Bab 5, Menjelaskan Pada Leon

1044 Kata
"Andira ayo makan siang!" ajak Levan setelah mengetuk pintu kamar Andira. "Iya sebentar, Kak." Terdengar sahutan Andira yang membuat Levan tersenyum, bukan tanpa alasan Levan tersenyum. Semua itu karena suara Andira yang terdengar baik-baik saja, Levan sempat berpikir jika Andira mungkin sedang menangis saat sendirian di kamarnya. Tapi mendengar suara Andira, Levan merasa dia baik-baik saja. Tak lama pintu terbuka, Levan tersenyum dan langsung dibalas Andira. "Eh masih di sini, aku pikir Kak Levan sudah duluan." "Memangnya kamu tau letak ruang makannya? Nanti malah nyasar lagi," seloroh Levan dibarengi kekehan kecilnya. "Hehehe, iya juga sih, Kak. Habis rumah Kak Levan besar banget," sahut Andira terus mengikuti langkah Levan. "Oh iya, nanti setelah makan siang akan ada pengacara yang ke sini. Kamu bisa berkonsultasi tentang perceraianmu dengan dia, sebisanya kamu tuntut hakmu yang sudah menjadi istrinya selama ini. Kamu tidak bisa diam saja, karena dia akan semakin semena-mena." "Tapi, Kak. Aku gak mau nuntut apa-apa, aku sadar kalau aku datang ke rumah itu tanpa membawa apa-apa. Jadi biarlah jika kami hanya bercerai saja," sahut Andira seraya duduk di ruang makan. "Nanti saja kita bahas, kita makan dulu." Levan melirik ke arah Leon, yang terlihat tidak suka saat dia datang bersama Andira. "Iya, Kak." "Papi kok perhatian banget sama Tante ini, jangan-jangan dia bukan mau kelja di sini tapi mau jadi pengganti mami." Leon tiba-tiba menyeletuk membuat Levan terkejut, entah darimana putranya itu bisa punya pemikiran seperti itu. "Mbak, kamu yang ajarin dia bicara begitu?" tanya Levan pada mbak Arum yang juga duduk di sana menyuapin Leon. "Tidak, Tuan. Mana berani saya mengajarkan Den Leon seperti itu," sahut Arum cepat karena tidak mau Levan menudingnya. "Bukan Mbak Alum yang ajali, Pi." "Baiklah, maaf kalau begitu, Mbak. Leon, kamu gak boleh ngomong begitu. Itu sama saja menuduh kalau tidak benar, karena Papi bawa Tante Andira ke sini memang untuk kerja jagain kamu." Levan berusaha menasehati putranya itu agar tidak salah sangka. "Tapi Leon tidak mau, Pi. Leon sudah ada Mbak Alum, Mbak Alum jagain Leon baik-baik." Dengan tegasnya Leon menentang keinginan Papinya itu, dia tidak mau ada orang lain yang mengurusnya. "Tunggu, Kak, biar aku saja." Andira menghentikan Levan yang terlihat hendak menasehati putranya. Levan pun mengangguk setuju, membiarkan Andira yang bicara. Dia juga ingin tau, bagaimana cara Andira memberikan penjelasan. Andira sendiri tidak langsung bicara, di tersenyum pada Leon yang malah membuang muka saat melihat Andira tersenyum. "Leon sayang, dengerin Tante ya. Leon jangan khawatir, Tante ke sini bukan untuk merebut Papi Leon dari Leon. Tante ke sini untuk bekerja yaitu menjaga Leon, Tante harap kelak Leon mau membuka hati untuk Tante. Tapi Leon harus mau mengenal Tante dan memberikan kesempatan agar kita saling mengenal. Ada sebuah pepatah yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Jadi Tante ingin sekali, Leon mencoba mengenal Tante lebih dulu. Seandainya kelak Leon tetap merasa kalau Tante tidak baik dan Leon tidak bisa menyukai Tante juga, maka Tante akan pergi dari sini. Karena tugas Tante di sini adalah menjaga Leon, tapi kelau Leon tidak nyaman Tante juga tidak akan memaksakan diri. Jadi tolong beri Tante kesempatan sedikit saja untuk membuktikan kalau Tante benar-benar ingin bekerja saja," jelas Andira panjang lebar. Terlihat Leon menarik napas panjang, seolah bocah lelaki itu merasa ada beban di hatinya. Mungkin dia ingin percaya ucapan Andira, tapi di juga takut jika sampai Andira merebut papinya dari dia. Karena yang tertanam di diri Leon selama ini seperti itu, semua itu karena mama dari Levan yang suka mencandai Leon jika papinya akan mencari istri baru. "Tapi Oma bilang, kalau Papi bawa cewek ke rumah artinya itu akan jadi istri Papi. Leon gak mau nanti Papi tidak sayang Leon lagi," sahut Leon akhirnya. "Ya ampun, jadi Oma yang bilang begitu? Mama nih apa-apaan sih, bisa-bisanya anak kecil di doktrin seperti itu. Sudah Leon jangan dengarkan ucapan Oma, karena semua itu tidak benar. Dulu Papi bawa Mbak Arum saat Leon masih kecil, buktinya Mbak Arum tidak jadi istri Papi. Jadi semua itu gak benar ya, Nak. Oma cuma bercanda buat menggoda Leon," ucap Levan berusaha memberikan pengertian pada putranya. Leon hanya diam, dia seperti sedang mencerna apa yang diucapkan papinya. Meskipun usianya baru tiga tahun, Leon termasuk anak yang cerdas dan kritis. Dia sangat lancar berbicara, hanya sedikit sulit dalam pelafalan huruf R. "Eh ada tamu ya, Pak dokter?" tanya seorang wanita paruh baya sambil membawa teko air yang terbuat dari kaca. "Oh iya, Mbok. Ini Andira dia akan membantu menjaga Leon, agar saat sudah masuk sekolah ada yang bisa full menjaganya. Andira ini Mbok Narti, dia sudah lama kerja dengan keluargaku. Sebelum aku menikah Mbok bekerja untuk Mama, sekarang Mbok sama aku karena aku lebih nyaman dengan Mbok." Levan memperkenalkan keduanya, Andira langsung berdiri dan menyalami mbok Narti. "Duh cantik sekali Non Andira ini, semoga betah di sini ya, Non. Kalau perlu apa-apa silahkan panggil saya saja," ucap mbok Narti memuji Andira yang cantik dimatanya. "Hehehe, si Mbok bisa saja. Jangan panggil saya begitu, Mbok. Saya di sini juga pekerja, jadi panggil Andira saja atau Dira terserah Mbok." "Ya sudah kalau begitu, Mbok panggil Dira saja. Yo Wes Mbok kebelakang dulu, silahkan dinikmati makanannya." Mbok Narti langsung pamit dan berbalik pergi, Andira tersenyum ramah. Jika melihat Andira, mungkin orang-orang tidak akan percaya jika dia sedang menghadapi masalah berat. Dia terlihat biasa saja dan bisa menutupi perasaannya yang sebenarnya. Padahal sebenarnya, hatinya sedang sangat terluka saat ini. "Sehabis makan, aku akan mengajak Leon tidur siang. Aku harus tugas malam ini jadi harus istirahat, kamu bisa ngobrol sama Mbak Arum supaya tahu tentang perkembangan Leon selama ini. Mbak Arum yang mengasuh Leon sejak kecil, dia tau semua hal tentang Leon selain aku dan Mbok Narti." "Baik, Kak. Nanti aku akan tanya-tanya tentang Leon, Mbak Arum tidak keberatan kan?" tanya Andira menoleh pada Arum. "Tidak, Nona. Silahkan saja," jawab Arum yang entah mengapa sulit baginya memanggil nama pada Andira. Aura Andira yang tidak cocok sebagai pekerja rumah tangga membuat orang-orang yakin jika dia adalah orang dekat dengan Levan. "Duh, tadi Mbok sekarang Mbak Arum. Panggil nama saja, Mbak. Toh saya sepertinya masih muda, saya memang kenalan Kak Levan. Tapi saya pekerja juga di sini," jelas Andira meminta Arum memanggil namanya saja. "Tunggu, kok Tante ini panggil Papi kak Levan, bhkan Tuan seperti Mbak Alum dan Mbok?" tanya Leon tiba-tiba membuat semua orang menoleh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN