Bab 8. Hasutan Arum

1012 Kata
"Leon gak mau dia jadi Mama Leon," ujar Leon akhirnya. "Memangnya siapa yang bilang begitu? Apakah Papi bilang begitu?" tanya Levan menatap Putranya itu. Leon menggelengkan kepalanya, lalu tertunduk tidak mengatakan apapun. Levan melihat jika putranya itu seperti memiliki ketakutan tersendiri, levan langsung memangku Leon dan memeluknya. "Dengar, Nak. Papi dan Tante Andira hanya berteman, Papi belum ada keinginan untuk menikah lagi. Jika ada yang bilang Papi dan Tante Andira akan menikah itu tidak benar, jadi Leon jangan berpikir sejauh itu. Lagipula sikap Leon membuat Tante Andira sedih, Papi tidak mau anak Papi membuat orang lain bersedih. Papi gak ajarin Leon begitu, kan?" "Tapi, Pi .... Orang besal suka membohongi anak kecil, bilangnya gak ada apa-apa. Tapi nanti malah nikah," sahut Leon membuat Andika terkejut. "Siapa yang bilang begitu sama kamu? Kenapa bahasa Leon sekarang seperti orang dewasa, apa ada yang mengajari Leon?" tanya Andika yang langsung dijawab Leon dengan gelengan kepala. "Baiklah, sekarang Leon mau janji sama Papi kalau Leon akan bersikap baik sama Tante Andira. Papi gak mau lihat Tante sedih karena Leon tidak mau menerima kehadirannya, padahal niat dia ke sini untuk bekerja dan menjaga Leon. Leon mau kan janji sama Papi?" Leon terdiam, dia tidak menjawab pertanyaan Levan. Levan tidak tau apa yang sebenarnya ada dalam pikiran putranya itu, yang jelas dari sikapnya Leon pasti masih berat untuk menerima Andira. "Leon jawab, Papi." "Leon gak mau dipaksa, Papi." Leon menyahuti seraya turun dari pangkuan Levan. "Leon kamu gak boleh begitu, Nak." Leon berlari keluar dari kamarnya, dia kesal karena merasa Papinya seperti membela Andira terus menerus. Hal itu semakin membuat Leon tidak menyukai Andira, Levan menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa memaksa putranya itu, dia khawatir jika sang putra semakin membenci Andira. "Leon! Tunggu dulu, Nak. Leon mau main di Playground?" tanya levan menyusul putranya yang hampir sampai di tangga. Leon seketika menghentikan langkahnya, tapi tidak langsung menoleh ke arah Levan sampai akhirnya Levan mendekatinya dan menggendongnya. "Yakin gak mau ke Playground?" tanya Levan menatap Putranya yang masih menunduk kepalanya. "Mau," jawab Leon sangat pelan. "Kalau begitu Papi siap-siap, kita ajak Mbak Arum, Bi Narti, Mbak Sri sama Tante Andira juga ya." "Kenapa Tante itu ikut juga?" "Masa yang lain ikut dia tinggal, kasihan kan kalau di rumah. Masa Leon gak kasihan, kita bisa makan di luar sekalian. Nah tugas Leon sekarang, bilang sama Bu Narti, Mbak Sri, Mbak Arum dan juga Tante Andira. Katakan pada mereka untuk bersiap-siap, Leon mau, kan?" Akhirnya Leon mengangguk, Levan menurunkan putranya itu. Levan tau benar, jika putranya akan sulit menolak jika sudah dibujuk dengan bermain di Playground. Terlebih karena kesibukannya Levan memang jarang mengajakku pergi, Leon lebih sering bermain di luar bersama Oma dan Opanya. Selesai memberitahu Arum, Bi Narti yang sedang bersama Sri salah satu pelayan lain yang baru saja kembali setelah libur beberapa hari. Leon pun akhirnya tiba di depan kamar Andira, dia berdiri di sana seperti patung. Dia bingung antara ingat pesan papinya, juga gengsi untuk bicara pada Andira. "Leon, ngapain di sini?" tanya Andira yang muncul di belakang Leon. Rupanya Andira belum masuk sejak tadi, dia baru masuk dan melihat Leon berdiri di depan kamarnya. Andira sempat tersenyum senang, karena akhirnya Leon mau mendekatinya meskipun dia tidak tau untuk apa Leon ada di kamarnya sekarang. "Papi bilang suluh siap-siap, kita semua mau pelgi ke playgloun." Leon langsung berlalu melewati Andira begitu selesai bicara, Andira sampai terkejut karena tidak menyangka anak itu akan langsung pergi setelah bicara. Bahkan Leon hampir menabraknya jika saja Andira tidak mengelak. Saat Leon pergi dari depan kamar Andira dan berlari kembali ke lantai atas, Arum yang melihat itu terlihat tidak senang. Dia pun berjalan menyusul Leon ke lantai atas, dia yakin Leon diminta Papinya untuk mengajak Andira juga "Den, apa tadi Den Leon mengajak wanita itu juga?" tanya Arum setibanya di kamar Leon. "Iya, disuluh Papi. Leon gak mau tapi dipaksa," jawab Leon menundukkan kepalanya. "Lain kali jangan mau, atau suruh Mbak Arum saja. Pokoknya Den Leon jangan dekat-dekat dia, nanti kalau lihat Den Leon sudah bisa menerima dia. Pasti dia akan menikahi Papi Den Leon, memangnya Den Leon mau?" "Gak mau, Mbak. Tapi tadi Papi bilang gak akan menikahi Tante itu, jadi tidak mungkin Papi bohong." "Apa tadi Papi ngomongin Tante itu lagi?" Leon langsung menganggukkan kepalanya, "Tuh kan, Papi Den Leon sampai ngomongin masalah dia lagi. Pasti karena wanita itu yang mengadu, kalau gak mana mungkin Papi tau. Jadi Den Leon jangan mau percaya gitu aja, wanita seperti dia akan punya seribu cara untuk mencari perhatian. Den Leon jangan sampai tertipu, wajahnya memang polos tapi dia licik." Arum bicara panjang lebar untuk menghasut anak yang diasuhnya itu. Leon diam, sepertinya dia sedang mencerna ucapan Arum. Rupanya selama ini Arum yang melakukan semua ini, dia menghasut Leon yang memang sejak awal tidak menyukai Andira. Arum memiliki ketakutan sendiri jika nanti akan tergantikan oleh Andira jika Leon sampai dekat dengannya. Terlebih sisa beberapa bulan lagi hingga kontrak pertamanya habis, meskipun Levan pernah mengatakan jika dia akan memperpanjang kontrak Arum tetap saja dia merasa takut setelah kedatangan Andira. "Tapi Leon takut kalau Papi marah kalau Leon bersikap buluk, Papi melarang Leon untuk begitu." "Tuh lihat, wanita itu bahkan sudah membuat Papi Den Leon mengatur-atur Den Leon. Padahal itu hak Den Leon mau bersikap bagaimana, Mbak yakin dia yang meminta Papi. Makanya Papi Den Leon melarang begitu," ucap Arum masih berusaha mempengaruhi Leon. "Telus Leon halus bagaimana, Leon takut Papi malah." "Hem, bagaimana kalau begini saja. Den Leon berpura-pura bersikap baik sama wanita itu kalau ada Papi, tapi kalau tidak ada Den Leon tidak usah anggap dia. Bila perlu suruh dia jangan dekat-dekat Den Leon, gimana saran Mbak?" "Oke deh, kalau begitu. Leon nulut aja sama Mbak Alum. Ya udah Leon mau ganti baju, nanti Papi ke sini." "Iya, biar Mbak Arum bantuin ya. Oh ya, Den Leon gak bilang sama Papi kan apa yang Mbak Arum omongin?" tanya Arum penasaran dia harus mencari aman. "Gak kok, Mbak." "Pinter, ayo mau pakai baju apa?" Mereka berdua langsung memilih-milih pakaian apa yang akan dipakai Leon untuk pergi. Setelah Leon siap, Leon ke kamar Papinya untuk mengajaknya pergi.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN