8 :: Good Bye ::

1132 Kata
"Kumohon jika ak_u mati lunasi hutangku de_ngan sa_habat_ku Betty. Dia be_kerja di perpu_stakaan Cur_zon str_eet." Dan setelah mengatakan itu dengan susah payah aku merasakan gelap menyelimuti pemandanganku, dingin menjelajar ditubuhku membuatku merasa nyaman dengan kegelapan ini. **** Kenan yang sangat terkejut tidak dapat mencerna dengan baik perkataan Rubby, dia menatap gelisah wanita yang membuatnya pusing belakangan ini dan bodohnya lagi dia terpengaruh dengan tingkah absurd wanita ini. "Chris, cepat telpon Dr.Margareth." Kenan mengangkat tubuh Rubby sendiri masuk kedalam mobilnya dan supirnya menjalankan mobil itu dengan kecepatan luar biasa hingga tiba di The Royal London Hospital. Darah dari bahu sebelah kiri Rubby sudah membasahi hampir separuh kemeja putih gading yang Kenan kenakan, dia ikut mendorong brankar Rubby menuju UGD. Rubby langsung dibawa masuk ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan secepatnya, kenan sangat gelisah setiap detik dan menit. Sungguh emosinya sudah memuncak dia akan membalas semua ini dengan caranya dan itu pasti. "Chris, cepat lacak siapa yang menggangguku. Mereka harus mendapatkan balasannya." Sorot mata tajam itu begitu gelap dan menghanyutkan, Kenan bukanlah tipe pria pemaaf dia sangat tahu caranya membalas setiap perlakuan musuhnya dan juga orang yang sengaja mengganggu hidupnya. "Ah satu lagi Chris, besok pagi temukan wanita bernama Betty di perpustakaan Curtoz St, berikan dia cek ku dan suruh dia kesini menemani wanita ini, aku ada urusan yang penting." Kenan melangkah keluar diikuti anak buahnya bersama Chris. ***** Decitan ban sangat nyaring terdengar saat mobil Chris berhenti didepan perpustakaan yang dimaksud, dia turun dengan tiga orang bawahannya saat masuk kedalam perpustakaan dapat Chris lihat semua orang yang ada disana melihat mereka ngeri. Chris melirik jam tangannya yang menunjukan pukul setengah sebelas siang, dilihatnya seorang wanita berkacamata didekat meja memandangnya takut. Chris mendekat sembari tersenyum sedikit menunjukan kesopanannya. "Maaf nona apa anda mengenal wanita bernama Betty yang bekerja diperpustakaan ini?" Wanita yang ditanyai Chris itu mengangguk gugup. "Sa_ya sen_diri. Kalian sia_apa?" Chris memberikan sebuah cek kosong dengan tanda tangan Kenan membuat Betty bingung sebelum perkataan Chris membuat nya panik. "Teman anda yang bernama Rubby sedang ada dirumah sakit, dan itu titipan dari atasan saya. Nona bisa isi jumlah nya dengan semua hutang nona Rubby beserta bunga yang nona inginkan." Betty langsung membulatkan matanya, apa kata pria ini? Rubby dirumah sakit? Apalagi yang dikerjakan Rubby hingga berada dirumah sakit pikirnya. "Anda bisa ikut kami sekarang untuk menemui teman anda." Belum Betty menjawab para pria berbaju hitam itu langsung menarik Betty membuat sedikit kegaduhan diperpustakaan itu. Tidak ada yang berani mendekat atau menolong Betty karena mereka merasa terancam dengan kehadiran pria-pria itu. ***** Rubby menatapi langit-langit ruang rawatnya, bekas bius jahitan dibahu nya masih terasa nyeri ditambah hatinya yang mendadak kesal karena dia ditinggal sendiri oleh pria pujaannya. Saat dia bangun hanya seorang suster yang menyapanya dan memberitahukan keadaannya, memberikannya sarapan dan obat yang harus dia minum, sekarang sudah pukul sebelas siang dan rasanya Rubby mulai bosan dengan keadaan sunyi seperti ini. Perlu digaris bawahi kalau dia tidak bisa diam, akan selalu ada hal yang dia lakukan entah itu membersihkan apartementnya atau berjoget-joget dikamarnya, tapi sekarang dia harus berdiam diri diruang rawat seperti ini selama lebih kurang satu minggu, dan tadi perawat mengatakan tiga hari paling cepat. Rubby menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya, dia tersenyum saat mengingat wajah tampan pria pujaannya. Senyuman Rubby pudar saat suara pintu terbuka dia melihat sepatu hitam mengkilat melangkah mendekat kearah dirinya dan senyuman bagaikan purnama yang mengembang itupun terbit membuat pria yang melihatnya sedikit terganggu dengan senyuman indah itu. "Aku pikir kau tidak mau menemuiku," kata Rubby sambil masih tersenyum matanya mencari sesuatu entah itu bunga atau buah dari pria pujaannya tapi dia tidak menemukan apapun. "Apa kau tidak membawakanku apapun, bunga atau minimal buah?" Kenan berdecih melihat wanita aneh didepannya ini. "Kau lebih memikirkan masalah bunga dan buah daripada siapa orang yang menembak mu semalam?" "Untuk apa aku memikirkannya, aku sudah jelas melihat mereka mengejarmu dan itu berarti mereka musuhmu," ucapnya membuat Kenan semakin heran dengan pemikiran wanita yang memiliki senyum seperti bulan purnama itu. "Jadi kau tidak takut dekat denganku?" "Apa kau mau dekat denganku?" Kenan merasa terjebak dengan kalimatnya sendiri, dia tetap tenang meski kerja jantungnya tidak normal. "Kenapa kau ingin terus berdekatan denganku? Apa karena aku tampan atau...." Rubby meletakkan telunjuknya didepan bibir Kenan membuat pria itu terdiam dan melihatnya. "Kau bukan hanya tampan tapi juga kaya sir," katanya lagi lalu dia tertawa sementara Kenan masih diam terpaku melihat tawa wanita yang tepat berada didepannya ini. "Terpesona dengan senyumanku sir?" Kenan menggelengkan kepalanya dan sedikit senyuman terbit diwajahnya membuat Rubby semakin merona dan tertawa. "Jadi apa kau mau menikah denganku?" Kenan kali ini mendengus keras dan sedikit menjaga jarak dari Rubby, pernikahan adalah kekonyolan baginya dan itu tidak akan pernah terjadi. "Meski kau mafia aku tetap mencintaimu, ayo kita menikah." Ulang Rubby lagi membuat Kenan menatapnya dingin dan Rubby dapat merasakan perubahan itu. Sementara Kenan memikirkan bagaimana wanita ini tahu dia seorang Mafia. "Bagaimana aku bisa menikah dengan penyanyi cafe ku, bahkan berkencan denganmu saja aku tidak sudi." Kalimat sarkas itu sungguh melukai Rubby, tapi dia mencoba biasa saja. Kenan benar, dia hanya penyanyi cafe yang dipandang murahan bagi semua orang dan nyatanya pria pujaannya pun mengatakan hal yang diyakini orang-orang itu. MURAHAN. Raut wajah Rubby membuat Kenan sedikit terusik, sinar yang tadi sangat indah hilang begitu saja karena perkataannya. Tapi itu benar adanya, Kenan tidak akan sudi berkencan dengan wanita yang bekerja di Bar nya sendiri, mereka hanya bisa untuk teman tidur Kenan itupun hanya satu dua orang yang pernah melewati malam dengannya karena dia bukan tipe pria yang selalu b*******h melihat wanita seksi. Hanya saja belakangan ini wanita bernama Rubby ini selalu saja membuatnya memikirkan hal gila misalnya rasa bibir wanita itu ketika dia cium, wangi tubuhnya bahkan desahan Rubby menghantui pikirannya membuatnya ingin merasakan lagi bibir serta tubuh Rubby. Rubby yang diam membuatnya tidak tahu harus berkata apalagi karena memang sedari tadi wanita inilah yang aktif mengajaknya bicara. "Jadi, aku ingin memberitahumu sesuatu," katanya membuat Rubby menatap pria pujaannya itu serius. "Aku akan meminta Andreas menaikkan gajimu karena insiden semalam, dan juga aku ingin mengatakan perpisahan." Kening Rubby berkerut membuat wajahnya menjadi lucu. "Kau sudah terlalu banyak ikut dalam keseharianku selama ini jadi aku rasa aku harus pergi agar kau tidak terganggu. Terimakasih atas hiburan yang kau berikan belakangan ini." Kenan dengan ragu mengecup kening Rubby perlahan dan reaksi aneh itu hadir lagi, sengatan-sengatan kecil mengalir didalam saraf nya membuatnya bergetar dan terasa kosong saat dia melepaskan kecupannya itu. Rubby terdiam saat pria pujaannya itu melangkah pergi memberikan ruang kosong yang sepi sesepi hatinya. Rubby memegang kening dan merabanya merasakan kecupan tadi, lalu matanya menangkap sebuah kotak kecil berwarna hitam beludru. Sebelum dia membuka kotak itu pintu kembali terbuka memperlihatkan Betty sahabatnya disana memandanginya dengan datar, Rubby menyimpan kotak tadi buru-buru dibalik bantalnya dan tersenyum manis kepada Betty. Bersambung.... Gimana ?? Gimana ??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN