Takut dan Cemas

1309 Kata
Sepeninggal mobil SUV Merah yang kian menjauhi kawasan SMP Nusa Indah, kini datanglah mobil Tesla keluaran terbaru. Sang supir yang mengemudi mobil tersebut pun keluar dan bergegas membukakan pintu kabin penumpang. Turunlah seorang laki-laki berumur hampir kepala 4. Ia menatap sekeliling seakan tengah mencari seseorang. Ia berjalan menuju pos satpam seorang diri, sedangkan supirnya tadi yang membukakan pintu di biarkannya menunggu di depan gerbang. "Selamat siang, tuan Anwar. Ada yang bisa kami bantu?" Ucap pak satpam yang kebetulan sedang berada di dalam pos tersebut. "Saya mencari anak gadis saya, Alicia. Tadi pagi saya janji akan jemput dia pulang sekolah. Tapi sepertinya dia sudah pulang ya, mungkin saya terlambat melihat lingkungan sekolah sudah sepi begini." Balas Anwar dengan di iringi tawa sumbang di ujung kalimatnya. "Rasa-rasanya saya belum melihat nona Alicia keluar gerbang tuan." Ucap si satpam lagi yang kebetulan mengenal Alicia. "Benarkah? Apakah kelasnya belum pulang?" Tanya Anwar lagi. "Biar saya cek dulu ke kelasnya ya tuan. Silahkan anda menunggu di sini jika berkenan." Ucap si satpam tersebut. "Ah tidak, antarkan saya saja ke kelasnya juga. Biarkan saya ikut serta ya pak. Entah kenapa perasaan saya jadi sedikit was-was." Balas Anwar lagi mengungkapkan kekhawatirannya. "Baik, Tuan Anwar. Mari silahkan." Sang satpam berucap sambil mempersilahkan Anwar untuk berjalan lebih dulu. Keduanya berjalan meninggalkan pos satpam menuju ruang kelas Alicia. Namun, hanya keheningan yang di dapatkan karena kelas itu telah kosong. Tolong... Samar-samar keduanya pun mendengar suara orang minta tolong. "Ada suara orang minta tolong pak?" Tanya Anwar dengan hati yang gelisah "Iya pak saya juga dengar." Balas sang satpam. Tolong... Bergegas keduanya pun berjalan mencari sumber suara minta tolong tersebut. "Astaghfirullah, Alicia." Ucap Anwar yang melihat putrinya sedang di papah oleh seorang gadis di sebuah lorong sekolah tersebut. "Papa?" Ucap Alicia heran. "Iya ini papa sayang, kamu kenapa kok bisa di papah begini sama teman kamu? Ada apa nak?" Ucap Anwar dengan menggebu-gebu. Kini dia tau mengapa perasaannya seolah tak tenang sejak tadi. "Sabar pak, lebih baik kita bawa nona Alicia ke klinik terdekat saja. Karena jam pelajaran sudah selesai, uks pun pasti sudah selesai beroperasi. Lebih baik segera kita bawa ke klinik saja ya pak." Ucap si satpam mengambil keputusan dengan segera. "Iya iya oke pak. Saya ikut arahan pak satpam aja." Ucap Anwar yang saat ini otaknya tidak dapat berfikir dengan jernih. "Kamu Bella kan? Ikut kita ke rumah sakit ya. Nanti om mau dengar ceritanya kenapa Alicia jadi seperti ini." Sambung Anwar lagi dengan lawan bicara yang berbeda. Sedangkan yang di ajak bicara, hanya bisa mengangguk dengan perasaan yang tak kalah khawatir. Apa nanti yang akan dia jelaskan ke orang tua Alicia? Untuk menyingkat waktu, Anwar memilih untuk menggendong sang putri menuju tempat mobil mereka terparkir di depan gerbang sekolahan. "Terima kasih banyak pak satpam, saya pamit dulu ya mau bawa anak saya ke rumah sakit." Ucap Anwar kepada satpam "Baik pak Anwar, mohon nanti bisa berkabar ya pak biar nanti masalah ini saya kabarkan ke pihak sekolah." Balas si satpam. "Baik pak. Terimakasih sekali lagi ya." Ucap Anwar lagi. Alicia di bawa masuk ke dalam mobil dengan kepala yang berada di pangkuan Bella. Dia sudah tidak Tremor, hanya masih terlihat shock saja sehingga belum bisa ditanyakan banyak hal Sedangkan Bella hanya terdiam. Dia masih bingung, apa kiranya yang akan dia jelaskan kepada orang tua Alicia. Jika ia berkata kejujuran, sama halnya dengan dia sedang menggali lubang kuburannya sendiri. *** "Mohon maaf ya pak Mahfud, hari ini saya tidak dapat menghadiri rapat dadakan di kantor anda. Anak saya sedang berada di klinik. Saya ingin memastikan kondisi anak saya baik-baik saja, baru nanti saya akan menghubungi anda lagi." Ucap Anwar di ujung telepon yang tersambung ke ponsel milik Mahfud. Setelah menemani sang putri menjalani beberapa perawatan medis, dia pun berinisiatif untuk menghubungi Mahfud dan mengabarkan bahwa ia tidak bisa menghadiri rapat di hari itu. "Oh baik pak Anwar. Semoga anak anda baik-baik saja. Kalo boleh tau ada di klinik mana pak? Siapa tau nanti setelah meeting ini selesai saya bisa berkunjung kesitu." Ucap Mahfud dengan sangat manisnya. Mahfud memang sengaja mengundang Anwar sebagai pemasok barang barang yang akan di pasarkan di perusahannya. Karena ini akan membuktikan apakah barang tersebut memang sudah cacat setelah sampai di perusahaan miliknya, atau malah kecacatan itu di mulai dari perusahaannya sendiri. Hal inilah yang harus Mahfud cari tahu. "Kami ada di klinik Karya bakti pak. Kalau begitu saya tutup dulu teleponnya ya pak. Terimakasih banyak atas perhatian anda, selamat siang." Balas Anwar lagi. "Baik pak, selamat siang juga." Balas Mahfud lagi. Panggilan telepon pun di tutup setelah masing-masing mengucapakan salam. "Papa" Panggil Alicia kepada papanya. "Ada apa sayang?" Ucap Anwar yang langsung mendekat ke arah Alicia. "Haus." Ucap Alicia lirih tapi masih dapat di dengar oleh Anwar. Tanpa menunggu dua kali, Anwar pun segera mengambilkan minum untuk putrinya. "Kamu lapar, Nak?" Ucap Anwar kepada Alicia. Yang di tanya pun hanya menggeleng pelan. "Sudah bisa cerita?" Tanya Anwar pelan. Alicia paham yang di maksud oleh papanya, hanya saja dia belum menemukan keberanian ada dalam dirinya untuk mengungkapkan kejujuran. "Honey?" Ucap Anwar lagi. Seketika Alicia memandang Anwar dengan tatapan mata yang berkaca kaca. Tak lama anak sungai di sudut mata Alicia pun terjun bebas dan mengalir deras. "It's oke baby." Ucap Anwar semabri mengelus rambut panjang anak gadisnya tersebut. "Bella aja yang cerita om." Sela Bella pada akhirnya. Dia tidak tega melihat sahabatnya seakan begitu terpuruk. "Oke Bella, om akan mendengarkan." Balas Anwar pada akhirnya. Sebelum bercerita, Bella menatap mata Alicia untuk meminta persetujuan dan di tanggapi dengan anggukan kepala oleh Alicia. Setelah itu, Bella menghirup napas panjang dan menghembuskan dengan sangat boros. Dan, seterusnya mengalir lah cerita dari mulut Bella tentang apa yang telah terjadi di gudang belakang sekolah mereka. Bella menceriterakan kronologis kejadian dengan runtut tanpa ada yang di lebihkan atau di kurang kan. Bella pun menyampaikan tentang awal mula niat mereka mengerjai Ratna, akibat Ratna yang tidak mau memberikan mereka contekan. "Jadi gitu ceritanya om, tidak lebih dan tidak kurang. Saya mohon maaf om. Saya menyesal." Ucap Bella pada Anwar. Sejujurnya, Bella pun takut melihat respon dari Anwar yang hanya terdiam. Dia kira Anwar akan marah kepada mereka berdua atau bahkan memaki keduanya, tapi ternyata beliau hanya diam. "Ya sudah, terimakasih ya Bella sudah mau menceritakan kronologis kejadian tadi. Sekarang kamu boleh pulang dulu. Biar sopir om yang antar." Ucap Anwar akhirnya setelah menghembuskan nafas panjang. "Baik om, saya minta maaf sekali lagi ya." Ucap Bella lagi dengan perasaan tidak enak hati. Setelah mengucapkan itu, Bella pun keluar dari ruangan klinik tempat Alicia di rawat sementara. Kini tinggallah Anwar dan Alicia dengan perasaan yang canggung. Anwar tidak paham kenapa Alicia bisa berubah menjadi anak yang suka merundung temannya sendiri. "Kamu istirahat dulu ya sayang, nanti kita bicarakan lagi hal ini setelah kamu sehat." Ucap Anwar akhirnya setelah sekian lama menata hati. Setelah berucap demikian, Anwar berlalu keluar dari ruangan klinik tersebut. Ia sendiri pun bingung bagaimana harus menyikapi kenakalan Alicia Yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Menjadi seorang pelaku perundungan, tentu saja bukan suatu hal yang baik. Memikirkan hal tersebut tanpa sadar membawa Anwar ke dalam alam mimpi. Sehingga kini dia pun tertidur dengan posisi duduk di kursi ruang tunggu klinik tersebut. Sedangkan di dalam, Alicia masih saja di liputi perasaan takut dan cemas. Dia takut jika harus bertemu lagi dengan Ratna dan mengalami hal serupa. Dia pun cemas dengan respon dari papanya yang seperti orang marah tapi hanya diam. Alicia pun mengingat sebuah kata-kata bijak dari aplikasi toktok yang pernah ia baca, bahwa marahnya orang diam itu akan sangat berbahaya. Seperti Ratna yang setiap kali di bully hanya diam saja, tapi sekalinya membalas Alicia pun takut untuk bertemu dengannya lagi. Begitulah kehidupan yang tidak bisa di tebak dengan mudah. Bersambung... Waaahhh... Alicia dan Bella semoga kalian tobat setelah ini ya dear... Dan, nantikan terus kisah Ratna dan Farah bestieeee... anyway, ngeri juga ya kalo kita Suka membangunkan macan yang lagi tidur ?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN