Argentum masih di kedai ini. Aku menghampiri Argentum. Duduk di depan cowok yang sedang tertidur dengan tenang itu. Aku menatap wajahnya dengan saksama. Tampan. Aku baru menyadari akan hal itu. Aku tak sadar jika tanganku sudah mendarat pada puncak kepala Argentum. Aku menyulas senyumku sembari mengusap pelan kepala cowok di hadapanku saat ini. Di dalam hati aku mengucapkan banyak syukur kepada Tuhan bahwa aku telah dipertemukan dengan cowok sebaik Argentum. Aku meneteskan air mataku perlahan. Argentum sudah banyak membantuku sampai saat ini. Mulai dari saat telat sekolah, saat aku jualan bakso bakar, saat aku butuh uang, saat aku menangis karena dicampakan oleh Kak Ferrum. Argentum terus-terusan datang di hidupku untuk menemani semua kesedihanku. Apa lebih baik aku mulai mencoba membuka hati lagi untuknya? *** 。・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐ ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚  ┊ ⋆ ┊ . ┊         ゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆          ゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. ゚☆ 。 S E E Y O U I N T H E N E X T C H A P T E R ! ! ! ! ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN