Bulan tersenyum di tepi awan. Angin berembus membisikkan kata cinta melalui celah dedaunan. Indahnya mata berbinar, di balik kerudung putih menatap ragu bersembunyi di balik rasa malu. “Saya terima nikah dan kawinnya Wulandari binti Hendar Suryaman dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.” Kalimat itu terucap dalam satu kali tarikan napas oleh pemuda dengan bahu tegap dengan jas lusuh tersebut. Pernikahan sederhana dengan mahar seadanya, disaksikan hanya oleh tetangga dan keluarga, tapi berarti sangat dalam untuk keduanya. “Bagaimana saksi? Sah?” tanya sang penghulu. Dan mereka pun menjawab bersamaan. “Sah!” “Alhamdulillah.” Mereka pun semua bernapas lega karena akhirnya prosesi ijab kabul yang berlangsung dengan lancar. Para pemuda yang ada di sana tersenyum le