Sekitar enam mobil berwarna hitam membelah jalanan Britania Raya malam itu, Kenan menghembuskan asap rokoknya dan meregangkan otot lehernya dia sedikit pemanasan sebelum membuat remuk seluruh otak Marthin, b******n yang ingin membuatnya murka.
Rem mobil menandakan kalau dia sudah sampai dihalaman Rumah besar milik Marthin, anak buah pria itu keluar dari tempat-tempatnya dan siap menembak dia dan anak buahnya, Kenan keluar dari dalam mobilnya dengan tatapan tajam yang menyalang.
"Katakan kepada Marthin kalau aku disini, dan suruh dia menghadapi ku," ucapan Kenan langsung ditanggapi anak buah Marthin dengan berlari masuk kedalam rumah.
Tak begitu lama pria berperut buncit itu keluar dengan wajah murka . Tanpa aba-aba Kenan menembak tepat dijantung Marthin dari jarak lebih kurang sepuluh meter, napas pria itu tercekat dan dia sekarat anak buahnya yang ingin menembak Kenan terpaksa berhenti karena Chris sudah keluar dengan istri Marthin.
Gaya pongah Kenan berjalan membuat Marthin yang sekarat mengumpat dengan susah payah.
"Ka_u bren_gsek Ken," ucapnya terbata dengan Kenan yang berjongkok didepannya.
"Kau berani mengusik ku Marthin, kau pikir kau siapa huh?"
Cengkraman erat dirahang Marthin memperlihatkan kemarahan Kenan.
"Ja_di dia ben_ar wa_nita mu?" Satu tembakan mendarat lagi ditubuh Marthin.
"Ak_an ada ya_ng me_mba_las ini breng_sek," lalu satu tembakan lagi Kenan berita tepat dikepala Marthin, istri Marthin berteriak histeris tapi tidak membuat Kenan iba, dia berjalan menuju wanita itu dengan sinis.
Kenan tidak takut dengan pembalasan oleh keluarga Marthin seperti istri atau anaknya yang sekarat dirumah sakit, karena siapapun yang berani sedikit saja mengusiknya akan segera dia lenyapkan tanpa belas kasih. Didunia nya siapa yang terkuat akan tetap menjadi raja, sedangkan yang lemah hanya bisa menjadi pecundang seperti Marthin, bertahun-tahun mengikuti kerjasama dengannya tapi berniat ingin mengusik ketenangan dirinya, sungguh pria yang tidak tahu diri.
"Chris, bereskan semua ini. Dan kau nona, kau bisa bebas dari pria bodoh itu." Kenan pergi meninggalkan pekarangan rumah Marthin karena urusannya sudah selesai dengan Marthin selama-lamanya.
***
Sinar matahari yang menyilaukan mengusik tidur nyenyak Rubby, dia mengerang tidak nyaman bangun dari posisi tidurnya dia duduk masih dengan mata terpejam dan kepalanya yang menunduk. Mata Rubby lalu terbuka lebar saat dia merasakan ada orang yang mengamatinya dan benar saja pria pujaannya melihatinya dengan dingin dan tenang dikursi sebelah ranjang king size nya.
"Kau sejak kapan disini?" Tanya Rubby tidak habis pikir, dia ingat mengunci kamar tapi kenapa Ken bisa masuk.
"Tidak terlalu lama, cukup sedari kau menggaruk pahamu dan terbangun dengan wajah bodohmu tadi."
Tidak sakit hati Rubby langsung tersenyum dan dia bangkit dari duduknya diranjang. Meminum air mineral yang ada digelas bening berwarna putih hingga habis lalu dia menyeringai dan dengan santai duduk dipangkuan Kenan.
Pria itu terkejut dengan kelakuan Rubby, saraf otot Kenan tegang karena Rubby duduk dipangkuannya hanya dengan memakai sebuah kimono tidur berwarna pink.
"Hem...jadi kau sangat merindukanku hingga kau menerobos masuk kedalam kamar ku," seringai tak percaya dari Kenan mendengar pertanyaan wanita ini.
"i***t, aku tidak menerobos kau yang tidak mengunci pintunya."
Rubby bergerak-gerak diatas pangkuan Kenan memberikan efek luar biasa bagi pria itu. Dia menahan geramannya karena kelakuan Rubby.
"Aku ada urusan sebentar, kau bisa meminta apapun kepada Miranda dan jangan kemana-mana sebelum aku kembali."
"Jadi aku sekarang adalah kekasihmu?"
"Bukan,"
"Lalu kenapa kau memintaku disini."
"Karena aku ingin kejadian semalam terulang."
"Kalau begitu antarkan aku pulang ke flat ku." Kenan mengerutkan keningnya.
"Aku tidak mau disini dan menjadi wanita simpananmu." Otomatis Kenan langsung mendengus dan Rubby terkekeh geli.
"Ikuti apa yang ku katakan, dan sekarang bangkit dari posisi mu ini."
Rubby memberengut kesal karena harus terpaksa bangkit sedangkan Kenan belum menciumnya.
"Morning kiss," Rubby memajukan bibirnya tapi Kenan tidak menggubris.
"Hey Ken aku ingin mandi, apa kau tidak mau menerobos masuk kedalam?" Rubby mengedipkan matanya saat Kenan berbalik badan dan melihatnya pria itu memperlihatkan aura tak perduli yang sebenarnya dia sangat gemas akan kelakuan absurd Rubby.
Lalu dia melangkah keluar dari sana membuat Rubby menghela napas panjang dan tersenyum.
Sementara Kenan pergi Rubby hanya menghabiskan waktu yang membosankan itu dengan bermain play station diruang home theater milik Kenan.
Berkeliling Mansion mewah ini sudah, bercengkarama dengan pelayan-pelayan juga sudah Rubby lakukan tapi Kenan belum juga kembali. Rubby lalu teringat sesuatu saat dia melihat pantulan dirinya didepan cermin ruangan itu.
"Bagaiamana bisa Kenan menyiapkan baju yang ada dilemari yang pas ditubuhnya bahkan panty dan Bra nya juga dia tahu ukurannya."
Ponselnya bergetar menampilkan nama Betty disana, Rubby menepuk jidatnya karena lupa mengabari sahabatnya itu.
Dia langsung menekan tombol hijau dan suara Betty dia dengar.
"Kau dimana sekarang By? Semalam ada pria yang membawamu."
"Hahahha...iya maafkan aku karena tidak memberitahukanmu, besok kita bertemu dan aku akan menceritakan semuanya."
"Aku sibuk besok, kau datang saja keperpustakaan kita berbicara disana."
"Hem...baiklah nyonya. Jangan merindukanku Beth, dan jangan berjalan digang sunyi itu lagi jika kau pulang malam."
"Iya aku tau," Betty memutuskan sambungan komunikasi mereka dan Rubby kembali dilanda rasa kesunyian, dia benci tinggal dirumah besar dan kesepian semua hanya akan mengingatkannya kepada masa lalu dirinya . Tidak dia bukan benci akan keluarganya, keluarganya mencintainya bagaimana dia bisa benci kepada ayah dan kedua saudaranya hanya saja dia akan merasakan kerinduan yang dalam kepada mereka, dan itu akan berujung kepada malam tragis itu.
Saat Rubby sedang melamun Kenan datang dengan menyentil kening Rubby, dengan meringis Rubby menatap sengit Kenan.
"Bukan dicium malah disentil."
Kenan dengan santainya meraih stik game yang dipegang Rubby dan memainkannya. Rubby memilih menyandarkannya dibahu Kenan.
"Ken,"
"Hem,"
"Apa aku murahan bagimu?" Pertanyaan Rubby tidak dijawab oleh Kenan, pria itu entah kenapa merasa sakit sendiri dengan pertanyaan Rubby padahal dia pernah mengatakannya kepada wanita itu secara langsung.
Karena kesal tidak dijawab Rubby memilih mengambil stik ditangan Kenan dan memainkan game tinju itu.
Menganggap itu wajah Kenan, alhasil mereka berebut stik game itu hingga tubuh Rubby tertindih Kenan karena dorongan Kenan yang cukup kuat.
Tatapan Rubby terkunci dengan gelapnya bola mata yang Kenan pancarkan, Rubby menelan ludahnya berat saat Kenan makin mendekati wajahnya pria itu mengabsen seluruh bentuk wajah Rubby menghembuskan napasnya lembut kewajah Rubby. Perlahan bibirnya mencium bibir Rubby menghisapnya dalam dan semakin dalam, Rubby terbuai dengan kelihaian Kenan memainkan bibirnya hingga dia terus menginginkan Kenan menciumnya.
Kenan mengurung tubuh Rubby diatas sofa empuk itu, tangannya bermain diatas perut rata Rubby, menggelitik hingga Rubby merasa ada kupu-kupu menari diatas perutnya.
Kenan juga merasa tidak bisa berhenti dengan tarikan yang terus terjadi, sengatan gairahnya saat merasakan bibir Rubby semakin membesar.
Kenan menyadari kalau Rubby tidak berpengalaman dengan ini semua, mungkin wanita ini jarang melakukan seks sehingga dia merasa sangat beruntung. Perlahan tangan Kenan naik menyentuh kedua benda yang selalu menggoda untuk Kenan sentuh, bentuknya yang sesuai kriteria Kenan semakin menambah gairah itu.
Kenan menarik resleting belakang Rubby, menurunkan lengan baju wanita itu hingga bagian atas wanita itu terlihat oleh Kenan. Dia menegakkan tubuhnya melihat wajah merah Rubby dan keadaan rambutnya yang acak-acakan, mata yang sudah diliputi gairah itu menatap buas kearah Rubby dan Kenan benar-benar tidak bisa berhenti. Diloloskannya dress santai Rubby hingga menampilkan si seksi Rubby yang hanya menggunakan bra merah dan panty berenda pemberiannya yang juga berwarna senada.
Kenan tersenyum puas melihat hasil pilihannya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Katq Rubby merasa malu. Ini pertama kali dia memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan cara seperti ini kepada seorang pria.
Rubby bangkit dari sofa dan ingin meraih dress nya yang sudah dibuang oleh Kenan. Tapi dari belakang pria itu sudah memeluknya, mencium dan mengendus leher jenjang Rubby membuat Rubby melayang dengan indah.
"Ah....ken," hisapan Kenan benar-benar membuatnya gila.
"Kau selalu menggodaku, tapi sekarang kau malu." Bisik Kenan berat ditelinga Rubby, mereka yang masih sama-sama berdiri membuat kaki Rubby lemas seperti jelly.
Kenan membawa Rubby duduk diatas pangkuannya melihati tubuh ideal Rubby membuat Rubby panas dingin. Dan bekas jahitan itu mengganggu Kenan, dia sangat murka kepada Marthin karena tubuh indah Rubby harus mengalami bekas seperti ini.
"Apa kau menyukaiku?" Tanya Rubby penasaran dengan semua perlakuan Kenan belakangan ini kepadanya.
"Kalau aku katakan iya apa kita bisa melanjutkannya dengan malam yang indah?"
Rubby langsung mencium bibir Kenan membuat pria itu terkejut, Rubby benar-benar genit ternyata.
"Untuk melakukan malam indah itu kau harus mengatakan hal yang lebih dari itu Sir ." Rubby menarik bibirnya tapi Kenan menahannya dia memperdalam ciuman itu meremas p******a Rubby dan mencoba membuka pengaitnya. Tapi tangan Rubby menghentikannya.
"Apa kau memintaku menjadi wanitamu?"
Bersambung....
Huh....aku berasa panas